Review Wolfenstein – The Old Blood: Kalah Greget!

Reading time:
May 8, 2015

Kembali ke Akar

Jika The New Order terasa seperti sebuah proyek reboot, The Old Blood, seperti namanya, justru mengusung sensasi Wolfenstein yang lebih klasik.
Jika The New Order terasa seperti sebuah proyek reboot, The Old Blood, seperti namanya, justru mengusung sensasi Wolfenstein yang lebih klasik.

Jika ada satu hal yang bisa Anda tangkap dari Wolfenstein: The Old Blood, apalagi jika Anda termasuk gamer yang sempat mencicipi beberapa seri klasiknya, adalah usaha MachineGames untuk sedikit menawarkan sensasi klasik franchise ini, membawanya kembali ke akar yang telah membesarkan namanya di masa lalu. The New Order terasa seperti definisi ulang franchise Wolfenstein, menawarkan sebuah pendekatan baru yang belum pernah ada sebelumnya di sepanjang sejarah franchise ini, walaupun masih mengakar pada usaha untuk membunuh Nazi sebanyak-banyaknya. The Old Blood terasa seperti Wolfenstein yang “seharusnya”, kembali bertempur di dalam kastil, dari koridor ke koridor lainnya, sembari menikmati ledakan dan potongan tubuh yang berhamburan. Apakah hal ini lantas membuat Old Blood lebih baik? Sayangnya, tidak.

Mengikuti pakem game FPS pada umumnya, Anda sudah tahu pasti apa yang harus Anda lakukan.
Mengikuti pakem game FPS pada umumnya, Anda sudah tahu pasti apa yang harus Anda lakukan.
Pilihan untuk mengatasi setiap ancaman dengan frontal atau stealth tetap terbuka.
Pilihan untuk mengatasi setiap ancaman dengan frontal atau stealth tetap terbuka.
Desain levelnya memang terasa lebih
Desain levelnya memang terasa lebih “sempit” dan tidak membuka banyak celah eksplorasi. Namun acungan jempol untuk Machine Games yang serius membangun sebuah jalan cerita baru dengan aset yang baru pula. Tidak sekedar menggunakan kembali aset The New Order yang sekedar ditata ulang di sana-sini.

Secara garis besar, gameplay yang ditawarkan Wolfenstein: The Old Blood sebenarnya tidak banyak berbeda. Seperti halnya game FPS pada umumnya, Anda hanya diharuskan untuk bergerak dari satu titik ke titik lainnya, sembari memastikan diri Anda selamat. Salah satu mekanisme klasik dan “menyebalkan” dimana Anda harus memungut health, peluru, armor secara manual tetap dipertahankan di seri terbaru ini. Varian musuh yang ditemui juga tidak banyak berbeda. Anda juga tetap punya kebebasan untuk melakukan pendekatan permainan secara frontal atau stealth yang minim resiko. Walaupun harus diakui, jika dibandingkan dengan New Order, desain level di The Old Blood memang lebih sempit dan terbatas.

Perbedaan yang paling signifikan mungkin pada variasi senjata dan perlengkapan yang dimiliki oleh Blazkowicz kali ini. Anda akan berkesempatan menggunakan Sawed-Off Shotgun yang terasa lugas dan brutal, hingga Kampfpistol – sebuah senjata kecil mirip Flare Gun yang mampu melontarkan granat. Semua senjata ini tentu saja didesain untuk menghabisi musuh Anda secepat mungkin. Namun primadona di The Old Blood berujung pada sepasang pipa “sakti” yang ditemukan Blazkowicz di awal-awal permainan. Pipa ini memberikan pendekatan gameplay yang berbeda, selain fakta ia juga bisa digunakan sebagai senjata jarak dekat untuk mengeksekusi serangan melee. Anda bisa menggunakan kedua pipa ini untuk memanjat ke tempat yang lebih tinggi, membuka pintu, menghancurkan tembok, atau menyarangkannya ke leher para Nazi tanpa ampun. Pendekatan unik, namun sayangnya,tidak lantas membuat pengalaman The Old Blood berbeda secara signifikan.

