Steam Kini Terbuka Jelaskan Kita Membeli Lisensi, Bukan Video Game
Kehadiran storefront digital memang datang dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kelebihan? Kecepatan akses dan kebijakan harga regional membuat game-game terbaru kini bisa Anda mainkan dengan cepat, bahkan di hari pertama rilis. Situasi ini juga didukung dengan kecepatan internet yang semakin stabil dan bisa diandalkan di banyak region dunia, termasuk Indonesia. Kerugian paling utama? Adalah fakta tak terbantahkan bahwa Anda tidak pernah sepenuhnya memiliki video game yang Anda beli. Tidak ada yang bisa Anda lakukan sebagai konsumen jika si pemilik platform berujung gulung tikar atau sang publisher memutuskan untuk menariknya begitu saja. Situasi yang membuat pengadilan California akhirnya melakukan sesuatu.
Keputusan pengadilan California memaksa semua penyedia platform digital seperti ini untuk secara gamblang menjelaskan bahwa yang mereka beli adalah lisensi dan bukannya produk itu sendiri, termasuk video game. Dengan kebijakan yang akan mulai dipaksakan tahun depan, Valve memutuskan untuk mengaplikasinnya untuk Steam mulai hari ini.
Kini jika Anda “membeli” video game di Steam, platform ini akan menambahkan penjelasan ekstra bahwa yang Anda beli adalah lisensi untuk mengakses si video game dan bukan kepemilikan atas sang video game itu sendiri. Penjelasan tersebut kini tercantum saat Anda hendak melakukan checkout. Jika peringatan ini tidak dicantumkan misalnya, Valve akan rentan menerima tuntutan hukum karena dianggap telah melakukan aksi promosi yang membohongi.
Dengan peraturan yang akan berlaku untuk semua platform digital, maka hanya tinggal tunggu waktu hingga penyedia platform digital video game lain juga mengekor konsep yang serupa. Bagaimana menurut Anda soal situasi yang satu ini?
Source: Engadget