10 Game Playstation 4 Terbaik!
The Last of Us Part II

Kontroversi soal ketidaksetujuan akan cerita yang dihadirkan Naughty Dog di game ini memang sempat menyeruak. Namun mereka yang tidak setuju pada cerita yang diusung, apalagi dengan rasa ekstra benci yang ditawarkan, justru menjadi “testimoni” tidak langsung bahwa ceritanya berujung berhasil. Bahwa Naughty Dog berhasil menciptakan karakter yang dicintai, cerita soal kebencian yang benar-benar berhasil memicu kebencian di beberapa kelompok gamer, dan pada akhirnya kisah-kisah kemanusiaan kental dan gelap yang menjadi bintang di dunia “zombie” yang satu ini. Semuanya dipadukan dengan sisi teknis fantastis, baik dari sisi visual ataupun physics yang di era Playstation 4 saja, terasa seperti game “next-gen”.
God of War

Jika Anda bertanya pada PT. Indofood Sukses Makmur soal apakah mereka berani untuk mengganti racikan rasa minyak dan bumbu mie goreng mereka dan berharap itu tetap terjual, kami yakin bisnis besar ini tidak akan berani untuk mengganti signifikan formula yang sudah berhasil luar biasa tersebut. Namun bagi Sony Santa Monica, kembali menawarkan game action fixed camera dengan sosok Dewa Yunani yang senang berhubungan badan dan membunuh bukan lagi sesuatu yang relevan. Mereka butuh sebuah game yang “mendewasa” bersama dengan gamernya. Hasilnya? Sebuah proses sekuel dari cerita dan reboot dari hampir semua elemen yang terasa seperti judi besar, namun berujung berhasil. Kita bicara soal perubahan kamera, perbedaan kepribadian Kratos yang kini menonjol sebagai ayah, perubahan gameplay yang lebih RPG, hingga mitologi baru untuk dieksplorasi. Ini adalah langkah yang gila.
Final Fantasy VII Remake

Tidak ada lagi resep gagal yang lebih pasti bagi developer dan publisher selain berusaha merilis ulang game terlegendaris mereka dan mengubah semua hal yang berkaitan dengannya di era platform modern. Tugas nyaris mustahil tersebutlah yang berhasil dilakukan Square Enix dengan Final Fantasy VII Remake yang terhitung menakjubkan di mata kami. Bahwa ia berujung tidak hanya soal proses modernisasi di sisi gameplay saja, tetapi juga sebuah media ekstra untuk mengeksplorasi begitu banyak hal yang tak bisa dieksplorasi dengan baik di masa lalu, terutama untuk karakter-karakter ikoniknya. Kita bisa melihat seberapa humorisnya Aerith, rapuhnya seorang Barrett di banyak situasi, emosionalnya seorang Tifa, dan ragam konflik yang harus dilalui Cloud. Kerennya lagi? Alih-alih ikut seri originalnya, ia juga menambahkan banyak scene keren dan bahkan ekstra plot point yang kian membuatnya misterius.
The Last Guardian

Jika Anda merupakan pembaca setia JagatPlay, Anda tentu tahu bahwa kami termasuk gamer-gamer yang sangat mengapresiasi keberanian seorang developer untuk bereksperimen dan mengeksplorasi ide-ide yang belum pernah kami cicipi sejak gaming mulai menjadi hobi di era NES dulu. Salah satu yang berhasil melakukan tugas tersebut dengan baik di mata kami adalah The Last Guardian. Walaupun banyak media dan gamer benci dengan game ini karena betapa tidak responsifnya Trico, kami justru melihatnya sebagai representasi realistis seekor binatang yang seharusnya. Dipadukan dengan puzzle pintar dan menyentuh, The Last Guardian hingga saat ini juga di mata kami, masih mengusung animasi binatang paling realistis dan halus sepanjang masa. Tak terbayang jika game ini dibawa Sony ke Playstation 5 dengan beragam penyempurnaan.