Review Beyond – Two Souls: Penutup Generasi yang Manis!

Reading time:
October 16, 2013

Jodie dan Aiden: Kolaborasi Maut

Jodie dan Aiden, kombinasi yang mematikan.
Jodie dan Aiden, kombinasi yang mematikan.

Jika kita membicarakan salah satu elemen yang membuat Beyond: Two Souls berbeda dengan sebagian besar proyek Cage selama ini, maka kehadiran sosok Aiden boleh terbilang sebagai elemen yang paling berpengaruh. Makhluk supernatural yang terikat kuat dengan Jodie ini memang menawarkan pengalaman “gila” di luar nalar, memungkinkan Anda untuk menempuh segudang opsi yang mungkin tidak akan pernah bisa dilakukan dengan hanya menggunakan Jodie saja.

Bagaimana tidak? Aiden bukanlah sekedar makhluk tanpa wujud yang hanya bisa melayang tanpa tujuan. Kekuatannya sendiri sangat beragam. Dari sekedar menggerakkan dan mengontrol benda yang jauh dari Jodie, menyembuhkan, membaca pikiran, hingga merasuki dan mengendalikan tubuh makhluk hidup yang lain, termasuk manusia. Atau jika Anda ingin mengabaikan sedikit hati nurani, Aiden juga dapat membunuh. Sebagai anggota CIA, Aiden memang menjadi aset terpenting bagi Jodie untuk memastikan setiap misi berjalan lancar. Dengan hanya menekan tombol segitiga, Anda bisa beralih dari kacamata Jodie dan Aiden secara instan. Aiden akan digerakkan dari sudut pandang orang pertama dengan sebuah benang ungu yang memperlihatkan jarak Anda dengan Jodie sebagai host.

Apakah ini berarti Anda bisa melakukan apapun yang Anda inginkan dengan Aiden? Sayangnya tidak. Setiap aksi yang bisa Anda picu akan ditunjukkan lewat beberapa indikator di sepanjang level. Sebuah titik kecil yang terletak di benda tertentu menunjukkan bahwa benda tersebut dapat dimanipulasi oleh Aiden, dari sekedar digerakkan, didorong, hingga dihancurkan. Sementara untuk makhluk hidup, Aiden akan bertemu dengan dua warna utama yang menyinari tubuh mereka – orange yang menunjukkan bahwa mereka dapat dikendalikan dan merah yang mengindikasikan kesempatan untuk menghabisi nyawa mereka secara instan. Semua indikator ini akan tersebar di setiap chapter yang Anda lewati.

Dengan hanya menekan tombol segitiga, Anda bisa bertukar peran antara AIden dan Jodie secara instan. Ketika Anda mengendalikan Aiden, Anda akan masuk dalam kacamata first person dan berada di luar tubuh Jodie.
Dengan hanya menekan tombol segitiga, Anda bisa bertukar peran antara AIden dan Jodie secara instan. Ketika Anda mengendalikan Aiden, Anda akan masuk dalam kacamata first person dan berada di luar tubuh Jodie.
Sayangnya, kemampuan Aiden tidak dapat digunakan seenaknya. Ada indikator kecil yang memperlihatkan hal-hal apa saja yang bisa Anda manipulasi.
Sayangnya, kemampuan Aiden tidak dapat digunakan seenaknya. Ada indikator kecil yang memperlihatkan hal-hal apa saja yang bisa Anda manipulasi.
Warna orange mengindikasikan karakter dapat dirasuki dan dikendalikan, sementara warna merah memungkinkan Aiden untuk menghabisi nyawa mereka secara langsung.
Warna orange mengindikasikan karakter dapat dirasuki dan dikendalikan, sementara warna merah memungkinkan Aiden untuk menghabisi nyawa mereka secara langsung.

