Review Watch Dogs: Tidak Seunik yang Dibayangkan!
Potensi yang Tidak Optimal

Sayangnya, terlepas dari semua hal hacking yang bisa Anda lakukan di Watch Dogs, game ini sebenarnya dari jauh dari kata unik untuk sebuah game open-world. Mengekor konsep sama yang diusung oleh game Ubisoft yang bergenre serupa, hacking di Watch Dogs tidak menghasilkan perbedaaan gameplay yang mendalam. Salah satunya, ketika Anda terlibat dalam serangkaian adegan kejar-kejaran, misalnya. Anda memang punya opsi untuk menghentikan kendaraan yang Anda kejar atau mengejar Anda dengan mengakses serangkaian infrastruktur yang Anda temui di jalan. Namun jika harus sedikit terbuka, aksi hacking tersebut bisa dibilang sekedar sebagai kompensasi bahwa Aiden ternyata, di luar semua kemampuannya, tidak bisa menembak sembari menyetir mobil. Karena jika ia bisa melakukan hal tersebut,maka semua aksi hacking sambil kejar-mengejar ini tidak lagi memiliki signifikansi peran apapun.
Salah satu kekurangan yang lain adalah sistem moralitas yang diusung Watch Dogs itu sendiri. Tergantung pada aksi Anda terhadap penduduk sipil yang ada, sebuah sistem moral klasik – sebuah bar yang condong ke kiri untuk mewakili popularitas yang buruk dan condong ke kanan untuk mewakili popularitas yang baik juga diterapkan. Sayang seribu sayang, sistem sama sekali tidak ada pengaruhnya pada mekanik gameplay dan cerita yang diusung Watch Dogs itu sendiri. Selain kehadiran para NPC yang kadang-kadang memanggil nama dan memotret wajah Anda di jalan sembari menyebut Anda sebagai “The Fox”, tidak ada implikasi yang signifikan pada apa yang bisa dan tidak bisa Anda lakukan, atau sekedar apa yang bisa Anda pilih atau tidak pilih dalam cerita. Karena absennya pengaruh ini, hampir tidak ada KEHARUSAN bagi Anda untuk bermain secara stealth dan menghargai nyawa musuh yang Anda hadapi. Sarangkan satu peluru di setiap kepala musuh yang Anda temui, semua urusan beres tanpa efek apapun. Perjalanan Anda akan berjalan lebih mudah.


Tidak optimalnya potensi sistem profiling di Watch Dogs juga sangat disayangkan. Pada awalnya menarik melihat bagaimana NPC-NPC ini dicitrakan seolah memiliki hidup pribadi dan tampil layaknya manusia nyata yang punya “tengkorak di dalam lemari” mereka masing-masing. Rahasia dalam yang tidak ingin orang lain ketahui. Namun apa yang bisa Anda lakukan ketika semua informasi terkait mereka dalam genggaman Anda? NIHIL, sama sekali tidak ada. Anda mungkin tersenyum atau tertawa melihat beberapa NPC ternyata diketahui suka menonton Hentai, baru saja mengalami kecelakaan, atau tengah berselingkuh dari pasangan mereka, namun tidak banyak yang bisa Anda lakukan di sana. Ujung-ujungnya, manusia-manusia ini tak ubahnya sekedar sapi perah – gudang terbaik bagi Anda untuk mencari lebih banyak uang, item, dan side mission. Tidak lebih. Akan jauh lebih menarik jika Anda tidak bisa mengambil uang, tetapi juga memberi untuk NPC-NPC yang memang terlihat membutuhkan via profiling. Mengintegrasikannya dengan sistem moral yang ada? Hal ini tentu akan membuat aksi Hacking Pearce terasa lebih kompleks dan dalam.


