GameFight: Bioshock Infinite VS The Last of Us
Music
![]() |
![]() |
Music adalah denyut jantung dari Bioshock Infinite, sesuatu yang tidak bisa lagi diganggu gugat. Irrational membangun Columbia dengan cita rasa klasik yang kental, dengan musik sebagai representasi budaya untuk mewakili hidup masyarakat kota di atas angkasa yang satu ini. Paduan suara, hingga suara Elizabeth sendiri yang menyanyikan “Will the Circle be Unbroken” tampil begitu indah, memperkuat atmosfer sendu dari sosok Elizabeth itu sendiri. Musik yang ditawarkan di The Last of Us juga tidak kalah memesona. Penuh dengan dentingan gitar Gustavo Santaolalla yang seolah menghembuskan bau anyir kematian ke udara, iringan musik ini memang mampu menangkap atmosfer ketakutan dan kecemasan Joel dan Ellie yang begitu rentan. Namun sayangnya, kualitas dan varian yang ia tawarkan tidak sekuat musik yang disuntikkan Irrational untuk Bioshock Infinite.
Bioshock Infinite (2) VS The Last of Us (3)
World Design
![]() |
![]() |
Dunia post-apocalyptic The Last of Us berhadapan dengan terror di balik keindahan dunia Columbia yang ditawarkan oleh Bioshock Infinite, dua dunia yang seolah didesain untuk menawarkan sensasi yang berbeda. Naughty Dog melakukan tugas yang sangat baik dengan menciptakan sebuah dunia yang luar biasa. Gedung dan rumah yang terlentar, hancur, dan kemudian diambil alih oleh kekuatan alam, sekaligus menawarkan terror lewat sudut yang gelap, penuh spora, dan Infected yang siap untuk menghabisi nyawa kapan saja memang merepresentasikan sebuah skenario post-apocalyptic yang menyeramkan. Namun pesona ini tetap tidak mampu membuat memori kami akan Columbia lenyap begitu saja. Sebuah dunia utopia yang melayang di angkasa, Columbia adalah “surga” yang divisualisasikan secara manis lewat serangkaian elemen yang menyempurnakan kesan tersebut. Interaksi antar para NPC di latar belakang, dunia yang hampir terlihat surealis, dan keinginan untuk terus menjelajahi setiap sudutnya membuat setting Bioshock Infinite ini lebih baik.
Bioshock Infinite (3) VS The Last of Us (3)
Epicness
![]() |
![]() |
Bioshock Infinite dan The Last of Us, dimanakah di antara kedua game tersebut yang mampu menghasilkan pengalaman yang jauh lebih menggugah? Untuk urusan yang satu ini, kemenangan jelas berada di tangan proyek ambisius milik Naughty Dog – The Last of Us. Mekanisme battle sinematik, dunia yang secara konsisten memacu adrenalin Anda, cerita yang divisualisasikan dengan sangat jujur dan brutal, dan interaksi antara tokoh yang akan mengikat Anda secara emosional, dipadukan dengan berbagai dramatisasi yang luar biasa, The Last of Us adalah sebuah epitome dari sebuah game survival horor yang epik. Ada ketakutan, ada rasa memiliki, ada rasa ingin bertahan hidup, ada perasaan untuk membahagiakan Ellie, ada keinginan untuk melihat bagaimana cerita ini akan berakhir. Bagian terbaik? Ada keinginan untuk melupakan semua ingatan Anda tentang The Last of Us, supaya Anda bisa menikmati kembali game ini dari awal dengan pengalaman yang sama.
Bioshock Infinite (3) VS The Last of Us (4)
And The Winner is: The Last of Us
![]() |
![]() |
Sebuah pertarungan ketat antara dua buah game yang memang harus diakui, adalah yang terbaik di sepanjang tahun 2013 ini. Namun dengan semua keterbatasan yang ia miliki, The Last of Us memang membuktikan kualitas yang membuat pantas untuk menjadi pemenang di sesi GameFight kali ini. Menghadirkan mekanisme gameplay yang lebih kompleks dan menantang, plot gelap yang direpresentasikan dengan jujur dan brutal, dan kerikatan emosial yang lebih kuat dengan sang sosok karakter, The Last of Us menghadirkan sebuah kualitas pengalaman gaming yang intens, tetapi juga menggugah di saat yang sama.
Tragedi yang harus dihadapi oleh Ellie, semua mimpi buruk yang harus disaksikan oleh mata polos yang belum pernah melihat dunia sebelumnya, membuat konflik internal yang dimiliki oleh Elizabeth terasa begitu ringan. Ketika Elizabeth berlindung di balik sosok Booker, Ellie harus mencabut nyawa 5 orang lainnya untuk sekedar bertahan hidup, bahkan menyelamatkan si malaikat pelindungnya – Joel. Namun satu hal yang bisa dipetik dari kedua game ini? Kenyataan bahwa kualitas cerita dan berbagai elemen kecil seperti desain dunia jauh lebih mampu mempengaruhi pengalaman gaming, tampaknya menjadi wake up call untuk para developer dan publisher yang sempat mengklaim bahwa kualitas grafis adalah segalanya.
Jika Anda termasuk gamer yang pernah memainkan kedua game ini, jangan ragu untuk meninggalkan komentar jika Anda merasa bahwa penilaian di atas menganut indikator yang dirasakan tidak berimbang. Apalagi jika Anda merasa bahwa Bioshock Infinite tampil jauh lebih sempurna dibandingkan The Last of Us. Tidak ada yang lebih menarik bagi seorang gamer selain membuka diri dan bertukar sudut pandang ketika menikmati game-game terbaik yang ditawarkan oleh industri game saat ini. Please feel free to discuss!