Review Dead Rising Deluxe Remaster: Mayat Hidup yang Kian Hidup!
Masih Dead Rising yang Anda Kenal
Salah satu daya tarik utama Dead Rising Deluxe Remaster memang berkutat pada satu nama – RE Engine. Bahwa tidak lagi seperti proses remaster sebelumnya yang hanya menaikkan sekadar resolusi tekstur, Capcom membangun Dead Rising Deluxe Remaster kembali dari awal dengan engine andalannya ini. Pertanyaan dari banyak fans tentu saja satu, mengapa ia disebut remaster dan bukannya remake?
Sesungguhnya, keputusan untuk menggunakan kata “Remaster” atau “Remake” akan sangat bergantung pada konsep dan pengerian yang dipatok oleh si developer terkait itu sendiri. Ada developer seperti Naughty Dog yang percaya bahwa implementasi engine baru dan modernisasi gameplay untuk The Last of Us Part I pantas untuk membuatnya menyandang kata “Remake”. Sementara ada pula developer dengan filosofi seperti Capcom yang sepertinya enggan menggunakan kata “Remake” jika ia tidak mengubah keseluruhan mekanik atau sensasi permainan yang ada, alih-alih sekadar perubahan visual semata dengan peningkatan QOL di sana-sini. Sesuatu yang membedakan pendekatan “Remake” untuk Resident Evil dan “Remaster” untuk Dead Rising ini.
Maka berkaca pada filosofi ini, terlepas dari fakta bahwa ia dibangun dengan RE Engine, Dead Rising Deluxe Remaster tetaplah game Dead Rising pertama di titik inti pengalaman yang Anda dapatkan. Tentu saja implementasi RE Engine di dalam platform terkini yang sudah memiliki performa mentah jauh lebih kuat dibandingkan di era tahun 2006 silam menghadirkan begitu banyak perbaikan dan penyempurnaan. Dari sisi visual, Anda mendapatkan model karakter dengan detail lebih baik, yang kini juga mampu memperlihatkan ragam ekspresi wajah yang lebih manusiawi dan mudah dibaca dibandingkan dengan versi originalnya. Kerennya lagi? Semuanya dicapai dengan tetap mempertahankan acuan pada model si seri originalnya itu sendiri, yang di beberapa kasus seperti para Psychopath yang harus Anda lawan, terlihat begitu fantastis. Detail juga diperbaharui untuk ragam lingkungan mall yang akan Anda jelajahi lengkap dengan jumlah zombie lebih banyak dalam satu layar yang menghadirkan atmosfer lebih mencekam. RE Engine melakukan tugasnya dengan baik di sini.
Untuk memastikan pengalaman yang lebih otentik, Capcom juga memutuskan untuk mempertahankan ragam cut-scene dan model karakter dengan sekadar pose ataupun jenis pakaian dengan tingkat sensualitas tinggi seperti layaknya di versi original. Bedanya hanya satu, bahwa Anda tidak lagi akan mendapatkan point “Erotica” saat memotret mereka, yang untungnya juga diganti dengan peningkatan penilaian skor lain dengan memotret ragam scene, lingkungan, hingga reaksi NPC atau boss yang bisa Anda tundukkan. Tentu saja, bukan Dead Rising namanya jika ia tak menghadirkan efek mutilasi zombie dan banjir darah karena serangan senjata Anda, yang bahkan kian fun ketika mengenai begitu banyak zombie bersamaan.
Sebagai proyek terkini, Dead Rising Deluxe Remaster tentu saja menawarkan lebih banyak opsi kostum untuk digunakan Frank West, walaupun harus disayangkan beberapa di antara mereka berujung jadi bundle bonus untuk versi yang lebih mahal. Walaupun Anda masih menemukan sedikit kecanggungan ketika melihat efek clipping kostum yang sayangnya masih terjadi di beberapa cut-scene, namun hampir semua kostum ini dibangun dengan detail yang menawan. Dari semua kostum yang tersedia, adalah kostum Nemesis dari Resident Evil 3 yang paling memukau. Anda akan melihat detail fantastis untuk material yang digunakan untuk membangun kostum musuh terbesar Jill Valentine ini. Sementara untuk favorit pribadi kami? Sulit rasanya untuk tidak jatuh cinta pada pakaian milik Ashley dari Resident Evil 4 Remake dan Tron Bonne dari Megaman Legends yang terlihat begitu lucu ketika dikenakan Frank West yang cukup kekar.
