Review Child of Light: RPG “Jepang” yang Berbeda!
Gabungkan Genre JRPG dan Platformer!

JRPG dari developer asal Barat bukan satu-satunya identitas unik yang memperkuat nama Child of Light saat ini, tetapi juga dari fakta bahwa ia mengkombinasikan dua genre yang mungkin terdengar mustahil dalam satu mekanik gameplay yang sama. Benar sekali, ia adalah produk pertama yang mengintegrasikan platformer dan JRPG sebagai daya tarik utama, dua hal yang ternyata sangat pas dibangun dengan menggunakan engine luar biasa dari Ubisoft – UbiArt Framework.
Jika sebagian besar gamer JRPG bergerak dalam kamera isometrik atau tiga dimensi di sisi eksplorasi, Child of Light menawarkan aspek gameplay tersebut layaknya sebuah game platformer standar dua dimensi, dimana Anda hanya bisa bergerak dari kiri ke kanan. Di beberapa titik, Anda juga diminta untuk melompat, menyelesaikan puzzle-puzzle sederhana, sembari mengumpulkan beragam item yang juga dimuat ke dalam peti. Ketika Aurora mendapatkan kemampuan terbangnya, aspek eksplorasi ini juga secara otomatis berubah. Sisi platformernya sendiri memang kian mengendur, namun Anda kini dihadapkan pada potensi untuk mengeksplorasi dunia yang lebih luas secara vertikal. Ada begitu banyak tempat tinggi dan berliku yang bisa Anda masuki untuk mendapatkan ekstra item, dan bahkan musuh-musuh rahasia.


Genre JRPG masuk begitu Anda bersinggungan langsung dengan musuh-musuh yang Anda temui di layar. Alih-alih menyerang dan menghabisi mereka selayaknya sebuah game action platfomer, sentuhan ini akan membuat Aurora masuk ke dalam mode pertarungan khas JRPG. Anda akan dihadapkan pada mekanisme RPG khas Jepang, dimana pertempuran berjalan bergiliran antara party Anda dan musuh, dengan sistem ATB (Active Time Battle) untuk memperlihatkan siapa yang berhak untuk beraksi selanjutnya. Begitu giliran Anda tiba, Anda bisa memilih perintah dari segudang opsi yang ditawarkan – dari sekedar menyerang secara fisik, bertahan, lari, atau meluncurkan serangan lebih kuat untuk semua party, atau sekedar magic yang memakan sejumlah MP. Ingat pula, Child of Light juga memuat sistem elemen di dalamnya, dan menjadi dasar pengetahuan setiap kelemahan dan kekuatan musuh yang Anda temui. Ini berarti, serangan berbasis api tidak akan bisa menyerang musuh dengan elemen api, dan seterusnya.
Setiap serangan akan terbagi menjadi dua fase – wait dan cast yang masing-masing membutuhkan waktu tersendiri. Berada di titik akhir wait, Anda bisa mengirimkan perintah yang diinginkan, namun membutuhkan waktu cast tersendiri sebelum perintah tersebut dieksekusi secara penuh. Semakin kuat serangan, semakin lama pula waktu cast yang disuntikkan. Mengeksploitasi waktu cast akan membantu Anda mendapatkan keuntungan lebih ketika bertarung. Apa pasal? Karena setiap serangan terhadap karakter manapun yang tengah berada di fase cast akan mendorong ATB mereka mundur dan menggagalkan setiap aksi yang sudah mereka pilih. Ditambah dengan aktifnya sistem ailment yang juga disuntikkan di dalamnya, Anda juga bisa melemparkan beragam status buruk seperti Paralyze atau Slow untuk mendapatkan ekstra keuntungan yang lebih mumpuni.


Namun terlepas dari kombinasi dua genre yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya ini, Child of Light juga mengusung keunikan cita rasa lewat kehadiran sang kunang-kunang – Igniculus yang bertindak tak ubahnya karakter kedua yang bisa Anda atur secara real-time. Di sisi eksplorasi, Anda bisa menggunakan Igniculus untuk membuka peti yang sulit diraih secara fisik atau mengumpulkan sejumlah Wishes untuk memulihkan status dengan lebih mudah. Ia juga terkadang menjadi kunci jawaban utama untuk beberapa puzzle yang mungkin Anda hadapi. Menariknya lagi? Igniculus juga bisa dimaanfatkan di dalam sistem pertarungan JRPG yang ada. Menambahkan sedikit sensasi pertarungan yang lebih aktif, dengan bar aksi yang terbatas, Anda bisa meminta Igniculus untuk melakukan dua aksi terpisah di dalam pertarungan. Menyinari musuh akan membuat mereka mengalami slow secara real-time, memperlambat ATB wait dan cast mereka atau mengarahkan dan menyinari Igniculus di depan teammate untuk mendapatkan regen HP secara berkala. Igniculus akan menjadi kunci strategi pertarungan Anda.

Seperti layaknya sebuah game RPG pada umumnya pula, Child of Light tentu saja mengusung sistem experience points dan level up. Namun berbeda dengan game RPG kebanyakan yang lebih menitikberatkan aspek yang satu ini dari serangkaian quest utama dan side-quest yang Anda selesaikan, Child of Light mengusung cita rasa JRPG yang lebih tradisional – dimana ketekunan Anda untuk melakuan grinding dan farming menjadi lebih esensial untuk mendapatkan lebih banyak exp points. Untungnya, terlepas dari fakta bahwa Anda hanya bisa membawa satu karakter pendukung dalam pertarungan, karakter-karakter tambahan lain yang sekedar “menganggur” juga akan kelimpahan nilai exp yang sama. Jadi, semua karakter Anda akan tumbuh setara, dan memungkinkan Anda untuk mengganti fungsi pendukung tersebut dengan karakter manapun yang Anda inginkan. Mengapa hal ini begitu krusial? Karena masing-masing karakter ini juga hadir dengan kekuatan dan pendekatan sistem serang – pertahanan yang berbeda. Ada karakter yang memang kuat di magic dan permainan elemen, karakter yang bisa menjadi tanker, karakter yang bisa memberikan buff, karakter yang berfokus pada heal, atau yang sekedar cepat dan mampu diandalkan untuk memainkan strategi menggalkan cast time musuh dengan lebih baik.


