10 Game yang Harus Diwaspadai Selama Bulan Puasa!
-
Bloodborne

Demon Souls, Dark Souls, ataupun proyek terakhir dari From Software – Bloodborne semuanya berujung pada satu nilai jual yang sama – tingkat kesulitan tinggi. Tingkat kesulitan yang cukup untuk membuat gamer-gamer veteran sekalipun bertekuk lutut, jika tidak punya ketahanan mental yang tinggi. Sebenarnya, game seperti Bloodborne bisa jadi metode yang efektif untuk menghabiskan waktu karena format tantangan dan dunia yang ia tawarkan akan terus mendorong Anda untuk kembali menjajal dan menelusurinya, walaupun sering berakhir tanpa hasil apapun. Namun di sisi lain, Bloodborne juga bisa jadi bumerang yang efektif untuk niat puasa Anda. Mengapa? Karena ia termasuk game yang tidak mengenal kata “ampun”. Apakah Anda siap untuk berusaha melewati tempat yang sama – 2 sampai 3 jam berturut-turut tanpa rasa frustrasi? Atau apakah Anda siap berhadapan dengan fakta bahwa Boss yang sudah Anda perangi selama setengah jam terakhir dan hampir tewas, ternyata bisa membunuh Anda dengan dua pukulan saja ketika Anda salah langkah? Rasa frustrasi dan marah, dengan kebutuhan untuk disalurkan dengan cepat akan menumpuk seiring dengan lamanya Anda bermain Bloodborne. Sebuah proses yang akan menjadi tantangan untuk niat puasa Anda, sebelum ia berakhir menjadi sebuah stick DualShock 4 yang melayang ke sudut ruang kamar. Anda butuh benar-benar yakin dan sabar untuk bisa menikmati Bloodborne di bulan suci ini.
-
Bayonetta 2

Salah satu game action terbaik yang pernah kami cicipi, bahkan menjadi pilihan Game of the Year JagatPlay tahun lalu, Platinum Games memang berhasil merangkai Bayonetta 2 dengan manis. Berbeda dengan game sejenis yang mungkin berjuang untuk tampil lebih dekat ke dunia nyata, Bayonetta 2 hadir lepas dan kegilaan dari sisi cerita, konten permainan, hingga musik yang berhasil dipadukan dengan sempurna. Namun harus diakui, game ini juga akan jadi tantangan tersendiri untuk niat puasa Anda jika Anda memang berniat untuk menyelesaikannya selama Ramadhan. Berbeda dengan game-game yang kami sebut sebelumnya, kali ini tantangan utamanya justru hadir dari sosok Bayonetta itu sendiri. Agak sulit rasanya untuk mengabaikan sensualitas “tante Netta” yang satu ini, apalagi lewat desain kostum, peringai, animasi tubuh, hingga beragam jenis serangan terkuat yang ia lemparkan. Bahkan kedipan dan intonasi suaranya yang nakal saja sudah bisa jadi cobaan tersendiri.
-
The Witcher 3: Wild Hunt

The Witcher 3: Wild Hunt adalah salah satu kandidat terkuat untuk memenangkan persaingan game terbaik tahun ini. Semua penundaan yang sempat terjadi seolah terbayarkan manis, dengan menawarkan sebuah pengalaman RPG yang solid dari sisi cerita, gameplay, musik, dan romance. Namun seperti konsep cerita di masa medieval, peradaban dan kebudayaan di dunia The Witcher 3 menjadikan seksualitas sebagai komoditi dan aktivitas yang “biasa” saja. Menjadi pondasi untuk memperkuat identitas Geralt sebagai The Witcher yang populer di kalangan wanita sekaligus menjadi bumbu romansa yang ada, konten ketelanjangan bertebaran di dunia ini, dengan detail eksplisit yang juga pantas untuk diacungi jempol. Jadi, jika Anda termasuk gamer yang berusaha menyelesaikan The Witcher 3 selama bulan puasa ini, Anda tampaknya harus sangat selektif untuk memastikan ia justru tidak berakhir menjadi bumerang tersendiri.
-
DOTA 2

Dengan jutaan gamer di seluruh dunia yang tidak bisa lepas dari charm-nya, DOTA 2 memang tampil sebagai scene kompetitif paling populer saat ini. Apalagi gamer yang baru berusaha mengenal game super kompleks ini juga kian difasilitasi dengan mode tutorial DOTA 2 Reborn yang kini lebih komprehensif untuk menjelaskan mekanik yang pantas untuk diperhatikan dari game racikan IceFrog dan Valve ini. Masalahnya, terlepas dari fakta bahwa ia akan sangat efektif untuk membuat hari Anda berjalan begitu cepat, apalagi satu match yang bisa berlangsung antara 30 menit – 1 jam, DOTA 2 sangat mudah menimbulkan godaan yang bisa saja membatalkan puasa Anda. Benar sekali, rasa jengkel dan amarah yang sulit untuk tertahankan. Sebagai game yang berbasis tim, Anda tidak akan selalu bertemu dengan anggota tim yang bisa diandalkan. Akan menjadi hal yang lumrah ketika melihat detik-detik kemenangan Anda justru terenggut hanya karena anggota tim yang lain memutuskan untuk bermain “bodoh”, tidak bisa bekerja sama, sementara di sisi lain – Anda terus bekerja keras. Rasa frustrasi, jengkel, dan marah seolah menjadi sesuatu yang melekat pada jati diri DOTA 2. Pertanyaannya kini, seberapa siap hati Anda untuk sekedar melihat DOTA 2 sebagai “permainan” dan menikmati setiap detiknya – menang ataupun kalah? Bagi mereka yang sudah veteran, tampaknya mustahil untuk sekedar melakukan hal tersebut.