Sementara dari sisi audio, terlepas dari sedikit kontroversi soal pergantian VA untuk sang karakter utama, kami sendiri tidak berkeberatan dengan suara baru untuk sang karakter utama – Frank West. Ia menjalankan tugasnya dengan baik sebagai karakter protagonis yang terkadang kebingungan di banyak situasi, yang juga didukung dengan animasi wajah yang kini lebih ekspresif. Sementara untuk urusan musik? Walaupun tidak ada yang juga terhitung istimewa, kami setidaknya mengapresiasi bahwa jenis musik yang diputar pada saat Anda berada di mall kini juga terikat pada kostum yang Anda kenakan, hingga seolah ada upaya untuk menyatukan tema yang ada.
Membinasakan Rasa Frustrasi
Dengan kata “Remaster” yang ia usung dan filosofi yang dipegang oleh Capcom di titik ini, maka bisa dipastikan bahwa inti pengalaman, cerita, dan atmosfer yang hendak didorong oleh Dead Rising Deluxe Remaster akan terasa serupa dengan Dead Rising original itu sendiri. Bahkan kami yakin bahwa gamer-gamer veteran yang sempat mencicipi seri originalnya hanya butuh waktu 5-10 menit sejak Frank West tiba di mall untuk menyetujui hal tersebut. Walaupun demikian, bukan berarti Capcom tidak melakukan apapun dengan rilis ulang ini.
Untuk Anda yang tidak terlalu familiar dengan konsep Dead Rising, tenggat waktu 72 jam yang diminta oleh Frank West di awal cerita bukanlah sekadar plot saja. Ia kemudian melebur menjadi pondasi dari inti gameplay Dead Rising itu sendiri.
Dalam waktu 72 jam waktu in-game, Anda akan diminta untuk menyelesaikan beragam misi untuk membantu mereka yang selamat sembari memastikan sebanyak mungkin lainnya akan terangkut pada saat helikopter itu tiba. SEtiap misi, baik misi utama ataupun misi sampingan akan punya tenggat waktu tertentu untuk dicapai dan diselesaikan. Jika melewatinya? Anda akan dihitung gagal dan diberi kesempatan untuk mengulang dari save data terakhir atau terus melanjutkannya hingga helikopter tiba dan menerima konsekuensi apapun yang terjadi. Jika berhasil menjalankan tugas Anda dengan baik, ada tambahan cerita dan konklusi yang lebih definitif di akhir bernama “Overtime” menunggu Anda.
Jika Anda berangkat dari Dead Rising yang lebih modern, maka Anda harus mulai membiasakan diri dengan mekanik “original” Dead Rising yang pada dasarnya tidak memuat sistem penggabungan material atau senjata untuk efek khusus atau yang lebih destruktif. Semua senjata atau objek yang Anda gunakan sebagai senjata akan tersedia begitu saja, yang harus Anda prioritaskan dengan limitasi barang bawaan yang juga jadi tantangan tersendiri. Capcom juga mempertahankan beberapa sensasi lawas di Dead Rising Deluxe Remaster, dari sensasi animasi yang masih tak seluwes banyak game rilis modern, area yang terpisah dengan loading screen, hingga hal sekecil objek yang posisinya tidak akan hadir permanen ketika Anda tinggalkan. Ini berarti, mobil yang baru saja Anda parkir di luar pintu bagian mall atau senjata yang Anda jatuhkan akan langsung hilang begitu Anda berganti area.
Oleh karena itu, bahkan dalam struktur misi sekalipun, sulit rasanya untuk mengabaikan sensasi “tua” Dead Rising Deluxe Remaster yang memang mengakar dari Dead RIsing original itu sendiri. Yang berusaha dilakukan Capcom dengan proyek remaster ini adalah mengurangi rasa “frustrasi” yang melekat kuat karena ragam keterbatasan di seri originalnya, yang untungnya berhasil mereka capai di akhir.
Salah satu yang paling kami puja-puji dan rayakan? Tentu saja AI para survivor yang kini jauh lebih cerdas dan bisa diandalkan. Untuk Anda yang tak familiar, salah satu inti pengalaman bermain Dead Rising adalah menemukan para survivor yang tersebar di mall ini, berbicara dengan mereka sembari memenuhi permintaan mereka jika ada, dan kemudian membawa mereka ke tempat aman. Dead Rising memberikan kemampuan bagi West untuk berteriak memberikan perintah untuk mengikuti kemana ia pergi atau langsung menunjuk lokasi dimana Anda harapkan mereka akan berakhir. Untuk para survivor dengan kondisi spesifik seperti cedera atau takut, West juga bisa membopong atau menarik tangan mereka. Anda juga harus memastikan mereka tiba di pintu pergantian area dalam jarak yang dekat dengan Anda sebelum proses transisi agar mereka ikut kemanapun Anda pergi.
