Review Eiyuden Chronicle – Hundred Heroes: Rasa Rindu yang Terobati!

Sebuah rasa dahaga yang tidak akan pernah terpuaskan, ini mungkin kenyataan pahit yang harus diterima oleh penggemar seri Suikoden dari Konami sekitar satu dekade yang jelas. Di kala itu, dengan laporan finansial yang terus mencatatkan keuntungan besar dari pasar lokal, jelas bahwa Konami tidak lagi tertarik untuk menginvetasikan uang mereka ke game-game konsol dan PC, terlepas dari popularitas franchise mereka yang tidak tergantikan. Mereka jelas menjadikan bisnis judi pachinko mereka sebagai prioritas, dengan beberapa franchise yang bahkan dibawa ke arah sana. Di tengah rasa sedih dan kebutuhan untuk sebuah oase tersebutlah, studio Rabbit & Bear muncul sebagai pahlawan.
Berisikan para veteran Suikoden yang sudah hengkang dari Konami, termasuk mendiang Yoshitaka Murayama di dalamnya, Rabbit & Bear Studios memperkenalkan Eiyuden Chronicle: Hundred Heroes yang mereka posisikan sebagai sebuah seri suksesor untuk Suikoden dengan ragam elemen yang akan terasa familiar untuk para penggemarnya. Langsung meraih dukungan fantastis lewat situs pendanaan Kickstarter dan konfirmasi 505 Games sebagai publisher, ia terus mendapatkan perhatian dari publik lewat rangkaian screenshot dan trailer yang secara konsisten dilepas. Setelah penantian selama bertahun-tahun, kita akhirnya berkesempatan untuk menikmati Eiyuden Chronicle: Hundred Heroes ini dengan mata dan kepala kita sendiri.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Eiyuden Chronicle: Hundred Heroes ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang berhasil mengobati rasa rindu kami? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot

Eiyuden Chronicle: Hundred Heroes akan membawa Anda ke sebuah benua besar berisikan negara-negara dengan ras dan budaya berbeda bernama Allraan. Dari sisi kekuasaan, teritori benua ini sendiri bisa dipecah ke dua pihak: Galdean Empire – sebuah kerajaan dengan sisi militer super kuat dan juga Leages yang berisikan gabungan kerajaan-kerjaan yang lebih kecil.
Tinggal di salah satu wilayah Leagues, tepatnya Grum, adalah Nowa yang bergabung dengan kelompok bernama Watcher. Sempat bekerjasama dengan Empire untuk sebuah latihan gabungan, Nowa juga bertemu dengan Seign yang tampaknya berbagi banyak ideologi dan nilai moral yang sama. Latihan yang ditujukan untuk mencari sebuah Prime Lens – sebuah artifak langka yang mampu mengamplifikasi magic Rune ini kemudian berujung membuka intensi Empire yang sesungguhnya. Benar sekali, tidak ada lagi kata “damai” yang mengikuti kisah kerajaan-kerajaan ini setelahnya.


Di tengah dari sumber konflik ini adalah ambisi dari salah satu jenderal Empire – Dux Aldric yang sepertinya juga mendapatkan simpati dari beberapa pihak di dalam Galde itu sendiri. Dimulai dengan sekadar infiltrasi penuh dengan intrik hingga perang terbuka besar-besaran, Allraan tidak lagi bisa mengecap rasa damai. Maka seperti yang bisa diprediksi, terserap ke dalam pusaran konflik tersebut adalah Nowa dan Seign yang berdiri di pihak yang saling berseberangan. Di sisi lain, seorang Guardian yang punya misi untuk melindungi Alraan bernama Marisa pun mau tidak mau harus mulai memihak di konflik ini.
Lantas, bagaimana peran Nowa, Seign, dan Marisa di konflik yang satu ini? Mampukah mereka menghalangi ambisi Empire? Apa juga yang menjadi ambisi seorang Dux Aldric? Semua jawaban dari pertanyaan ini bisa Anda dapatkan dengan memainkan Eiyuden Chronicle: Hundred Heroes ini.