Untuk setiap kenaikan level, Anda akan mendapatkan ekstra satu skill point untuk disematkan pada pohon skill yang tercabang dalam tiga kategori utama – yang masing-masing darinya, berujung pada penguatan satu skill aktif yang ada. Kesempatan untuk memperkuat karakter memang sangat bergantung pada aspek kenaikan level, apalagi mengingat penambahan status setiap atribut yang dimunculkan dari setiap level yang Anda dapatkan. Child of Light tidak memuat sistem equipment untuk mengakomodasi gaya pendekatan yang berbeda. Alternatif solusi yang ada, hanyalah dengan memanfaatkan serangkaian item penguat atribut permanen yang bisa Anda dapatkan via side-quest atau item-item di world map yang tersembunyi manis. Atau Anda bisa memanfaatkan sistem bernama “Oculi”.
Sederhana dan adiktif di saat yang sama, lebih mudah menyimpulkan Oculi sebagai sebuah sistem crafting Gem yang digunakan untuk mengganti sistem equipment via ragam buff permanen yang ia hasilkan. Ada begitu banyak gem yang tersebar di sepanjang Child of Light, yang masing-masing darinya memang didesain untuk menghasilkan efek tersendiri ketika disematkan di satu dari tiga bagian utama karakter: attack, defense, dan ATB. Gem-gem dalam ragam warna ini bisa disatukan untuk menciptakan gem lain di level setara, atau gem sama di level yang lebih kuat. Anda bisa terus-menerus menggabungkan semua gem ini untuk mendapatkan level buff yang paling sempurna. Sebagai contoh? Menyematkan sebuah gem berwarna putih di aspek defense memberikan ekstra 15% exp untuk setiap pertarungan yang berhasil diselesaikan. Jika Anda berfokus terus melakukan crafting dan menyempurnakan gem ini hingga sempurna, maka buff ekstra exp yang ia hasilkan juga akan semakin besar. Gem juga esensial untuk menyuntikkan elemen tersendiri di serangan yang Anda hasilkan, untuk mengeksploitasi kelemahan elemen dari musuh yang Anda hadapi.


Bukan perkara yang sulit untuk menguasai sistem pertarungan Child of Light dan semua fitur yang didesain untuk mendukung hal tersebut, apalagi jika Anda familiar dengan atmosfer game-game JRPG sebelumnya. Anda hanya butuh menentukan gaya bertarung yang lebih nyaman untuk Anda, memastikan karakter tambahan yang mendukung gaya tersebut masuk ke dalam party, dan memainkan sedikit elemen Oculi di dalamnya untuk efek maksimal. Jika Anda sudah bisa mengakses semua hal ini dan mulai familiar dengan cara kerja ATB – wait dan cast, bukan hal sulit untuk memastikan musuh Anda tidak bisa bergerak sama sekali.
Dunia Dongeng yang Indah

Jika ada satu kata yang bisa ditangkap dari Child of Light secara kasat mata, maka proyek ambisius dari Ubisoft ini memang pantas dipuji atas keindahannya. Dunia yang dibangun oleh Ubisoft memang merepresentasikan sebuah dunia dongeng yang luar biasa, seperti tengah membaca buku-buku fantasi dengan artwork yang kini hidup dan bergerak sesuai dengan kisah yang ingin Anda bangun. Setiap kota dibangun dengan detail yang tetap pantas untuk diacungi jempok, dengan desain karakter utama dan musuh yang juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Anda bisa melihat bagaimana inovatifnya setiap karakter yang dibangun, bagaimana dunia mimpi ini didefinisikan oleh sosok Aurora sendiri.
Namun atmosfer yang baik tentu saja tidak dibangun hanya karena kualitas visual yang ditawarkan, tetapi juga pada fakta bahwa Child of Light mengusung alunan musik yang tidak kalah luar biasa, terlepas dari apakah Anda tengah bertarung atau sekedar mengeksplorasi luasnya Lemuria yang penuh dengan rahasia. Musik ini akan terus memerangkap Anda pada pengalaman dunia fantasi sebuah dongeng anak-anak yang akan terasa familiar, tetapi juga menyegarkan di saat yang sama. Memainkan game ini di PC dengan resolusi penuh? Percayalah, dengan hanya satu tombol capture sederhana, Anda bisa mendapatkan kualitas visual yang bisa dengan mudah menjadi wallpaper desktop Anda dengan gaya yang artistik. Sebaik itu.



Sayangnya, usaha untuk mengejar kesan dunia dongeng ini juga berujung pada implementasi gaya percakapan yang justru menjadi kelemahan tersendiri. Seperti halnya sebuah lagu anak-anak, Ubisoft memaksakan bahwa setiap pembicaraan karakter berjalan dalam sajak tertentu, dimana tiap suku kata berakhir sama. Terkadang hal ini terasa sangat dipaksakan dan berujung pada interpretasi cerita yang sulit untuk dimengerti dan canggung.