Hal ini juga terasa sangat kuat pada salah satu side-mission yang konsepnya pantas kami acungi jempol – Privacy Invasion. Misi ini sebenarnya merepresentasikan skenario tidak etis yang bisa terjadi jika Anda memiliki peluang untuk memasuki kehidupan orang lain dengan bebas dan tanpa konsekuensi apapun. Anda bisa melihat apa yang mereka lakukan di saat sendiri, semua hal gila yang mereka lakukan ketika terputus dari norma sosial yang membelenggu mereka di dunia luar. Ubisoft sama sekali tidak menahan diri di sini, melemparkan begitu banyak skenario gelap yang diperlihatkan eksplisit – dari pria yang tengah melampiaskan dahaga seksual mereka, hingga yang sekedar menjalani kerasnya hidup sebagai ibu yang membesarkan anaknya seorang diri. Fakta bahwa Anda tidak bisa melakukan apapun untuk setiap situasi yang Anda lihat menjadi sumber frustrasi. Dua skenario bahkan sempat menggugah emosi kami – ketika Privacy Invasion memperlihatkan orang tua yang terbaring lemas karena serangan jantung dan seorang pria yang tengah berusaha mengakhiri hidupnya sendiri. Aiden hanya di sana untuk menonton. Tidak ada tombol untuk memanggil ambulance, untuk membelokkan skenario yang ada, atau sekedar berkontribusi. Sayang sekali.

Lantas, apa yang dihasilkan dari absennya hal ini? Bahwa Anda mulai merasa bahwa Aiden Pearce adalah seorang hacker bajingan, yang daripada anti-hero, lebih cocok disebut sebagai villain untuk Chicago itu sendiri. Anda mencuri uang dari NPC tanpa lagi memperdulikan latar belakang yang ia perlihatkan di profile, semua proses berjalan otomatis tanpa ada konsekuensi moral apapun. Anda melihat semua hal aneh dan berbahaya di misi Privacy Invasion tanpa ada niat untuk berbuat sesuatu yang positif. Daripada seorang hacker, Aiden mulai lebih terlihat seperti gabungan antara pencuri dan penguntit di saat yang sama. Menyeramkan, memang. Efek lainnya? Ia menjadi sangat kontradiktif dengan aksi Criminal Prevention yang dilakukan Aiden sendiri, yang sebenarnya tidak berhubungan dengan misi balas dendamnya. Mengapa ia peduli mencegah tindak kejahatan untuk 1 NPC, namun tidak berkeberatan mencuri uang dari profile NPC yang jelas-jelas lebih membutuhkan uang? Aneh.
Penuh dengan Masalah

Salah satu kekurangan yang juga pantas dicatat dari Watch Dogs, adalah rilis yang penuh dengan masalah, terutama untuk versi PC. Terlepas dari fakta bahwa Anda akan mendapatkan game dengan kualitas visual terbaik di platform bertenaga ini, PC menjadi platform mimpi buruk tersendiri di sisi teknis. Permasalahan pertama hadir dengan pemaksaan implementasi uPlay yang seringkali “tewas” tanpa alasan, memaksa Anda untuk memainkan Watch Dogs ini di mode offline. Permasalahan kedua yang tidak kalah signifikan, adalah framerate. Bahkan menggunakan PC belasan juta rupiah masih akan membuat Anda harus berhadapan dengan framerate yang tidak stabil dan jatuh drastis, terutama ketika Anda berkendara. Tekstur juga terkadang tidak keluar sesuai dengan settingan Anda di awal permainan, dengan efek yang juga tidak tercermin jelas.
Sementara di sisi desain gamenya sendiri, Anda masih harus berhadapan dengan beberapa bug dan glitch yang cukup sering terjadi. Glitch suara dan grafis menjadi sesuatu yang umum ditemukan. Kami sempat menemukan sebuah mobil yang tenggelam ke dasar jalan tanpa sebab yang pasti, serta beberapa teks dialog yang berjalan jauh lebih cepat sementara voice acts sang karakter terlambat keluar. Sementar bug juga sempat terjadi dan memaksa kami mengulang auto-save terakhir secara manual. Dua yang sempat kami temui: terjebak di tengah mobil tanpa bisa bergerak sama sekali dan harus melakukan restart game serta layar yang tiba-tiba berjalan hitam setelah salah satu cut-scene terjadi.


Ubisoft sendiri menjanjikan fix dalam waktu dekat, dalam akan dirilis dalam satu bundle besar, alih-alih menyelesaikannya satu demi satu. Semoga saja masalah yang kami temui ini akan sedikit berkurang di masa yang akan datang.