Di seri original, aksi menyelamatkan para survivor yang notabene adalah kunci pengalaman ini adalah puncak rasa frustrasi. AI yang dihadirkan seringkali tak berfungsi semestinya, dimana mereka seringkali berujung ditahan oleh serangan zombie, tak adaptif pada waypoint pergerakan Anda yang baru, atau sekadar tertahan karena ada objek yang tak bisa mereka lewati. Kesemuanya membuat mereka rentan berujung tewas dan membuat Anda mengumpat keras. Untungnya, semuanya dibenahi dengan Dead Rising Deluxe Remaster yang kini memuat AI yang lebih bisa diandalkan, cepat, reaktif, sekaligus mampu mempertahankan diri dengan lebih efektif jika Anda memberikan senjata kepada mereka. Walaupun ada sedikit rasa lelah juga untuk terus memberikan perintah agar mereka mengikuti Anda, ini benar-benar mengurangi rasa frustrasi yang bisa ditimbulkan.
Dead Rising Deluxe Remaster untungnya membuat Anda jauh lebih mudah untuk mengatur soal misi mana yang menjadi prioritas utama Anda berkat aspek peningkatan QOL ini juga. Anda langsung disuguhi dengan barisan misi yang Anda anggap penting untuk di-track, dengan bar limitasi waktu untuk masing-masing dari mereka sebagai pengingat, dan kira-kira dimana lokasi mereka. Mengingat ada potensi Anda berujung menyelesaikan ragam misi sampingan ini sembari menyisakan banyak waktu untuk misi utama, rilis ulang yang satu ini juga menyediakan opsi untuk mempercepat waktu jika Anda menginginkannya.
Aspek modernisasi juga datang dari sistem guna senjata, dari hal sekecil menyuntikkan bar khusus untuk memperlihatkan ketahanan senjata melee yang Anda gunakan untuk memprediksi kapan mereka hancur hingga kemampuan untuk bergerak sembari membidik senjata api Anda. Capcom juga sepertinya membuat senjata-senjata api ini jauh lebih mematikan dibandingkan sang seri original, dimana frekuensi untuk tembakan “penghancur” kepala kini jauh lebih mudah untuk dieksekusi. Anda juga bisa memeriksa status atribut West dengan user-interface lebih modern. Untuk Anda yang tak familiar, Dead Rising Deluxe Remaster juga mempertahankan sistem kenaikan level berbasis resource bernama PP yang berfungsi tak ubahnya EXP di game RPG. PP bisa didapatkan lewat aksi foto terbaik Anda, aksi bunuh zombie, hingga menyelamatkan para survivor untuk jumlah yang masif.
Sayangnya, tidak kesemua aspek modern ini berujung dieksekusi sempurna. Salah satu yang jadi catatan kami? Tentu saja Auto-Save. Memang kehadiran opsi ini tentu saja lebih baik daripada hanya mengandalkan opsi save manual seperti seri originalnya, namun di titik ini, ada banyak ruang celah sistem auto-save Dead Rising Deluxe Remaster justru berujung blunder. Apa pasal? Jelas karena auto-save ini selalu terpicu setiap kali Anda berganti ruang. Bayangkan apa yang terjadi jika Anda yang lupa membawa makanan dan minuman untuk healing misalnya, akhirnya berhasil selamat dari gempuran para zombie dan ternyata menemukan sebuah pintu yang bisa dibuka. Ternyata pintu yang Anda buka tersebut memuat ruangan penuh zombie pula dan tidak memiliki sedikitpun makanan ataupun minuman untuk healing. Kini Anda berada di situasi sekarat, tanpa item healing, dengan satu-satunya slot Auto-Save yang baru saja aktif, merekam situasi terburuk Anda yang berpotensi jadi blunder ini. Oleh karena itu, kami tetap menyarankan Anda untuk melakukan save manual sesering yang Anda bisa layaknya di versi original.
Maka dengan semua kombinasi ini, Dead Rising Deluxe Remaster terasa seperti game “tua” yang modern di saat yang sama. Keseluruhan sensasi gameplay yang ia usung akan tetap memcerminakan cita rasa Dead Rising original, hanya saja kini tidak lagi diisi dengan semua rasa frustasi yang sempat muncul karena keputusan-keputusan aneh di masa lalu Capcom.