Review The Wolf Among Us: Dongeng Tanpa Akhir Indah!
Lebih Gelap, Lebih Brutal

Jika kita membicarakan gameplay yang ditawarkan, The Wolf Among Us mungkin memperlihatkan mekanik yang tidak banyak berbeda dibandingkan dengan apa yang diadaptasikan Telltale Games di The Walking Dead. Cerita akan bergerak dalam plot yang mengalir ke depan, dimana Anda akan terlibat dalam tiga gaya gameplay besar: dimana Anda harus mengambil opsi dalam percakapan, bergerak dan mencari clue, serta melewati serangkaian proses QTE ketika bertarung dalam cut-scene yang ditawarkan. Walaupun demikian, jangan mengharapkan Anda akan mendapatkan atmosfer yang sama di antara keduanya. The Wolf Among Us hadir dengan keunikan tersendiri yang membuat Episode 1 – Faith ini terlihat jauh lebih menawan.
Salah satu kesan yang mungkin akan Anda dapatkan dari game ini adalah atmosfernya yang gelap dan brutal, dibandingkan dengan drama sekelas The Walking Dead sekalipun. Fabletown mungkin memuat tokoh-tokoh dongeng yang terlihat manis di setiap cerita klasik yang pernah kita cicipi, namun tidak ada akhir yang bahagia untuk mereka. Mereka adalah makhluk berbeda dengan apa yang sempat diceritakan oleh orang tua kita sebelum tidur. Atmosfer Fabletown yang keras dan berbagai usaha keras yang harus mereka telurkan untuk dapat membaur di hidup manusia membuka celah konflik tersendiri. Tema yang jauh lebih dewasa, Telltale tidak lagi menahan diri.


Sumpah serapah, desain Fabletown yang kejam, berbagai makhluk menyeramkan, darah, kematian, mutilasi, dan brutalitas akan menemani sejak awal permainan. Fakta bahwa para Fables ini memiliki rentang usia yang begitu panjang dan daya tahan yang lebih baik dari manusia biasa memungkinkan Telltale untuk mengeksploitasi aspek yang satu ini dan menawarkan lebih banyak cut-scene aksi yang di dalamnya. Namun di sisi lain, beberapa elemen dongeng seperti kemampuan magis dan transformasi di dalamnya tetap ditawarkan. Di The Walking Dead, kehadiran sosok Clementine mungkin membuat pengalaman yang ada terasa lebih “halus”, karena Anda secara konsisten melihat harapan muncul dari sosok yang satu ini. Namun di The Wolf Among Us, semuanya adalah “manusia” dewasa dengan konflik, kepentingan, dan agenda masing-masing.
Lupakan sementara atmosfer gelap yang terbangun sangat baik di The Wolf Among Us, dan mari beralih ke mekanik gameplay. Seperti yang sempat kami bicarakan sebelumnya, secara mendasar tidak ada perbedaan yang signifikan antara mekanik gameplay yang ditawarkan Telltale di kedua seri ini, namun harus diakui, Telltale menyempurnakan beberapa aspek di The Wolf Among Us. Sistem percakapan dan berbagai pilihan yang ditawarkan masih akan membuka Anda pada beragam jalan alternatif cerita yang bisa dipakai. Pilihan-pilihan ini kini ditawarkan dalam batas waktu tertentu, memaksa Anda untuk memilihnya secara impulsif dan bukannya lewat pertimbangan matang otak dan prediksi skenario seperti apa yang akan lahir. Menariknya lagi, Anda tidak harus memberikan respon di setiap percakapan. Diam kini menjadi opsi yang valid dan memberikan pengaruh tersendiri pada jalan cerita yang ada.