“Kebebasan” untuk menentukan cara Anda menyelesaikan setiap chapter biasanya akan sangat ditentukan oleh seberapa besar peran yang ingin Anda hadirkan untuk sosok Aiden sendiri. Semua indikator yang muncul ini ditawarkan sebagai opsi, bukan sesuatu yang HARUS dipicu untuk mendapatkan progress cerita. Jadi Anda memiliki kebebasan untuk menentukan seberapa brutal atau halus cara Anda menyelesaikan permasalahan yang ada. Sebagai contoh? Ketika Jodie yang tengah terdesak kebutuhan harus merampok sebuah toserba. Aiden memang dibutuhkan untuk membuka pintu utama, namun eksplorasi lebih jauh akan membuka opsi bagi Anda untuk mematikan sistem keamanan yang ada sebelum melompat masuk. Keuntungannya? Aksi ini akan membuatnya lebih aman. Namun tidak mematikan sistem keamanan bukan berarti kiamat. Anda akan berhadapan dengan skenario lain yang muncul sebagai konskuensi. Aiden juga dapat digunakan untuk membaca memori dari orang atau benda tertentu untuk membantu Jodie mendapatkan gambaran apa yang sebenarnya tengah terjadi. Di saat-saat tertentu, Aiden bahkan cukup kuat untuk melindungi Jodie dari hantaman peluru dan api.

Apakah ini berarti Jodie bukanlah siapa-siapa tanpa Aiden? Tenang saja, karakter yang diperankan oleh Ellen Page ini juga tangguh luar biasa, walaupun tanpa kehadiran Aiden sendiri. Ditempa di badan pelatihan CIA, Jodie mengembangkan kekuatan fisik yang cukup untuk menghadapi serangkaian serangan fisik yang ada, bahkan melakukan inflitrasi tersembunyi dan menembak secara akurat. Sebuah status yang membawa Beyond: Two Souls menerapkan sebuah mekanisme gameplay yang baru, sebuah QTE yang lebih sederhana dan berfokus pada satu tombol saja – analog kanan.

Berbagai aksi yang dilakukan Jodie sebagai individu tanpa Aiden akan lebih banyak dipicu dengan menggunakan analog kanan, dari hal sederhana seperti membuka pintu atau mengakses beragam item di dalam ruangan, hingga yang lebih kompleks seperti bertarung tangan kosong. Untuk skenario yang pertama, penggunaan analog kanan ini sederhana. Seperti Aiden, Anda hanya tinggal mencari item-item yang memperlihatkan sebuah tanda titik putih yang menunjukkan bahwa ia dapat diakses. Namun mekanisme yang lebih kompleks terjadi ketika Anda harus bertarung tangan kosong dengan menggunakan Jodie.

Anda memang masih akan bertemu dengan QTE yang meminta Anda untuk menekan tombol tertentu, namun dalam jumlah yang sangat minim. Fokusnya kini lebih pada optimalisasi analog kanan.
Anda memang masih akan bertemu dengan QTE yang meminta Anda untuk menekan tombol tertentu, namun dalam jumlah yang sangat minim. Fokusnya kini lebih pada optimalisasi analog kanan.
Titik putih kecil ini memperlihatkan item apa saja yang dapat digunakan Jodie.
Titik putih kecil ini memperlihatkan item apa saja yang dapat digunakan Jodie.
Pertarungan tangan kosong adalah atraksi dan sekaligus sumber frustrasi utama di Beyond: Two Souls.
Pertarungan tangan kosong adalah atraksi dan sekaligus sumber frustrasi utama di Beyond: Two Souls.
Walaupun waktu diberhentikan untuk membantu Anda mengambil keputusan ke mana arah Jodie akan melangkah, namun gerak tubuhnya sendiri terkadang tidak memberikan informasi yang cukup.
Walaupun waktu diberhentikan untuk membantu Anda mengambil keputusan ke mana arah Jodie akan melangkah, namun gerak tubuhnya sendiri terkadang tidak memberikan informasi yang cukup.