Badass shotgun..
Badass shotgun..
Pipa
Pipa “sakti” yang akan menemani perjalanan Blazkowicz di The Old Blood. Ia bisa digunakan untuk begitu banyak kepentingan, menjadi ujung tombak usaha untuk menawarkan sensasi gameplay berbeda.
Ia bisa digunakan untuk memanjat, membuka pintu, menghancurkan tembok, hingga mencabut nyawa para Nazi bedebah.
Ia bisa digunakan untuk memanjat, membuka pintu, menghancurkan tembok, hingga mencabut nyawa para Nazi bedebah.

Dari sisi gameplay, The Old Blood tidak banyak menawarkan hal baru. Namun bukan berarti hal ini berujung buruk. Gun-handling tetap terasa nyaman, apalagi ketika senjata Anda berhasil menghancurkan tubuh para Nazi hingga berkeping-keping. Ada kepuasan ekstra di situ. Jika semua elemen bekerja dengan sangat baik, lantas mengapa kami menyebut seri ini “kalah greget”? Permasalahannya mengakar pada satu hal – presentasi dengan elemen pendukung yang lebih minim. Itulah kegagalan utama The Old Blood, terlepas dari fakta, bahwa ia sebenarnya hanyalah konten “tambahan” untuk menyempurnakan cerita The New Order itu sendiri.

Dari sisi gameplay, Wolfenstein: The Old Blood bukanlah game FPS yang buruk. Namun untuk Anda yang berharap akan mendapatkan kualitas serupa dengan The New Order, Anda mungkin akan kecewa.
Dari sisi gameplay, Wolfenstein: The Old Blood bukanlah game FPS yang buruk. Namun untuk Anda yang berharap akan mendapatkan kualitas serupa dengan The New Order, Anda mungkin akan kecewa.

Apa yang membuat The New Order begitu fantastis? Kesempatan bagi elemen lain selain gameplay yang terhitung merupakan FPS standar untuk bersinar. Anda bertemu dengan banyak karakter memorable di sana, scene yang membuat jantung Anda berdegup kencang dengan keringat dingin mengucur sembari terus bertanya-tanya apa yang sebenarnya tengah dan akan terjadi, musik yang memukau, hingga pilihan-pilihan, yang walaupun berujung tidak terlalu signifikan, membuat Anda jatuh hati. Gamer mana yang juga tidak akan jatuh hati ketika bertempur melawan para Nazi di bulan? Semua elemen magis yang sayangnya, tidak ditawarkan oleh The Old Blood ini. Ia lebih terasa seperti game FPS mainstream yang lugas, dimana Blazkowicz didorong untuk bergerak dari aksi satu scene ke aksi lainnya, tanpa banyak jeda untuk bernapas, dan menyelesaikan serangkaian misi tanpa ada dramatisasi yang sepadan. Kekuatan yang dimiliki oleh The New Order, seolah lenyap begitu saja di The Old Blood. Ia tetap nyaman dinikmati sebagai sebuah game FPS, namun untuk menyamai level seri pendahulunya? Berada di level yang berbeda.

Hampir semua hal yang membuat The New Order begitu fantatis, termasuk karakter dengan kepribadian yang unik, kuat, dan memorable seolah lenyap di sini.
Hampir semua hal yang membuat The New Order begitu fantatis, termasuk karakter dengan kepribadian yang unik, kuat, dan memorable seolah lenyap di sini.
Namun ada beberapa point yang bisa dijadikan sebagai justifikasi.
Namun ada beberapa point yang bisa dijadikan sebagai justifikasi.

Walaupun demikian, ada satu justifikasi yang mungkin bisa membuat banyak dari Anda memberikan toleransi yang tinggi pada cita-rasa FPS yang lebih mainstream ini. Pertama, berangkat dari statusnya sebagai sebuah standalone DLC dengan timeline sebelum The New Order terjadi. Bukan prekuel, bukan sekuel, tetapi sebuah standalone DLC. Sudah menjadi kebiasaan bahwa konsep seperti ini dilemparkan untuk menyempurnakan pengalaman seri originalnya atau sekedar untuk memperkenalkan gamer baru pada seri yang sama, namun dengan harga yang lebih rendah. Kedua? Ia ditawarkan dengan harga yang begitu bersahabat, sekitar Rp 130.000-an ribu di Steam Indonesia. Sebuah harga yang terhitung worth it, untuk sebuah pengalaman yang Anda dapatkan. Tidak ada penggunaan aset ulang yang berlebihan selain variasi musuh, The Old Blood benar-benar menawarkan lokasi baru.

