Review Blades of Time: Kisah Misterius Sang Pemburu Harta Karun Seksi!
Beragam Dunia Memanjakan Mata


Blades of Time memang datang dengan konsep hack and slash yang tidak banyak berbeda dibandingkan game bergenre sama yang lain. Ia bahkan datang dengan mekanisme pertempuran yang mirip dengan beberapa franchise besar yang sudah ada. Salah satu keunikannya? Hanya ada pada sistem penguasaan waktu yang bersifat paralel serta pertarungan melee yang bergerak lebih cepat dibandingkan game hack and slash seperti biasanya. Lantas apa keunggulan Blades of Time dibandingkan game yang lain? Jawabannya mungkin ada pada desain setting yang harus diakui, patut mendapatkan acungan dua jempol. Semua dunia yang harus disinggahi oleh Ayumi sebelum ia dapat mencapai Dragon Temple berhasil dibangun dengan baik. Masing-masing darinya memiliki pesona dan sensasinya sendiri.
Sistem Equipment yang Dangkal


Untuk memberikan sensasi bahwa karakter Anda terus berkembang, Gaijin Entertainment juga menyisipkan sistem equipment yang terbagi atas beberapa kategori item yang dapat digunakan oleh Ayumi. Ayumi dapat menggunakan pedang, senapan, dan dua aksesoris lain dengan efek-efek yang berbeda satu sama lain. Jika pada game hack and slash lain, Anda diberi kewenangan yang luas untuk menentukan equipment yang Anda inginkan lewat proses beli dan upgrade, maka di Blades of Time, semuanya sudah tersedia begitu saja dalam satu alur linear yang tidak hampir tidak mungkin untuk Anda lewatkan. Yang perlu Anda lakukan hanyalah memastikan bahwa compass yang ada menyala terang di pinggang Anda, mengeluarkannya, dan menuju ke arah item tersembunyi yang terlihat dari indikator arah berwarna merah. Beberapa item memang membutuhkan Anda untuk melakukan cast magic Order terlebih dahulu sebelum dapat ditemukan, namun ini juga bukan hal yang sulit untuk dilakukan. Lantas apa yang membuatnya begitu dangkal? Anda akan sulit sekali mendapatkan kesan yang pasti bahwa semua equipment ini memang bekerja atau tidak. Anda tidak akan merasakan Ayumi yang bertambah kuat, bertambah cepat, atau memiliki magic yang lebih destruktif. Semuanya berjalan datar, seolah item-item ini hanya hadir sebagai dekorasi belaka.
Voice Acting? Lebih Seperti Membaca Naskah!


Nama Ayumi dengan rambut pirang saja sudah terhitung sebagai sebuah konsep yang agak absurd, apalagi jika menambahkannya dengan aksen British yang begitu kental. Ia justru menampilkan kesan Lara Croft-wannabe yang ternyata kurang sempurna. Lebih parahnya lagi? Semua karakter di dalam game ini tampil seolah robot tanpa emosi yang bertindak dan berbicara tanpa emosi sama sekali. Jika Anda pernah memiliki program pembaca SMS atau e-mail di smartphone Anda, maka seperti ini jugalah Anda akan mendapatkan kesan pertama ketika mendengar Ayumi berbicara. Lupakan aksen British yang seringkali terdengar seksi, baik di film maupun video game. Blades of Time akan lebih banyak membawa Anda pada dialog-dialog tanpa intonasi. Tidak hanya itu saja, sebagian besar narasi juga muncul dari mulut Ayumi sendiri, seolah semua cerita terbangun dari alur logikanya tanpa melibatkan orang lain.