Selamat tinggal sistem QTE yang meminta Anda untuk bertarung dengan serangkain tombol yang muncul di layar, karena Beyond: Two Souls hadir dengan mekanik baru yang lebih sederhana, namun di sisi lain – sulit. Untuk memenangkan pertempuran, Anda kini hanya harus menekan analog kanan menuju arah yang tengah dituju oleh Jodie ketika waktu berhenti. Sebagai contoh, jika tangan terkepal Jodie terlihat menuju ke kanan, maka Anda harus menekan analog kanan ke arah tersebut untuk menyempurnakan eksekusi.

Begitu juga menghindar, Anda harus menggerakkan analog kanan ke arah tubuh Jodie “akan” bergerak. Terdengar fantastis memang, namun eksekusi mekanik ini justru menghasilkan rasa frustrasi tersendiri. Mengapa? Karena sebagian besar animasi yang ada tidak memperlihatkan dengan cukup jelas kemana sebenarnya arah Jodie bergerak. Hasilnya? Anda akan berhadapan dengan kegagalan berulang kali. Parahnya lagi, beberapa skenario pertarungan yang ada akan tetap terus melanjutkan animasi yang ada terlepas apakah Anda berhasil atau gagal.

Walaupun Aiden memainkan peranan yang cukup penting, Jodie tetap menjadi tokoh sentral. Karena lewat karakter inilah, keputusan-keputusan yang dapat menentukan arah cerita diambil.
Walaupun Aiden memainkan peranan yang cukup penting, Jodie tetap menjadi tokoh sentral. Karena lewat karakter inilah, keputusan-keputusan yang dapat menentukan arah cerita diambil.

Namun terlepas dari kemampuan Aiden yang luar biasa, Jodie tetap menjadi karakter utama dan “wajah” dari Beyond: Two Souls tersebut. Ia tetap akan menjadi pondasi utama untuk menentukan beberapa respon dan keputusan penting krusial yang akan menentukan arah cerita game, sementara Aiden tidak memiliki hak apapun di hal tersebut. Pada akhirnya Anda akan mengembangkan kepedulian yang mendalam pada Jodie – karakter yang sudah Anda ikuti hidupnya sejak kecil hingga dewasa, sementara Aiden seringkali dilihat tak ubahnya senjata – tanpa kesempatan untuk membangun keterikatan emosional yang signifikan.

Eksperimen Menggabungkan Beragam Genre Game

Tidak hanya
Tidak hanya “drama”, Quantic Dreams juga berusaha menyuntikkan beberapa genre ke dalam Beyond. Sayangnya, justru membuatnya terlihat kurang konsisten.

Salah satu yang cukup menarik dari Beyond: Two Souls adalah fakta bahwa Cage seolah berusaha menggabungkan beberapa genre game di dalamnya, tidak hanya sekedar sebuah game interactive story yang menjual cerita. Di beberapa titik cerita, terutama ketika Anda berperan sebagai Jodie kecil, Anda juga akan berhadapan dengan beberapa skenario cerita yang justru lebih menawarkan cita rasa horror di dalamnya. Kesan ini muncul dari atmosfer gelap, sunyi, dan ekspresi Jodie yang memang rentan menjadi korban dari makhluk misterius yang dikenal sebagai “Entity”, di sisi lain, mengharuskan Aiden yang belum cukup kuat untuk melindungi sang malaikat kecil ini.

Sensasi ini juga kian mengalir kentara ketika Jodie, untuk pertama kalinya, menemukan fakta bahwa ia dapat berkomunikasi dengan arwah yang sudah meninggalkan tubuh fisik mereka. Arwah yang siap mendatangi Jodie untuk meminta bantuan, namun hadir dengan visual menyeramkan dengan tata efek visual yang juga mendukung hal tersebut. Untuk urusan yang satu ini, Beyond: Two Souls boleh terbilang melakukan tugansya dengan sangat baik.

