Review Ouya: Potensi yang Belum Tergali!
Desain dan Fitur
The Console

Sebuah konsol compact nan elegan, warna silver yang membalut Ouya memang memperlihatkan kesan futuristik dan solid dengan bentuk lengkung yang lebih dominan. Tombol power ditempatkan di bagian teratas konsol untuk kemudahan akses, dengan lubang kipas yang didistribusikan merata di bagian terbawah. Untuk sebuah perangkat sekecil ini, Ouya terhitung didesain dengan sangat baik – setidaknya memperlihatkan kesan sebuah konsol gaming yang kentara. Penempatan exhaust di bagian bawah juga mendukung suhu gaming yang lebih bersahabat. Kami sendiri sempat menjajalnya lebih dari 12 jam berturut-turut sembari mengunduh sebuah game berukuran besar. Hasilnya? Konsol ini tidak menghasilkan panas yang akan cukup untuk membuat Anda panik.


Di belakang Ouya sendiri, Anda akan menemukan beberapa port krusial untuk memastikan konsol ini dapat berjalan dalam batas paling maksimal. Selain kabel power yang menjadi sumber tenaga utama, Anda juga akan menemukan slot ethernet untuk terhubung ke dunia maya, sebuah slot HDMI yang akan membuatnya konsol ini mampu memproyeksikan game-game Android hingga resolusi 1080p, dan sebuah slot USB untuk memfasilitasi perangkat Anda. Tidak hanya itu saja, Ouya juga mendukung koneksi via wi-fi dan compatible dengan varian kontroler lain yang memang menjadikan bluetooth sebagai basis.
Secara desain konsolnya sendiri – Ouya pantas untuk diacungi jempol. Reliable dan terlihat futuristik, ia akan terlihat luar biasa di mana pun Anda menempatkannya.
The Controller

Pada akhirnya, nyaman atau tidaknya Anda memainkan sebuah konsol juga akan ditentukan oleh sang jembatan utama yang menghubungkan Anda – si kontroler. Kontroler wireless yang diusung oleh Ouya memperlihatkan kualitas yang terhitung mumpuni untuk sebuah platform yang didistribusikan dengan harga hanya USD 99. Dibalut dengan warna silver dan bahan alumunium di kedua sisinya, kontroler ini akan memastikan tangan Anda senantiasa dingin dan terbebas dari keringat walaupun digunakan untuk waktu yang cukup lama. Ukurannya sendiri terhitung nyaman untuk digunakan oleh tangan siapapun, dengan kontur desain yang terhitung ergonomis. Hal ini didukung dengan lokasi penempatan baterai yang berada tepat di bagian bawah konsol – untuk meminimalisir desain bulky ala Xbox 360.


Dengan mengambil desain jumlah tombol yang menjadi standar di industri game saat ini, kontroler Ouya ini memang tidak memiliki tombol Start – Select. Sebagai gantinya, Anda akan menemukan sebuah area hitam yang berada di tengah layar. Namun bukan untuk sekedar desain, area hitam ini ternyata adalah sebuah touchpad. Ia menjadi jawaban untuk interface sebagian besar aplikasi Android yang memang didesain untuk dioptimalkan di layar sentuh. Anda akan menemukan sebuah pointer kecil yang bergerak di layar begitu touchpad ini aktif. Seribu sayang, Anda tidak dapat menggunakannya sebagai ganti mekanik “layar sentuh” ketika memainkan game-game Android yang tidak memberikan support bagi kontroler fisik. Kontroler Ouya ini juga tidak mendukung fungsi krusial lainnya yang seringkali dituntut dari game-game Android, yakni sensor gerak.


