NostalGame: Digimon World
Apa yang Saya Benci dari Digimon World?
Keuntungan Punya Digi-vice

Ini mungkin salah satu ratapan paling tragis yang bisa dimiliki oleh gamer pencinta seri Digimon World ini. Game ini ternyata memiliki fitur untuk menjadikan digimon di dalam Digi-vice sebagai digimon yang dapat dipakai oleh sang karakter utama. Sayangnya, Digi-vice yang memiliki fungsi mirip dengan Tamagochi ini termasuk salah satu mainan elektronik yang cukup mahal di masanya. Meminta kepada orang tua untuk membelinya menjadi sebuah misi bunuh diri yang akan lebih baik untuk dilakukan. Oleh karena itu, setiap kali melihat tulisan ini di halaman terdepan Digimon World, ingin rasanya menunduk di pojok ruangan sambil mengais tanah. Hingga saat ini pun, saya sendiri belum pernah mencoba secara langsung apa yang akan terjadi jika Anda menghubungkan Digi-vice Anda dengan game ini. Apakah Anda sudah pernah melakukannya? Jangan ragu untuk berbagi cerita. Efek samping dari berbagi sebuah informasi? Tentu saja menimbulkan sedikit rasa iri untuk masa kecil yang kurang bahagia. Kiddin..
Master, I need Bathroom!!

Digimon Anda adalah binatang peliharaan Anda. Mereka mungkin berbentuk manis dan lucu. Mereka selalu dapat diandalkan ketika Anda menghadapi masa-masa yang sulit, namun bukan berarti mereka sempurna. Memelihara seekor Digimon bukanlah perkara yang mudah, bahkan terkadang sangat menyebalkan. Tidak akan terlalu masalah jika mereka hanya lapar atau kelelahan, Anda dapat langsung memberi mereka makan atau meminta mereka untuk tidur. Jadi perkara yang sulit jika mereka mulai mengeluh ingin buang air besar dan membutuhkan kamar mandi untuk menyelesaikan “tugas” yang satu ini. Jika berada dalam mode jelajah, ini tentu tidak sulit. Namun “panggilan alam” yang satu ini akan super-menyebalkan jika terjadi saat Anda berada di dalam suasana genting, misalnya sedang memburu Digimon tertentu yang hanya muncul di saat-saat khusus. Memilih antara merekrut digimon atau buang air besar? Saya akan lebih memilih opsi pertama. Sang digimon peliharaan Anda? Biarkan saja ia merasakan suasana alam untuk sementara waktu.
Tanpa Level Tanpa Peringatan

Minimnya informasi yang Anda miliki tentang Digimon yang akan Anda hadapi dapat berujung pada malapetaka. Para digimon liar ini memang berjalan bebas dan Anda dapat sesekali “terpaksa” untuk bertarung dengan mereka. Masalahnya, sangat sulit bagi Anda untuk mengetahui peta kekuatan Digimon yang akan Anda hadapi. Selain jumlah HP yang mereka miliki, Anda tidak akan tahu kemampuan serang masing-masing dari mereka sampai mereka berhasil melayangkan setidaknya satu kali pukulan yang menimbulkan damage. Sayangnya, ketika Anda baru hendak menyadarinya, semuanya sudah terlambat. Jangan terkejut jika Anda bisa mati begitu saja tanpa sempat melakukan perlawanan sama sekali.
Status Effects

Status effect tentu selalu menjadi bagian terburuk dari sebuah pertarungan di dunia RPG. Digimon World juga tidak banyak berbeda. Salah satu status yang paling saya benci adalah status yang membuat digimon Anda berbentuk dua dimensi ini. Saya sendiri tidak dapat menemukan namanya. Status ini akan membuat Digimon Anda berbentuk seperti kartun, dengan kemampuan menyerang dan bertahan yang jauh lebih rendah. Jika musuh berhasil membuat Anda berubah menjadi format yang satu ini dan kemudian melancarkan finishing moves, Anda sudah dapat dipastikan tewas. Jika Anda punya item yang tepat, ia tentu bisa disembuhkan. Namun, ketika Anda sedang kekurangan, status effect akan menjadi kunci utama menentukan kemenangan.
Sensasi Setelah Memainkannya Kembali

Tidak ada sensasi yang lebih menyenangkan selain mengenang kembali masa-masa indah di masa lalu lewat sebuah video game yang fenomenal pada masanya. Digimon World boleh dibilang berhasil melakukan hal tersebut. Mendengarkan sound effectnya saja sudah cukup untuk membuat sedikit memori kembali. Namun bukan berarti game ini akan menjadi mudah begitu Anda memainkannya setelah begitu lama. Ia masih menawarkan tantangang yang sama. Kebebasan dan konsep open-world yang diusungnya saja sudah cukup membuat Anda tersesat di awal, apalagi mencari objektif yang tepat untuk dapat bergerak ke area selanjutnya. Pertarungan dengan Digimon lain juga tidak semudah yang dibayangkan.
Pada awalnya tujuan utama saya adalah membentuk setidaknya Metal atau Skull Greymon sebelum memutuskan untuk mengakhiri nostalgame kali ini. Namun apa daya, ternyata keputusan untuk terus meningkatkan HP dan Offense Power di Training Ground justru membuat Digimon berubah wujud menjadi tidak keren. Serangan range yang begitu efektif pun berubah menjadi serangan melee yang tergolong menyulitkan. Salah satu hal yang cukup disayangkan dari Digimon World adalah ketidaaan opsi untuk mengembalikan Digimon yang telah berevolusi ke bentuk awalnya sehingga gamer punya kesempatan untuk menjajal bentuk lain. Ketika saya gagal mendapatkan Greymon, ada sedikit rasa frustrasi yang muncul. Namun perasaan ini justru menjadi katalis yang tepat, seolah mengembalikan semua memori yang sempat terkubur dahulu.
Jika Anda termasuk penggemar game ini di zaman dulu, tidak ada salahnya untuk menjajal Digimon World kembali. Konsep dan gameplay yang ia hadirkan ternyata masih relevan hingga saat ini, penuh dengan elemen yang masih mampu membuat Anda terkagum-kagum. Apalagi untuk Anda yang belum sempat menamatkannya di masa lalu. Oh iya, jangan lupa siapkan walkthrough yang kini bisa Anda peroleh mudah lewat dunia maya. Mengapa? Karena hampir mustahil (setidaknya bagi saya) untuk dapat menyelesaikan game ini dan mendapatkan Digimon yang kita inginkan tanpa menggunakan walkthrough. Worth to replay!