Review Child of Light: RPG “Jepang” yang Berbeda!

Reading time:
May 7, 2014

Kesimpulan

Child of Light - JagatPlay (15)
Child of Light terhitung berhasil membayar semua ekspektasi yang sempat kami arahkan padanya. Ia memperlihatkan bagaimana sebuah genre yang bahkan sudah dilupakan oleh developer dari Jepang sendiri – JRPG ternyata masih terhitung sangat relevan di industri gaming saat ini, bahkan bisa dikombinasikan untuk menghasilkan sebuah produk dengan identitas unik, berbeda, dan menyegarkan di saat yang sama. Tidak ada alasan untuk tidak mencintai game yang satu ini. A must play!

Sebuah game JRPG yang unik dan memesona di saat yang sama, tidak ada lagi kalimat yang lebih tepat untuk menggambarkan keseluruhan pengalaman yang ditawarkan oleh Child of Light yang satu ini. Fakta bahwa ia mengusung genre RPG klasik dengan segudang elemen tradisional JRPG masa lalu, sekaligus tampil unik lewat integrasi genre platformer sebagai mode eksplorasi menghasilkan sebuah pengalaman bermain yang menyegarkan. Di kedua elemen ini, Ubisoft membangunnya dengan sangat baik. Aspek RPG-nya tereksekusi sempurna, apalagi dengan kehadiran Igniculus yang meminta peran lebih aktif daripada hanya sekedar memilih perintah dan menunggu. Di sisi eksplorasi, dunia yang luas secara horizontal dan vertikal juga mendorong untuk menjelajahi setiap sudut yang ada, mencari item dan boss-boss rahasia untuk ekstra experience points. Implementasi UbiArt Framework juga berhasil melahirkan sebuah dunia dongeng yang magis, lewat desain dunia dan karakter yang ada. Diperkuat dengan sistem Oculi yang adiktif, Child of Light merupakan sebuah game dengan identitas yang belum pernah ada sebelumnya.

Jika harus membicarakan kelemahan yang ada, ada dua catatan yang pantas ditarik dari Child of Light ini. Pertama, ia mengusung sebuah cerita yang memang harus diakui sangat “anak-anak”. Seperti sebuah cerita dongeng masa lalu, semua karakter tampil dengan nilai moral linear yang sama sekali tidak kompleks, yang akhirnya berujung pada konklusi yang sebenarnya, mudah ditebak. Agak mengkhawatirkan memang, mengingat kompleksitas genre yang ia usung membuatnya lebih rasional dinikmati oleh gamer yang sudah mengerti bagaimana sebuah game JRPG bekerja. Catatan lain yang tidak kalah fatal adalah pemaksaan percakapan dalam sajak, yang tidak hanya terkadang membuat interaksi menjadi canggung, tetapi juga sulit untuk ditangkap maknanya.

Namun di luar dari kelemahan ini, Child of Light terhitung berhasil membayar semua ekspektasi yang sempat kami arahkan padanya. Ia memperlihatkan bagaimana sebuah genre yang bahkan sudah dilupakan oleh developer dari Jepang sendiri – JRPG ternyata masih terhitung sangat relevan di industri gaming saat ini, bahkan bisa dikombinasikan untuk menghasilkan sebuah produk dengan identitas unik, berbeda, dan menyegarkan di saat yang sama. Tidak ada alasan untuk tidak mencintai game yang satu ini. A must play!

Kelebihan

Terlepas dari bentuknya yang
Terlepas dari bentuknya yang “anak-anak”, Anda bisa merasakan pengalaman bertarung yang epik dan menantang di Child of Light.
  • Desain dunia dan karakter yang manis
  • Sistem battle RPG yang mudah dinikmati
  • Dunia luas untuk memfasilitasi sisi eksplorasi
  • Sistem Oculi yang unik
  • Musik yang memperkuat atmosfer magis yang ada
  • UbiArt Framework yang membuat game tampil tak ubahnya artwork hidup

Kekurangan

Sayangnya, cerita yang diusung terhitung sangat klise dan terasa seperti dongeng sederhana untuk anak di Taman Kanak-Kanak.
Sayangnya, cerita yang diusung terhitung sangat klise dan terasa seperti dongeng sederhana untuk anak di Taman Kanak-Kanak.
  • Percakapan bersajak yang terkesan dipaksakan dan sulit dipahami
  • Cerita yang terlalu “anak-anak”

Cocok untuk gamer: pecinta JRPG, yang senang dengan kualitas grafis UbiArt Framework, game yang menginginkan game dengan sensasi unik

Tidak cocok untuk gamer: yang tidak senang dengan sistem turn-based battle, alergi terhadap game dengan cerita yang terlalu mudah ditebak

Pages: 1 2 3
Load Comments

JP on Facebook


PC Games

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
November 29, 2024 - 0

Palworld Dan Terraria Crossover Event Akan Hadir Pada 2025

Palworld dan Terraria umumkan event crossover yang akan digelar pada…
October 29, 2024 - 0

Review Call of Duty – Black Ops 6 (SP): Ternyata Keren!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh mode campaign / single-player Call…

PlayStation

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
December 7, 2024 - 0

Preview Infinity Nikki: Game Indah Di Mana Baju Adalah Pedangmu

Kesan pertama kami setelah memainkan Infinity Nikki selama beberapa jam;…
November 15, 2024 - 0

Review LEGO Horizon Adventures: Kurang Kreatif!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh LEGO Horizon Adventures ini? Mengapa…

Nintendo

June 30, 2025 - 0

Review Nintendo Switch 2: Upgrade Terbaik Untuk Console Terlaris Nintendo

Nintendo Switch 2 merupakan upgrade positif yang telah lama ditunggu…
July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…