Walaupun menawarkan desain yang jempolan, performa yang ditawarkan kontroler inilah tidak sebaik penampilan fisiknya. Untuk beberapa tombol utama, jari Anda masih akan mendapatkan sensasi feedback yang kualitasnya hampir sama dengan kontroler sekelas Xbox 360 dan Playstation 3. Namun begitu Anda mendaratkan jari Anda di D-pad dan bagian Trigger belakang, Anda akan berhadapan dengan kesan “murahan”. Setiap kali Anda menekan tombol trigger di bagian belakang, Anda akan merasakan feedback yang lambat dan pegas yang terasa seperti berkarat. Sementara untuk D-pad, hampir tidak bisa dinikmati sama sekali. Kecil dengan feedback buruk, hanya tinggal waktu sebelum tangan Anda luka jika menggunakan tombol ini secara terus-menerus. Untungnya navigasi Anda tidak akan terganggu berkat kehadiran analog yang terasa pas di jari.

Kekurangan tombol Start dan Select juga bisa menjadi kekurangan tersendiri, apalagi jika Anda menjajal emulator konsol lain yang tentu saja membutuhkan kedua tombol ini. Oleh karena itu, Anda harus memodifikasi perintah tombol terlebih dahulu sebelum dapat menikmati game-game emulasi ini dengan lebih baik.
The Game

Salah satu yang menjadi nilai jual utama Ouya tentu terletak pada game-game yang ia tawarkan. Dengan resolusi penuh 1080p, Ouya sebenarnya potensial untuk menjadi rumah yang “nyaman” bagi para developer untuk mengembangkan game-game mobile andalan mereka. Apalagi hal ini diperkuat dengan klaim dukungan yang sempat dicetuskan di masa lalu. Semua ini kian sempurna dengan idealisme Ouya untuk mendistribusikan game-game ini secara cuma-cuma kepada gamer. Indah? Sangat. Namun sayangnya, begitu konsol ini dijajal, yang didapatkan hanyalah lebih banyak kekecewaan. Potensi Ouya sebagai konsol Android pertama di dunia justru luluh lantak karena fungsi yang seharusnya menjadi nilai jual utamanya – Gaming.
Ouya mungkin menawarkan fitur menarik seperti 3D Support dan user-interface pencarian game dalam kategori sederhana yang memudahkan gamer, namun fakta bahwa ia tidak mendukung aplikasi kunci Android – Google Play sudah cukup untuk menjelaskan apa yang sebenarnya salah dari konsol yang satu ini. Benar sekali, jika Anda bertahan dengan format awal yang ditawarkan oleh Ouya, maka Anda hanya akan disuguhkan oleh jumlah game yang sangat terbatas – game-game yang memang sudah diadaptasikan untuk konsol yang satu ini. Ini berarti Anda tidak akan dapat bertemu dengan game-game populer lainnya di konsol ini, hingga Ouya mendapatkannya secara resmi. Fakta bahwa ia tidak mendukung Google Play baru saja menjauhkan konsol ini dari ratusan ribu game mobile yang seharusnya dapat dijadikan sebagai nilai jual.



Sudah diadaptasikan ke dalam list game yang didukung Ouya tidak lantas membuat semuanya sempurna dan tampil lebih baik. Dari game yang kami jajal, seperti Final Fantasy III versi Android misalnya. Terlepas bahwa ia memang sudah menyuntikkan setting kontroler Ouya yang pantas sejak awal permainan, FF III ternyata tidak mendukung penuh resolusi 1080p yang ditawarkan Ouya. Anda masih bisa menemukan potongan layar hitam di bagian kiri dan kanan layar ketika memainkannya. Berita yang lebih buruk? Walaupun sempat mengemukakan bahwa sebagian besar game yang dirilis di Ouya akan didistribusikan secara cuma-cuma, Anda akan menemukan bahwa sebagian besar game ini hanya berada dalam “Trial Version”. Benar sekali, untuk mendapatkan pengalaman yang penuh dan maksimal – Anda tentu saja harus MEMBELI game ini lewat akun Anda sendiri. Gratis? Lebih tepatnya, Trial! Game seperti Canabalt bahkan hanya memungkinkan Anda untuk memainkannya 5 kali dalam kurun waktu 24 jam.
Anda juga akan menemukan bahwa beberapa game yang ada bahkan masih belum mendukung kontroler Ouya secara penuh, memaksa Anda untuk memainkannya via touchpad, yang tentu saja tidak nyaman.