Anda yang punya semangat kompetitif bisa bersaing score lewat mode Challenge. Sayangnya, tetap tidak ada multiplayer kooperatif maupun kompetitif.
Anda yang punya semangat kompetitif bisa bersaing score lewat mode Challenge. Sayangnya, tetap tidak ada multiplayer kooperatif maupun kompetitif.

Lagipula, ia juga hadir dengan sebuah mode gameplay ekstra bernama Challenge untuk Anda yang semangat kompetitifnya selalu terbakar. Anda bisa menempuh kembali beberapa sesi misi yang sudah Anda selesaikan sebelumnya, namun kini dengan sistem skor. Untuk aksi yang Anda lakukan dan musuh yang Anda bunuh, akumulasi skor ini akan dicatat dan dimasukkan ke dalam  World Leaderboards. Sayangnya, seperti halnya The New Order, The Old Blood juga tidak menyuntikkan ekstra fitur multiplayer kompetitif maupun kooperatif.

Penuh Easter Egg

Tenang, ia masih penuh dengan easter egg.
Tenang, ia masih penuh dengan easter egg.

Seperti halnya “lelucon” yang disuntikkan Bethesda di The New Order, The Old Blood juga hadir dengan beberapa easter egg yang menarik untuk dibicarakan. Tidur dan terbawa kembali ke level Wolfenstein masa lalu? Fitur yang sempat mengejutkan di seri perdananya ini hijrah ke The Old Blood, dan tetap menyenangkan untuk diselesaikan. Ada beragam tempat tidur di sepanjang permainan yang akan membawa Anda ke level berbeda, dengan misi yang serupa – berusaha mencari kunci dari labirin penuh pintu yang membingungkan ini dan kembali ke dunia nyata. Namun harus diakui, excitement ketika melihat level klasik ini tidak lagi seperti ketika pertama kali menemukannya di The New Order.

Mimpi yang membawa Anda melewati level klasik Wolfenstein kembali di The Old Blood ini.
Mimpi yang membawa Anda melewati level klasik Wolfenstein kembali di The Old Blood ini.
I used to be an adventurer like you, then i..
I used to be an adventurer like you, then i..

Namun bukan berarti, Wolfenstein: The Old Blood tidak lagi menawarkan easter egg-easter egg yang menarik untuk ditemukan. Ia mungkin tidak lagi sejelas Vault dari Fallout di The New Order, namun ada banyak konten yang bisa didapat untuk Anda yang cukup jeli mencari. Tidak perlu jauh masuk ke dalam, bahkan title screen yang memperlihatkan aksi Blazkowicz menendang tentara Nazi juga merupakan homage untuk cover Wolfenstein 3D yang dirilis di tahun 1992 silam. Selama perjalanan Anda juga akan menemukan beberapa item ikonik dari Fallout dan Doom, franchise raksasa Bethesda yang lain. Anda sudah pasti mengenali helm dari gambar yang kami sertakan di atas.

Pages: 1 2 3
Load Comments

JP on Facebook


PC Games

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
November 29, 2024 - 0

Palworld Dan Terraria Crossover Event Akan Hadir Pada 2025

Palworld dan Terraria umumkan event crossover yang akan digelar pada…
October 29, 2024 - 0

Review Call of Duty – Black Ops 6 (SP): Ternyata Keren!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh mode campaign / single-player Call…

PlayStation

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
December 7, 2024 - 0

Preview Infinity Nikki: Game Indah Di Mana Baju Adalah Pedangmu

Kesan pertama kami setelah memainkan Infinity Nikki selama beberapa jam;…
November 15, 2024 - 0

Review LEGO Horizon Adventures: Kurang Kreatif!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh LEGO Horizon Adventures ini? Mengapa…

Nintendo

June 30, 2025 - 0

Review Nintendo Switch 2: Upgrade Terbaik Untuk Console Terlaris Nintendo

Nintendo Switch 2 merupakan upgrade positif yang telah lama ditunggu…
July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…