10 Kesalahan Terbesar Franchise Call of Duty!
6. Inovasi Gameplay Minim

Corridor shooter, ini mungkin menjadi genre yang lebih pantas untuk menyebut gameplay yang ditawarkan oleh Call of Duty. Selama tujuh tahun eksistensinya sejak Modern Warfare, Call of Duty selalu berakar pada mekanik FPS konvensional, yang hanya meminta Anda menembak habis satu musuh yang lain sebelum beranjak ke koridor level yang berbeda untuk melakukan hal yang sama. Di sana-sini, Anda diberikan kesempatan untuk mencicipi sedikit dramatisasi dan menikmati on-trail shooer seperti menaiki helikopter atau menembakkan misil dari drone. Formula ini terus bertahan, terlepas dari klaim yang ada. Padahal, ada beberapa cara efektif untuk menciptakan sedikit atmosfer yang berbeda, seperti implementasi konsep open-world. Setidaknya memberikan kebebasan bagi gamer untuk menentukan sendiri jalan untuk menempuh misi yang ada. Dari semua seri yang ada, Call of Duty: Black Ops 2 boleh terbilang tampil paling unik.
5. Tema Futuristik

Semakin di depan, slogan brand kendaraan yang satu ini tampaknya mulai mendarah daging ke dalam jati diri Call of Duty itu sendiri. Setelah kesuksesan fenomenal Call of Duty 4: Modern Warfare, industri game seolah terperangkap pada pandangan bahwa “Gamer cinta perang modern”, dan terus mengeksploitasi sisi ini. Hasilnya? Kita sama sekali lagi tidak pernah mendapatkan game FPS AAA bertema perang dunia pertama atau kedua lagi dengan kualitas yang fantastis. Jikapun ada, ia sekedar tampil sebagai intermezzo dalam cerita dan tidak lebih. Call of Duty sendiri seolah mengabaikan World at War dan terus mengejar konsep perang futuristik ke arah yang baru. Setelah perang Drone yang tidak terlalu difavoritkan di Black Ops 2, mereka kembali menjajal tema yang sama via Advanced Warfare yang akan dirilis tahun ini. Jika saja Call of Duty bisa kembali ke era perang dunia lawas atau sekedar merepresentasikan perang di masa kini, sikap sebagian besar gamer mungkin akan berubah.
4. Engine Lawas

Kualitas visualisasi memang bukan kekuatan utama Call of Duty. Ketika sebagian besar game FPS kompetitor seperti Battlefield dan Arma hadir dengan engine-engine teranyar yang mampu menawarkan kualitas visualisasi dan level kehancuran yang fantastis, Activision bertahan dengan modifikasi engine lawasnya yang memang harus diakui, terhitung timpang. Walaupun memperlihatkan perubahan ke arah yang lebih baik, peningkatannya tidak sesignifikan lompatan visual franchise game FPS yang lain. Alasannya tentu saja untuk memastikan seri terbaru mereka bisa berjalan dengan framerate 60 FPS di Playstation 3 dan Xbox 360 – yang selama ini memang menjadi nilai jual tersendiri. Akibatnya? Mereka tidak pernah memanfaatkan potensi PC secaara maksimal dan berangkat dari sana untuk membangun platform game yang lain. Namun hal ini sendiri berpotensi berubah di COD: Advanced Warfare yang diklaim merupakan game Call of Duty pertama yang dibangun untuk platform next-gen.
3. Karakter yang Mudah Dilupakan

Price, Makarov, Reznov, Soap, dan Ghost, hampir sebagian besar gamer yang sempat mencicipi seri Call of Duty selama tujuh tahun terakhir ini tentu saja mengenal dengan sangat baik kelima nama karakter yang tersebar di berbagai seri ini. Anda seolah berjuang bersama dengan mereka selama tujuh tahun terakhir ini, ikut dalam semua drama dan pertempuran mustahil yang mereka kobarkan. Namun sayangnya, tren untuk menciptakan karakter yang kuat tidak lagi terlalu terasa di beberapa seri Call of Duty terakhir. Karena jujur saja, kami bahkan sudah lupa dengan nama karakter utama di Call of Duty: Black Ops 2 dan Ghosts, termasuk sang villain yang seharusnya tidak mudah dikesampingkan begitu saja.