Review Call of Duty – Black Ops II: Arah Baru untuk Franchise FPS Terbaik!
Beradaptasi Dengan Setting Futuristik!
Pada dasarnya, pondasi sisi gameplay yang ditawarkan oleh COD: Black Ops II tidaklah jauh berbeda dengan game-game COD yang selama ini pernah Anda mainkan. Ia masih tampil sebagai sebuah game FPS arcade konvensional yang memang menjadi identitas utamanya. Ini berarti, Anda masih hanya harus menghabisi setiap musuh yang ada, berganti senjata sesuai dengan kondisi yang ada, memastikan diri selamat dengan berlindung ketika kritis, dan selebihnya? Menikmati jalinan plot dan dramatisasi epik yang belum luntur dari franchise yang satu ini. Di tingkat yang paling dasar, ia masih menjadi COD yang Anda kenal selama ini.
Satu hal yang mungkin harus diperhatikan oleh para veteran COD mungkin hanya pada setting perang futuristik yang kini menjadi tema utama. Anda sama sekali tidak akan menemukan masalah ketika berperan sebagai Alex Mason dan terlibat dalam perang tahun 80-an, namun ketika berpindah ke sudut pandang sang anak – David Mason, ada beberapa hal yang harus kembali dipelajari. Setting futuristik ini akan memaksa Anda untuk mempelajari berbagai senjata, teknologi, dan musuh “fiksi” yang memang tidak familiar di franchise ini. Butuh waktu untuk membiasakan diri sebelum Anda mampu memperlihatkan performa perang dalam kualitas yang paling maksimal.
Hal utama yang harus dipelajari adalah senjata. Walaupun Activision tidak serta-merta “memaksakan” senjata laser seperti Star Wars, namun beberapa teknologi yang disematkan kepadanya membuat beberapa sifat senjata tampil baru, terutama dari sisi recoil, reload speed, dan kecepatan muntahan peluru. Tidak hanya itu saja, beberapa senjata juga mengadaptasikan teknologi yang belum ada di dunia nyata seperti kemampuan untuk melihat tembus pandang, hingga menghimpun tenaga untuk daya penetrasi peluru yang mampu menembus bahan apapun. Di sisi lain, beberapa tim musuh juga datang dengan teknologi cloaking yang membuat mereka tidak terlihat, sehingga butuh strategi tertentu untuk ditundukkan. Interaksi dari fitur baru inilah yang membuat seri ini terasa menyegarkan dan berbeda. Selain kedua hal di atas, Anda tidak perlu banyak cemas untuk mengadaptasikan diri dengan teknologi fiksi lain yang ada di COD: Black Ops 2. Apa pasal? Karena demonstrasi teknologi ini sebagian besar hanya merupakan bagian dari dramatisasi cerita belaka. Anda tidak serta-merta dapat menggunakan Jet Pack ataupun pesawat dalam kendali manual.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah masuknya beragam teknologi robotik sebagai “senjata” yang awam di setting futuristik COD: Black Ops II ini. Tidak hanya sebagai pendukung untuk aksi Anda, tetapi juga kemungkinan untuk bertemu dengan mereka di sisi musuh. Jika berada di sisi Anda, Anda dapat mengendalikan arah serangan mereka dengan tombol yang sederhana. Sementara jika berada di sisi musuh, Anda hanya harus menembak mereka hingga hancur. Namun kasus berbeda terjadi pada unit robot yang lebih besar – CLAW yang membutuhkan senjata yang lebih besar untuk dapat ditaklukkan. Tidak dapat dipungkiri lagi, beragam robot ini akan menjadi ancaman yang lebih serius untuk diperhatikan ketika Anda terlibat dalam pertempuran. Mengapa? Presisi serangan, varian senjata, dan kecepatan peluru mereka cukup untuk membuat Anda tewas, bahkan sebelum Anda sadari. Make sure, you destroy them all!
Strike Force – Side Mission RTS yang Krusial!
Gameplay utama dari Call of Duty: Black Ops II memang sebuah FPS arcade konvensional, namun bukan berarti hanya hal tersebut yang ia tawarkan. Treyach juga menyuntikkan sebuah mode baru yang berkembang menjadi side mission dengan peran yang sangat krusial – Strike Force mode.
Strike Force mode ini sendiri hanya tersedia dalam dalam kurun waktu yang terbatas selama Anda menjalankan cerita utama yang ada. Ia juga hadir sebagai sebuah side-mission yang dapat Anda mainkan ataupun tidak, tergantung pada pilihan Anda. Namun, ia memegang peranan yang sangat penting untuk menentukan arah cerita yang akan Anda dapatkan di misi utama. Jika misi utama menjadikan upaya perburuan Menendez sebagai fokus utama, maka Strike Force lebih berfokus pada upaya perburuan Tian-Zhao, seorang jenderal yang memiliki kepentingan pribadi untuk bekerja sama dengan Menendez. Misi-misi Strike Force akan berpengaruh pada seberapa genting hubungan antara China dan Amerika Serikat. Semakin sedikit misi yang diselesaikan, semakin rentan pula hubungan dalam Perang Dingin yang sudah tercipta.
Berbeda juga dengan misi utama yang ada, Strike Force justru hadir dengan atmosfer RTS yang lebih kental daripada FPS. Seolah berperan sebagai seorang jenderal di perang kolonial masa lalu, Anda dapat menggerakkan pasukan dan robot yang ada dengan mekanisme yang sederhana. Sudut pandang dari atas tentu saja membantu Anda mendapatkan gambaran yang lebih sempurna akan medan perang yang Anda hadapi. Anda dapat meminta pasukan-pasukan ini sekedar bergerak atau menyerang, dalam unit atau keseluruhan dengan mudah. Namun ingat, AI yang bergerak dalam mode RTS ini begitu rentan dan mudah mati. Tetapi tenang saja, Anda juga bisa mengendalikan secara personal setiap anggota yang ada untuk kembali terlibat dalam mode FPS ala misi utama, dan memastikan setiap misi yang dicapai berhasil.
Satu hal yang perlu diingat, Anda diberikan kesempatan dalam jumlah yang sangat terbatas untuk menyelesaikan setiap misi, jadi pastikan setiap gerak permainan Anda didesain untuk menyelesaikan misi ini secara efektif dalam batas waktu, daripada sekedar mencari kesenangan dan membunuh apapun yang bergerak. Saran kami? Pastikan Anda menyelesaikan setiap misi Strike Force yang ada. Keuntungannya apa? Kita akan bahas di bagian selanjutnya.