Review Until Dawn: Ketika Mati Adalah Pilihan!

Reading time:
September 4, 2015
Until Dawn™_20150827123302

Interactive Story memang bukan lagi genre yang terhitung “unik” di industri game saat ini. Dengan kesuksesan setiap proyek game yang meluncur dari tangan Telltale Games, seperti The Walking Dead atau Game of Thrones, banyak game yang berusaha menawarkan konsep yang serupa namun dengan kompleksitas yang lebih. Intinya sama, memastikan bahwa seperti sebuah novel interaktif, setiap respon dan aksi yang dipilih oleh gamer akan berujung pada konsekuensi unik tertentu. Pada akhirnya, kepuasan muncul dari kesempatan untuk membentuk cerita Anda sendiri, terlepas apakah ia berakhir baik atau buruk. Sesuatu yang sebenarnya gagal dilakukan oleh Telltale, karena opsi yang seringkali hanya sekedar pemanis untuk sebuah ending, yang sudah ditentukan sejak awal.

Walaupun demikian, bukan berarti tidak ada game yang mampu mengeksekusi konsep seperti ini dengan optimal. Dua contoh – Life is Strange dari Dontnod dan Heavy Rain dari Quantic Dreams menjadi contoh sempurna bagaimana semua pilihan ini bisa berujung pada hal yang tidak pernah Anda prediksikan sebelumnya, termasuk ketika cerita mulai masuk pada kesimpulan akhir. Hal ini pulalah yang berusaha dicapai oleh game eksklusif Playstation 4 racikan Supermassive Games – Until Dawn. Menariknya lagi? Ia mengambil tema film slasher klasik ala Scream atau Saw sebagai tema utama, dimana Anda berperan sebagai seorang survivor yang berusaha selamat dari kejaran sang psikopat. Tapi tunggu dulu, game ini punya kejutan ekstra.

Lantas, apa yang ditawarkan oleh Until Dawn? Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang menawarkan kematian sebagai pilihan? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.

 

 

 

BEWARE SPOILERS!

 

 

 

Plot

Liburan yang seharusnya menyenangkan berakhir menjadi mimpi buruk.
Liburan yang seharusnya menyenangkan berakhir menjadi mimpi buruk.

Supermassive Games tampaknya dengan sengaja menawarkan jalinan plot dan karakter yang akan terasa sangat familiar dengan gamer yang kebetulan mencintai film slasher / horror selama ini, baik dari sisi cerita maupun karakter yang ada. Klise, jalinan karakter diambil dari sudut pandang 8 orang karakter yang masing-masing merepresentasikan kepribadian khas film slasher selama ini.

Anda akan berperan sebagai Sam – sang wanita bail-baik, Josh – sang pria “aneh” yang sulit ditebak, Mike – sang pria pujaan yang tampan dan playboy, Jessica – pacar Mike yang penuh percaya diri, Matt – pria atletis dengan perasaan tidak aman yang begitu kentara, Emily – sang wanita super pintar yang juga menyebalkan, Chris – geek yang membaur, dan Ashley – wanita pujaan Chris yang tampaknya tidak terlalu istimewa. Cerita Until Dawn akan diracik dari sudut pandang kedelapan karakter, dari satu sekuens ke sekuens lainnya.

Berawal dari sekedar iseng, Hannah dan Beth berujung tewas secara misterius di tengah dinginnya gunung.
Berawal dari sekedar iseng, Hannah dan Beth berujung tewas secara misterius di tengah dinginnya gunung.
Satu tahun setelahnya, ke-8 teman Hannah dan Beth kembali ke tempat kejadian tersebut, berusaha mengenang sekaligus memulihkan trauma yang mungkin masih tersisa.
Satu tahun setelahnya, ke-8 teman Hannah dan Beth kembali ke tempat kejadian tersebut, berusaha mengenang sekaligus memulihkan trauma yang mungkin masih tersisa.
Anda akan memainkan game ini dengan sudut pandang 8 karakter berbeda, dengan kepribadian klise khas sebuah film slasher.
Anda akan memainkan game ini dengan sudut pandang 8 karakter berbeda, dengan kepribadian klise khas sebuah film slasher.