Kemampuan Jodie untuk merasakan dan melihat para arwah menghasilkan sensasi horror tersendiri. Cukup untuk membuat bulu kuduk Anda merinding.
Kemampuan Jodie untuk merasakan dan melihat para arwah menghasilkan sensasi horror tersendiri. Cukup untuk membuat bulu kuduk Anda merinding.
Atmosfer yang terbangun sangat baik.
Atmosfer yang terbangun sangat baik.

Masalah lain yang lebih kentara justru hadir dari usaha Quantic Dreams untuk menyuntikkan genre populer lainnya ke dalam Beyond: Two Souls – action. Tidak lagi terpaku pada satu skenario cerita ke cerita lainnya, Jodie kini juga terlibat dalam aksi ala game third person shooter berbasis stealth selama menjalani misinya di CIA. Sebagian aksi ini hanya menuntut Anda untuk bergerak dari satu cover ke cover lainnya, dengan arah gerak yang memang sudah ditentukan, menundukkan beberapa ancaman secara sembunyi-sembunyi, dan terkadang meminta bantuan Aiden jika memang dibutuhkan. Namun sayangnya, hanya itu yang akan Anda dapatkan.

Sayangnya, sensasi tersebut tidak sebaik di beberapa chapter action-nya. Terkesan repetitif dan membosankan, ia justru membuat Beyond: Two Souls terlihat tidak konsisten.
Sayangnya, sensasi tersebut tidak sebaik di beberapa chapter action-nya. Terkesan repetitif dan membosankan, ia justru membuat Beyond: Two Souls terlihat tidak konsisten.
Elemen ini justru menghasilkan pertanyaan besar,
Elemen ini justru menghasilkan pertanyaan besar, “Apa yang sebenarnya hendak dicapai oleh Quantic dengan menyematkan aspek gameplay satu ini?”

 

Terkesan setengah-seten gah, Anda justru rentan bertemu dengan pengalaman repetitif selama menjalani proses ini, tanpa ada dramatisasi atau cut-scene yang cukup untuk membuat Anda terpukau. Bersembunyi, bergerak dari cover ke cover, mengalahkan musuh, mengulang hal yang sama kembali, dan seterusnya. Jika dibandingkan dengan unsur horror yang dibangun sangat baik, unsur action ini justru menjadi salah satu kelemahan Beyond: Two Souls. Kesan repetitif dan tidak solid mengaburkan emosi yang seharusnya terbangun setiap kali Jodie berhadapan dengan tragedi tertentu.

Pages: 1 2 3 4
Load Comments

JP on Facebook


PC Games

November 4, 2025 - 0

Review Trails in the Sky 1st Chapter: Remake Terindah Untuk Game JRPG Klasik

Trails in the Sky 1st Chapter menjadi remake yang teramat…
June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
November 29, 2024 - 0

Palworld Dan Terraria Crossover Event Akan Hadir Pada 2025

Palworld dan Terraria umumkan event crossover yang akan digelar pada…

PlayStation

November 4, 2025 - 0

Review Trails in the Sky 1st Chapter: Remake Terindah Untuk Game JRPG Klasik

Trails in the Sky 1st Chapter menjadi remake yang teramat…
June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
December 7, 2024 - 0

Preview Infinity Nikki: Game Indah Di Mana Baju Adalah Pedangmu

Kesan pertama kami setelah memainkan Infinity Nikki selama beberapa jam;…

Nintendo

November 4, 2025 - 0

Review Trails in the Sky 1st Chapter: Remake Terindah Untuk Game JRPG Klasik

Trails in the Sky 1st Chapter menjadi remake yang teramat…
June 30, 2025 - 0

Review Nintendo Switch 2: Upgrade Terbaik Untuk Console Terlaris Nintendo

Nintendo Switch 2 merupakan upgrade positif yang telah lama ditunggu…
July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…