Peran Bigby Wolf sebagai seorang Sheriff juga dimaksimalkan oleh Telltale, untuk membuatnya berbeda dari cita rasa The Walking Dead. Tidak hanya sekedar bergerak dan mengakses beragam item dalam ruang untuk memicu progress cerita, Wolf juga akan dihadapkan pada kasus-kasus yang menuntutnya untuk menginvestigasi TKP, mencari clue yang memang signifikan, atau sekedar menginterogasi karakter di tempat untuk mencari tahu apa yang sebenarnya tengah terjadi. Semua persinggahan kasus ini akan membantu Wolf semakin dekat dengan tersangka yang bertanggung jawab atas kekejamanan yang tengah berlangsung di Fabletown. Tidak jeli? Anda kemungkinan akan melewatkan hal yang satu ini.
Proses QTE yang kini diperkuat untuk menambahkan sedikit elemen aksi ke The Wolf Among Us tetap dapat mudah dikuasai. Sebagian besar QTE ini hanya akan meminta Anda untuk menekan tombol-tombol sederhana tanpa perlu kecekatan tangan sama sekali. Beberapa titik QTE juga menuntut Anda untuk mengarahkan cursor mouse ke posisi tertentu dan menekan tombol klik. Tidak ada mekanisme yang akan merepotkan koordinasi mata tangan Anda.



Tidak hanya visualisasi dan dunia yang dibangun dengan sangat baik, Telltale juga masih menampilkan kualitas “film” yang luar biasa lewat pemilihan voice acts yang kembali, pantas untuk diacungi empat jempol. Terlepas dari desain karakter dongeng yang mungkin tidak terlihat “rasional”, setiap Fables ini mampu menampilkan karakter yang kuat, terutama lewat penggunaan aksen, gaya bahasa, dan tentu saja intonasi suara yang terlontar di setiap percakapan. Anda bisa dengan mudah menangkap emosi yang ada.
Bagaimana Jika Saya Belum Pernah Membaca Komik Fables Sebelumnya?

Ini juga yang menjadi pertanyaan terbesar kami sebelum menjajal The Wolf Among Us ini. Harus diakui, nama Bill Willingham dan “Fables” tidak cukup populer di kalangan penggemar komik Tanah Air, dibandingkan dengan lusinan karakter superhero dan villain yang tersebar di semesta Marvel dan DC, misalnya. Kekhawatiran ini juga sempat menyertai benak kami. Bagaimana jika Telltale gagal memang mengembangkan game ini untuk para gamer yang sudah familiar dengan seri komiknya? Apakah ia cukup untuk dinikmati oleh mereka yang belum pernah mengenal nama Fables sebelumnya?
Jawabannya? Sangat bisa. Keputusan Telltale untuk tidak bertele-tele menawarkan latar belakang kelahiran Fabletown memang pantas untuk diacungi jempol. Alih-alih harus berhadapan dengan cut-scene panjang, Telltale hanya menyuntikkan kalimat-kalimat pendek di awal cerita untuk membantu gamer yang tidak familiar mendapatkan sedikit gambaran. Singkat, padat, dan jelas, Anda akan langsung dapat menangkap esensi cerita dari The Wolf Among Us dan mengapa ia terasa begitu aneh, namun familiar di saat yang sama. Menariknya lagi, Anda juga masih memiliki ruang yang cukup luas untuk mengenal karakter-karakter ini dalam progress cerita yang ditawarkan.


Mendengar babi yang bisa berbicara, merokok, atau mabuk? Atau keluarga katak kecil yang jatuh di bawah garis kemiskinan dan berjuang untuk bertahan hidup? Putri Salju yang kini bekerja kantoran? Atau bahkan kisah cinta Beauty dan Beast yang kini dipenuhi rahasia dan terancam hancur? Fakta bahwa Anda atau kami belum pernah membaca Fables sebelumnya justru melahirkan keuntungan tersendiri. Kegilaan dunia yang berusaha dibangun di The Wolf Among Us ini akan membuat Anda jatuh hati dan terus menggelitik rasa penasaran Anda. Sensasi yang mungkin tidak akan sekuat mereka yang sudah mengenal nama komik Fables sebelumnya. Blessing in disguise!