Kedelapan teman baik ini berkumpul kembali di Blackwood  Pines – satu tahun setelah kematian kedua teman mereka, Hannah dan Beth – dua saudara kembar – yang misterius  sebagai kesempatan untuk mengenang dan memulihkan trauma dari horror tersebut. Undangan tersebut dikirimkan oleh Josh – sang saudara laki-laki dari kedua saudara tersebut. Seperti yang bisa diprediksi, “liburan” ini berakhir menjadi mimpi terburuk yang bisa dibayangkan. Alih-alih bersenang-senang, mereka justru diburu seorang psikopat dengan topeng badut dan bersenjatakan parang. Permainan untuk menentukan siapa yang hidup dan mati pun dimulai.

Seperti sebuah mimpi buruk, seorang psikopat berusaha mengakhiri hidup mereka dengan motif yang tak jelas.
Seperti sebuah mimpi buruk, seorang psikopat berusaha mengakhiri hidup mereka dengan motif yang tak jelas.

Namun ada yang aneh dengan pembunuh yang satu ini. Walaupun ia sudah memakan korban di awal, ia terasa terlalu gesit dan cepat untuk berada di banyak tempat sekaligus. Karakter yang sudah terpecah-pecah sejak awal dan bergerak menuju ke tempat-tempat berbeda ini kesemuanya berada dalam posisi yang menakutkan, dengan begitu banyak kejadian yang mengancam hidup. Beberapa di antaranya, bahkan berada dalam kondisi yang tidak wajar.

Setan?
Setan?
Monster?
Monster?
Wait...... WHAT?!!
Wait…… WHAT?!!

Namun seklise yang bisa kita bayangkan, ada satu hal yang berhasil dicapai oleh Until Dawn – menawarkan sebuah kejutan yang tidak pernah kita kira akan ada di dalam sebuah game dengan tema slasher yang sebenarnya, terlalu kentara. Game ini sebenarnya bisa dibagi ke dalam dua sesi besar. Di tengah sesi awal, Anda diperkenalkan dengan karakter misterius dengan senjata pelontar api dan kemudian badut bertopeng dengan parang, yang tentu sudah jadi rumus film slasher yang mudah ditebak. Namun semuanya berubah ketika paruh kedua cerita dimulai. Anda tiba-tiba bertemu dengan kekuatan supernatural, lalu muncul kembali dengan ekstra monster yang masuk ke dalam cerita begitu saja. Anda mulai akan berpikir keras sebenarnya film horror macam apa yang ingin diikuti oleh Until Dawn ini.

Lantas, apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana kisah kedelapan karakter ini akan berakhir? Siapa sebenarnya sosok sang psikopat? Siapa pula sosok Dr. Hill yang menemani Anda sejak awal permainan? Ancaman seperti apa yang harus Anda hadapi? Semua pertanyaan tersebut bisa Anda jawab  dengan memainkan Until Dawn ini.

Pages: 1 2 3
Load Comments

PC Games

April 6, 2023 - 0

Review Troublemaker: Hasrat Tinggi tapi Impotensi!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Troublemaker di versi akhir? Apa…
January 20, 2023 - 0

Review A Space for the Unbound: Standar Tertinggi Game Indonesia Saat Ini!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh A Space for the Unbound?…
October 18, 2022 - 0

Review Uncharted Legacy of Thieves (PC): Drake Pindah Rumah!

Seperti apa performa dan fitur yang ditawarkan oleh Uncharted Legacy…
September 23, 2022 - 0

Review IMMORTALITY: Misteri Dalam Misteri Dalam Misteri!

Apa yang sebenarnya  ditawarkan oleh IMMORTALITY? Mengapa kami menyebutnya game…

PlayStation

May 26, 2023 - 0

Wawancara dengan Hiroshi Takai & Koji Fox (Final Fantasy XVI)!

Kami sempat berbincang-bincang dengan Hiroshi Takai dan Koji Fox dari…
May 26, 2023 - 0

Menjajal Final Fantasy XVI: Kini Dewasa, Penuh Gairah!

Seperti apa impresi 4 jam pertama kami dengan Final Fantasy…
May 8, 2023 - 0

Review Horizon Forbidden West – Burning Shores: Playstation 5 Pamer Kekuatan!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Horizon Forbidden West – Burning…
April 18, 2023 - 0

Review Dead Island 2: Akhirnya Datang Juga!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Dead Island 2? Apakah ia…

Nintendo

May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…
September 21, 2022 - 0

Review Xenoblade Chronicles 3: Salah Satu JRPG Terbaik Sepanjang Masa!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Xenoblade Chronicles 3? Mengapa kami…
August 4, 2022 - 0

Preview Xenoblade Chronicles 3: Seperti Sebuah Keajaiban!

Kesan pertama apa yang ditawarkan Xenoblade Chronicles 3? Mengapa kami…