Review Infamous – Second Son: Gameplay Tak Sebanding Grafis!
Masih Mengakar Kuat di Dua Seri Sebelumnya

Serupa tetapi tidak sama, ini mungkin kalimat yang pantas untuk menggambarkan keseluruhan pengalaman yang ditawarkan oleh Infamous: Second Son itu sendiri. Walaupun ia menghadirkan karakter, engine, hingga cerita yang baru, ia tetaplah sebuah game Infamous yang akan terasa sangat familiar bagi gamer yang sudah memainkan dua seri sebelumnya. Dengan menjadikan open-world sebagai genre utama, Anda akan langsung diberi kebebasan untuk menjelajahi kota Seattle yang luas, sejak pertama kali Anda tiba di sana. Ada satu area besar yang memang baru bisa diakses ketika Anda mencapai progress cerita di titik tertentu, namun tidak akan membutuhkan waktu yang lama hingga ke sana.
Memanjat gedung tinggi, menyerang para tentara D.U.P yang senantiasa memburu Anda, dan menjalankan misi-misi kecil untuk memberikan konsekuensi moral tertentu, ciri unik Infamous: Second Son sangat bergantung pada fakta bahwa Delsin adalah karakter “superhero” yang sangat berbeda dengan Cole MacGrath. Tampil sebagai pria muda yang lebih ceria, iseng, dan penuh dengan humor-humor yang cukup untuk membuat Anda tersenyum, teknologi Playstation 4 juga memungkinkan Sucker Punch menghasilkan efek yang lebih realistis lewat ekspresi wajah yang kini tercermin lebih baik lewat detail raut yang ada. Secara visual, ia memang berbeda. Namun keunikan ada pada gaya memainkan Delsin dan Cole yang berbeda satu sama lain terlepas dari beberapa elemen yang masih terasa familiar. Ketika Cole harus terjebak dengan kemampuan listriknya yang terbatas, Delsin adalah seorang Sponge. Bukan, bukan, bukan, bukan sponge cucian atau kemampuan berubah menjadi karakter sekelas Spongebob, tetapi fakta bahwa Delsin bisa menyerap kemampuan Conduit lain dan menggunakannya secara instan. Delsin menawarkan fleksibilitas gaya bermain.


Tidak lagi terkunci pada satu jenis kekuatan saja, seiring dengan progress permainan, Delsin akan bisa mengakses tiga ekstra kemampuan lainnya, yang tentu hadir dengan sifat, fungsi, serta kelebihan – kelemahan masing-masing. Menariknya lagi? Variasi kekuatan ini tidak terasa klise. Bagaimana tidak? Selain kemampuan asap yang menjadi pondasi awal Delsin, ia juga akan diperkuat dengan dua kemampuan ekstra selama berburu Augustine – Neon dan Video. Neon menjadikan cahaya sebagai elemen utama, dimana Delsin bisa bergerak super cepat dan melemparkan serangan-serangan bertema cahaya dari kedua tangannya, sementara video mendasarkan kekuatan pada imajinasi, dimana Delsin bisa memanggil minion, menciptakan sayap, hingga menghilang sementara dari pandangan. Asap lebih difokuskan pada serangan-serangan jarak dekat dan personal, serta destruktif, pastinya. Setiap kemampuan ini memiliki daya tarik unik dan memiliki resourcenya sendiri. Benar sekali, jika Anda ingin mengisi penuh bar atau mengganti kemampuan Anda, Anda harus menyerapnya dari sumber-sumber di sekeliling kota Seattle. Navigasi juga menjadi hal yang berubah kentara tergantung kemampuan yang tengah Anda miliki.


