Review Call of Duty – Ghosts: Awal yang Baru!
Pantaskah Disebut Next-Gen?

Sebelum kita masuk ke dalam mekanik gameplay atau inovasi apa yang mereka tawarkan di level lebih dalam, ada begitu banyak pertanyaan yang masih mengemuka kuat di level permukaan, apalagi membahas status COD: Ghosts sebagai sebuah proyek next-gen. Seperti yang bisa kita bayangkan, next-gen selalu berasosiasi dengan tingkat visualisasi yang lebih mumpuni, dengan segudang physics dan fitur yang sebelumnya tidak bisa diterapkan. Sebagai proyek next-gen, antisipasi terhadap eksistensi Ghosts tentu saja tidak bisa dipisahkan dari hal yang satu ini. Lantas, pantaskah COD: Ghosts disebut sebagai sebuah game yang benar-benar memaksimalkan potensi next-gen?
Dengan kebutuhan spesifikasi RAM hingga 6 GB (yang ternyata merupakan sebuah kebohongan), status tersebut seolah kian jelas. Namun begitu Anda menjajalnya secara langsung? Ada begitu banyak pertanyaan besar di sisi visual, apalagi jika dibandingkan dengan produk kompetitor tetangga yang memang tampil habis-habisan dengan engine teranyar mereka. Efek cahaya memang tampil lebih baik di Ghosts, namun tidak di sisi tekstur yang ada. Anda akan menemukan begitu banyak low-resolution texture berterbaran di sepanjang permainan, dan akan sangat mudah dilihat jika Anda memainkannya di monitor yang cukup besar. Tulisan kabur, batu tanpa tekstur, hingga detail ledakan dan asap yang tidak menawarkan detail apapun pantas menjadi catatan. Ini seperti sebuah engine lawas dengan sedikit permak. Berharap ekstra kehancuran untuk keuntungan strategis? Sayangnya, tidak ada fitur seperti ini.





Pantaskah disebut next-gen? Sejauh yang kami pandang dan jika dibandingkan dengan kualitas visual game next-gen lain yang bertebaran, Activision punya PR besar untuk membuat COD pantas menyandang nama tersebut. Kecuali, jika Activision memang mengemban kebijakan yang sama dengan EA Sports dan 2K Sports, dimana engine untuk current gen dan konsol next-gen dibuat terpisah.
Woof Woof!

Memang sulit untuk mengharapkan sebuah inovasi yang luar biasa dari sebuah game FPS. Karena pada dasarnya, terlepas dari apapun mimpi Anda, game FPS selalu berkisar tentang bergerak dari point A ke poin B, bertahan hidup, cut-scene, dan akhirnya bertemu dengan akhir chapter, yang kemudian berulang kembali. Siklus ini tampaknya tidak akan berhenti di Call of Duty: Ghosts ini. Anda masih akan bertahan dengan mekanik gameplay yang sama. Seperti seri COD sebelumnya, ada varian senjata yang ditawarkan namun tidak menghasilkan pengalaman unik berbeda satu sama lain. Recoil tidak pernah menjadi masalah dan Anda bisa menembak membabi buta untuk menetralisir setiap ancaman yang ada.
Salah satu inovasi yang berbeda mungkin karena kehadiran sosok sang anjing – Riley, yang ikut dalam beberapa misi di awal. Anjing militer yang satu ini memang sudah menjadi nilai jual utama yang ditawarkan Infinity Ward sejak COD: Ghosts diperkenalkan pertama kali ke publik. Riley disebut sebagai kunci untuk menghadirkan pengalaman COD yang berbeda, bahkan menjadi sentral cerita. Ada begitu banyak spekulasi menyebar di dunia maya, bahkan memprediksikan kematian Riley sebagai event emosional menggugah yang membuat Ghosts terasa istimewa. Hasilnya? Woof woof!



Bertempur bersama dengan Riley tidaklah berbeda ketika Anda bertempur bersama dengan AI teman yang lain. Ia tidak dapat mati karena terjangan peluru dan hanya terhenti selama beberapa saat ketika serangan semakin brutal. Perbedaannya? Anda bisa menekan tombol Q untuk meminta Riley menyerang musuh-musuh yang sulit untuk Anda jangkau, terutama mereka yang bersembunyi ketat di belakang tembok pelindung. Indikator orange akan memperlihatkan posisi Riley. Tidak hanya komando seperti ini, beberapa chapter bahkan memungkinkan Anda untuk berperan sebagai Riley sendiri. Anda bergerak dan membantu Logan dan Hesh menginfiltrasi lokasi yang dipadati oleh tentara Federation. Berlari dan bersembunyi, Anda bisa mengakhiri nyawa tentara ini dengan cepat. Masalahnya? Tidak ada penjelasan lebih yang rasional bagaimana Anda bisa mengendalikan seekor anjing dan diperintah sebebas yang Anda inginkan. Namun seperti seri game lainnya, rasionalitas tidak pernah menjadi bagian penting. Another woof woof!
Mengejutkannya? Riley ternyata tidak berperan begitu penting dalam gameplay dan cerita. Dia bukanlah anjing yang akan mengikuti Anda dari awal hingga akhir permainan. Prediksi bahwa ia akan menjadi salah satu tokoh sentral terbantahkan ketika Anda memainkan COD: Ghosts ini dalam progress yang cukup jauh.


Elemen lain yang membuat COD: Ghosts berbeda juga karena keinginan Infinity Ward untuk menyuntikkkan sedikit cita rasa “Battlefield” ke dalam seri ini. Seri-seri sebelumnya memang mengakomodasi kebutuhan Anda untuk peran peralatan canggih dan berat dengan beberapa segmen kecil, dimana Anda mengendalikan kontrol misil UAV atau bahkan satelit sekalipun. Namun di COD: Ghosts, kesempatan untuk mengendarai kendaraan militer berat ala Battlefield akhirnya hadir. Anda bisa mengendarai helikopter dan tank di beberapa chapter misi. Tetapi jangan berharap Anda akan menemukan kontrol kendaraan “realistis” ala Battlefield. Seperti meluncur di atas danau es, semua gerak kendaraan ini terasa sangat licin dan cepat, terasa aneh untuk insting gaming Anda sendiri. Manuver mustahil ala game arcade terasa kentara. Tank secepat mobil atau helikopter yang bisa seenaknya maju dan mundur secara stabil dan cepat? Infinity Ward punya pekerjaan rumah yang besar di sektor ini.