Review Everybody’s Gone to the Rapture: Indah, Tenang, Misterius!
Menarik dan Membosankan di Saat yang Sama!

Sub-judul di atas mungkin langsung akan membuat banyak dari Anda bertanya-tanya. Bagaimana mungkin sebuah game mampu tampil menarik tetapi juga membosankan di saat yang sama? Namun sensasi inilah yang kami rasakan ketika mencicipi Everybody’s Gone to the Rapture ini. Secara dasar, game ini sebenarnya tampil memesona dari beragam aspek. Visualisasi via CryEngine menawarkan detail kota yang memanjakan mata, lengkap dengan efek cuaca dan cahaya yang pantas untuk diacungi jempol. Apalagi Anda juga ditemani dengan alunan musik yang siap untuk membuat atmosfernya kian misterius dan menggugah di saat yang sama. Presentasi di permukaan Everybody’s Gone to the Rapture adalah salah satu yang terbaik. Namun sayangnya, tidak didukung dengan gameplay yang mumpuni.


Konsep sebuah game yang berfokus pada narasi dan hanya punya satu tujuan – memancing rasa penasaran Anda untuk mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi bukanlah hal baru di industri game, apalagi setelah penerimaan positif dari proyek developer indie sejenis di masa lalu. Game seperti Gone Home dan Her Story mendulang publisitas yang positif berkat konsep gameplay yang minim interaktivitas seperti ini. Everybody’s Gone to the Rapture boleh terbilang berusaha menawarkan hal yang sama. Game ini berfokus pada mencari jawaban atas misteri apa yang tengah terjadi dan mengapa semua orang menghilang.


Jawaban tersebut bisa Anda temukan lewat beragam cara. Anda tidak akan menemukan NPC siapapun di sini. Sumber informasi utama mengakar dari titik cahaya yang bisa Anda temukan di tengah perjalanan, yang ketika berinteraksi, akan mereka ulang sebuah adegan personal antara beberapa karakter utama yang ada. Tidak ada visual yang jelas, hanya postur tubuh dan voice acts yang keren untuk membantu setiap bagian adegan ini terasa hidup., Pada awalnya ia akan terasa membingungkan, namun lambat laun, ketika lebih banyak adegan berhasil Anda picu, Anda akan membangun kedekatan emosional tersendiri, sembari menyusun logika dan pemahaman lebih baik soal apa yang sebenarnya terjadi di kota ini. Informasi lain juga bisa berasal dari suara Radio atau Telepon yang biasanya memuat suara dua karakter misterius – Stephen dan Kate yang tampaknya jadi tulang punggung narasi. Telinga Anda harus tetap siaga untuk menangkap clue suara agar tidak ada sumber informasi yang terlewatkan begitu saja. Namun sayangnya, ia tidak berakhir sefantastis yang dibayangkan.



Mengapa? Karena ia terasa bertele-tele. Jika ada satu game yang pantas dijadikan lelucon sebagai “Walking Simulator”, maka Everybody’s Gone to the Rapture memenuhi semua kategori tersebut. Untuk bisa beralih dari satu informasi ke informasi lainnya, Anda harus berjalan cukup jauh, membuang waktu yang tidak punya pengaruh apapun pada plot, dengan kecepatan gerak yang rendah pula. Melakukan hal yang sama seperti ini selama 4-5 jam berturut-turut akan terasa melelahkan, walaupun ia menawarkan kesempatan untuk menikmati Yaughton yang terlihat indah dengan lebih maksimal. Konsep seperti ini bisa berhasil di Her Story dan Gone Home karena mereka tidak menawarkan omong kosong yang serupa. Baik Her Story ataupun Gone Home langsung memotong semua hal remeh-temeh dan berfokus pada usaha untuk menawarkan Anda kepingan cerita, cepat, dari satu potong ke potongan lainnya, memaksa otak Anda bekerja langsung. Tidak ada berjalan terlalu lama untuk sebuah reward yang terasa tidak pantas, seperti yang dilakukan Everybody’s Gone to the Rapture ini.

Walaupun demikian, untuk sebuah game berbasis narasi, Everybody’s Gone to the Rapture melakukan tugas sangat baik untuk memancing rasa penasaran Anda dengan maksimal sejak Anda memulainya. Anda akan selalu bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi dan berusaha memenuhi “lubang” cerita karena absennya informasi yang ada dengan teori Anda sendiri. Apakah ini semua memang ulah Tuhan seperti yang tercantum di dalam Agama? Alien? Penyakit yang berbahaya? Atau memang entitas misterius yang belum pernah ada sebelumnya? Setiap penduduk mengeluhkan bagaimana hidung mereka tiba-tiba berdarah, kepala tiba-tiba pusing, sapi mereka mati, burung yang biasa terbang di langit mereka tiba-tiba jatuh ke tanah, dan orang tua menghilang begitu saja.
Tidak untuk Semua Orang

Dengan semua konsep yang hendak ia tawarkan, terutama dari sisi gameplay, menjadi sesuatu yang jelas rasanya bahwa Everybody’s Gone to the Rapture memang tidak didesain untuk menarik perhatian secara luas. Ia adalah sebuah game dengan pasar yang terhitung sangat “niche” dan tidak mudah untuk dinikmati begitu saja. Bahkan gamer niche sekalipun belum tentu bisa menikmatinya karena beberapa kelemahan yang ia perlihatkan.
Untuk gamer yang mencintai pendekatan seperti Gone Home atau Her Story yang langsung membawa Anda dari satu cerita ke cerita lainnya, meminta Anda menarik kesimpulan secara cepat, Everybody’s Gone to the Rapture akan terasa begitu lambat karena ekstra berjalan yang harus Anda lewati dari satu titik ke titik lainnya, dengan reward ekstra kepingan puzzle yang terkadang terasa tidak terlalu berharga. Konsep dasarnya memang sama, namun eksekusinya tidak lebih baik dari kedua judul pertama yang kami sebutkan di atas.



Sementara gamer yang lebih mencintai pendekatan narasi seperti Heavy Rain atau The Walking Dead dari Telltale yang juga menjual cerita, Everybody’s Gone to the Rapture minim interaktivitas dan kebebasan untuk mengubah arah gerak cerita dan respon dari karakter yang ada. Hal-hal yang bisa Anda picu di dunia game ini hanyalah beberapa switch lampu untuk ekstra penerangan dan titik cahaya misterius untuk membuka tabis misteri reka ulang yang akan memperkenalkan lebih banyak latar belakang cerita yang ada. Tidak banyak hal yang bisa Anda lakukan di Youghton, itu yang pasti.
Pertanyaan berikutnya, apakah game ini akan cocok untuk gamer yang sekaligus mencintai film-film layar lebar penuh misteri dan tanda tanya? Kami sendiri tidak bisa memastikan bahwa Anda akan menikmati Everybody’s Gone to the Rapture secara penuh jika Anda masuk ke dalam kategori yang satu ini. Mengapa? Karena ini akan sangat bergantung apakah Anda termasuk penikmat misteri yang senang dengan kesimpulan yang pasti atau justru lebih mengundang banyak tanda tanya. Karena jika Anda benci keluar dari studio bioskop dengan otak yang terus bertanya, “Itu ending tadi maksudnya apa ya?”, maka Anda sebaiknya menjauhi Everybody’s Gone to the Rapture ini.