Sayangnya, Infamous: Second Son sendiri tidak banyak memberikan inovasi untuk game-game bergenre open-world serupa yang sudah dirilis sebelumnya. Terlepas dari kebebasan untuk mengeksplorasi wilayah yang Anda inginkan, misi-misi yang ditawarkan masih berkisar pada usaha untuk membuka daerah, menyelesaikan beberapa misi sampingan – acak ataupun tidak, serta mengumpulkan beberapa item krusial. Sebuah peta akan membantu Anda mencapai semua kebutuhan esensial Anda di Infamous: Second Son. Tentu saja, perjalanan ini tidak mudah. Anda akan harus bertarung dengan segudang pasukan D.U.P yang selalu datang bergerombol dan hadir lewat beragam variasi senjata dan gerakan. D.U.P di sini diceritakan memiliki sedikit porsi kemampuan beton miliki Augustine sehingga Anda secara konsisten bertarung dengan orang-orang yang juga memiliki kemampuan spesial. Beberapa bisa melompat tinggi ke udara, membungkus tubuh mereka untuk armor yang lebih kuat, bahkan menghajar dengan bomb beton yang masif. Dipadukan dengan senjata-senjata berat? Kemampuan regenerasi milik Delsin juga butuh perhitungan matang.
Terlepas dari semua kebebasan ini, pada akhirnya gaya bermain Anda akan sangat ditentukan oleh pilihan moral yang ingin Anda tuju. Benar sekali, seperti dua seri sebelumnya, konsekuensi moral tetap menjadi bagian dari Infamous: Second Son ini. Anda bisa memilih menjadi Baik atau Jahat tergantung pada beragam pilihan yang Anda eksekusi via cerita utama, misi sampingan, atau beragam kejadian acak yang terjadi ketika Anda mengeksplorasi kota. Tidak perlu takut untuk bingung, karena perbedaan moral ini akan terlihat jelas, bahkan dibedakan lewat warna. Anda tidak akan kesulitan menentukan mana pilihan untuk menjadikan Delsin baik dan mana yang menjadikannya jahat. Kecenderungan moral yang Anda ambil tidak hanya akan berpengaruh fisik pada tubuh Delsin, tetapi juga kemampuan Delsin sendiri. Anda bisa menyelamatkan penduduk yang tengah sakit di kota, atau membunuh mereka, atau membunuh polisi dan menyelamatkan para pengedar narkoba? Anda punya kebebasan untuk melakukan tindakan moral yang Anda inginkan di sana.


Tak ubahnya game-game RPG, Infamous: Second Son juga dibekali dengan sebuah pohon skill yang memberikan kesempatan bagi Anda untuk memperkuat kemampuan yang dimiliki oleh Delsin sendiri. Di sinilah sistem moral bermain di sisi gameplay. Cabang skill yang bisa Anda gunakan akan sangat bergantung pada pilihan moral yang Anda eksekusi. Semakin banyak aksi yang Anda lakukan mengikuti pilihan utama moral Anda, semakin banyak pula skill lebih kuat terbuka untuk menunjang keputusan tersebut. Dan setiap skill dari dua cabang moral besar ini akan menghasilkan efek dan konsekuensi yang berbeda terlepas dari animasi serangan yang sama. Contoh? Melempar sebuah bomb neon dari sisi Jahat akan langsung menghancurkan tubuh musuh, sementara melempar sebuah bomb neon dari sisi Baik akan melemparkan musuh ke udara, membuat mereka melayang, dan memberikan Anda kesempatan untuk melumpuhkan mereka tanpa harus membunuh. Semakin efektif Anda menjalani jalur pilihan moral Anda, semakin tinggi atribut moral tersebut, semakin kuat pula variasi skill terkait moral yang bisa Anda pilih.
Perbedaan cara bermain ini juga tidak hanya terjadi di masalah pilihan skill atau sekedar perbedaan warna serangan yang cukup kentara antara Anda yang baik dan jahat, tetapi juga cara Anda mengakses serangan superpower terkuat Delsin. Ketika Anda memilih bermain di sisi baik, kemampuan super ini akan terbangun jika Anda berhasil melumpuhkan musuh dalam jumlah tertentu dan sama sekali tidak melakukan kesalahan membunuh mereka yang tidak berdosa, atau counter ultimate attack ini akan di-reset kembali. Sementara ketika Anda bermain di sisi Jahat, Anda bebas melakukan apapun untuk membangun counter ultimate attack Anda. Hanya saja, Anda kini dituntut untuk mempertahankan bar tersebut dalam jangka waktu tertentu dengan senantiasa menghancurkan apapun yang Anda temui. Berdiam diri sebentar saja? Maka Anda harus membangunnya dari awal kembali. Namun ketika berhasil meluncurkan serangan terkuat Delsin seperti Orbital Drop yang ikonik, Anda akan bisa menghancurkan satu area besar secara instan, tentu saja dengan animasi super keren.


Dari semua yang ia tawarkan, dengan potensi Playstation 4 yang sebenarnya memberikan banyak ruang, Sucker Punch sebenarnya tidak menawarkan banyak hal baru selain kualitas visual yang memang memanjakan mata. Ia tetap terperangkap pada “identitas” Infamous 1 dan 2 tanpa ada peningkatan signifikan. Anda tetap harus bertarung dari satu area ke area selanjutnya, membuka peta, menyelesaikan misi sampingan, melakukan berbagai aktivitas acak untuk mengumpulkan nilai moral, mengumpulkan Shard untuk power up yang bisa mudah ditemukan via peta, beralih ke cerita utama, dan mengulang semua ritual ini kembali, lagi dan lagi. Terlepas dari kota Seattle yang begitu luas dan begitu banyak hal yang bisa dieksploitasi, Infamous: Second Son seolah hanya berputar pada aktivitas yang itu-itu saja. Menyenangkan memang, namun tampil terlalu generic dan tidak unik. Ini adalah sebuah game superhero open-world tipikal yang pasti sudah pernah Anda cicipi di seri-seri game serupa lainnya. Nothing new..
Konsekuensi Moral yang Sayangnya Kian Lemah

Moral adalah salah satu identitas unik yang tidak pernah bisa dipisahkan dari kata Infamous. Kebebasan untuk berperan sebagai superhero atau anti-hero yang egois selalu menjadi daya tarik tersendiri. Memang sedikit melegakan bahwa konsep seperti ini masih dipertahankan Sucker Punch di Infamous: Second Son, namun sayangnya justru berbanding terbalik dengan apa yang mereka usahakan di elemen visual. Alih-alih semakin kompleks, pilihan moral yang bisa Anda eksekusi justru kian terlihat terlalu jelas, bahkan tendensius sejak awal permainan. Tidak ada wilayah abu-abu, semuanya hanyalah pilihan antara “A” atau “B”, baik atau jahat, menolong atau membunuh, sesederhana itu. Untuk sebuah seri baru, sangat disayangkan elemen yang lebih kompleks tidak bisa disuntikkan. Namun permasalahan moral ini juga terasa tidak esensial di sisi cerita.
Untuk setiap opsi moral yang Anda pilih di cerita utama Infamous: Second Son, Anda akan secara otomatis dihadapkan pada misi, cerita, dan cut-scene yang berbeda dengan pilihan lainnya. Anda akan bertemu dengan sebuah momen unik dan terlihat menarik, ini menjadi fakta yang tidak bisa dipungkiri. Namun sayangnya, ilusi tersebut perlahan akan hilang ketika bermain di sisi Jahat atau “Infamous”. Semua jalinan cerita yang dibangun oleh Sucker Punch seolah untuk mengakomodasi konsekuensi Anda bermain di jalur Hero (baik) dan bukan Infamous. Apa pasal?


Ketika Anda memainkannya sebagai karakter superhero yang baik, Infamous: Second Son menawarkan jalinan cerita dan atmosfer yang tepat, semua aksi Anda seolah menghasilkan konsekuensi yang tepat sasaran. Namun ketika Anda bermain di sisi Infamous? Anda seperti terputus dari akar cerita. Salah satu yang menyebabkan hal tersebut adalah interaksi dan hubungan dekat Delsin dan sang kakak – Reggie. Pilihan-pilihan moral jahat di cerita utama memang akan membuat keduanya terlihat renggang, namun tiba-tiba tanpa ada alasan yang jelas, mendekat kembali ketika mendekati titik cerita utama tertentu. Interaksi keduanya juga terasa sangat hambar, terlepas dari fakta bahwa Anda sudah membunuh ribuan orang di Seattle tanpa perasaan bersalah, bahkan menimbulkan kekacauan yang mematikan. Reggie seperti seorang nabi pemaaf yang bahkan tidak sedikit pun, memperlihatkan ketakutan pada sosok Delsin yang jahat dan tetap melihatnya adiknya sebagai sosok yang penyayang. Cerita Infamous: Second Son benar-benar terasa tidak kuat ketika Anda bermain di sisi jahat.
Sucker Punch sendiri sebenarnya sudah mengakomodasi cerita yang jauh lebih baik di Infamous 2, dengan konsekuensi yang mengalir sempurna dengan cerita. Ketika Cole mengambil jalur sebagai orang jahat, Anda bisa melihat secara langsung dampak setiap aksinya terhadap hubungannya dengan sangat teman dekat – Zeke, yang pelan dan pasti, menarik diri dan menghindari Cole, namun terkadang tetap memperlihatkan simpati di sana. Menjadi pertanyaan besar, kekuatan ini seolah hilang dari Infamous: Second Son.