Review Until Dawn: Ketika Mati Adalah Pilihan!

Reading time:
September 4, 2015

Gameplay dengan Inovasi

Maka seperti sebagian besar game interactive story pada umumnya, ia dibangun di atas mode eksplorasi terbatas, memilih respon, dan tentu saja - QTE untuk ekstra aksi.
Maka seperti sebagian besar game interactive story pada umumnya, ia dibangun di atas mode eksplorasi terbatas, memilih respon, dan tentu saja – QTE untuk ekstra aksi.

Sebagai sebuah game interactive story, Anda tampaknya sudah bisa menebak garis besar mekanik gameplay seperti apa yang ditawarkan oleh Until Dawn. Benar sekali, sebagian besar waktu Anda akan dihabiskan dengan mengikuti gerak jalan karakter dalam satu garis lurus, memicu event, dan akhirnya memilih respon dan berhadapan dengan konsekuensi apapun yang terjadi, baik signifikan ataupun tidak. Rasanya hampir mustahil untuk menciptakan atmosfer sebuah film slasher tanpa kepingan sekuens aksi sama sekali. Maka mengikuti desain mainstream kebanyakan game bergenre  sama, Until Dawn juga mengandalkan QTE untuk mencapai hal tersebut. Semua aksi Anda, baik ketika berlari dari kejaran sang psikopat, memanjat, atau sekedar berlari melewati rintangan semuanya akan ditentukan dari sekuens tombol yang harus ditekan. Gagal? Maka di beberapa titik, ia akan berakhir bencana.

Memilih respon dan berhadapan dengan konsekuensi yang ada tentu saja masih jadi denyut nadi game seperti ini.
Memilih respon dan berhadapan dengan konsekuensi yang ada tentu saja masih jadi denyut nadi game seperti ini.
Keputusannya untuk mengoptimalisasi fungsi gyro DualShock 4 pantas diacungi jempol. Di beberapa momen genting, Anda akan diminta untuk tidak menggerakkan kontroler ini sedikit pun, menghasilkan atmosfer ketegangan yang lebih realistis.
Keputusannya untuk mengoptimalisasi fungsi gyro DualShock 4 pantas diacungi jempol. Di beberapa momen genting, Anda akan diminta untuk tidak menggerakkan kontroler ini sedikit pun, menghasilkan atmosfer ketegangan yang lebih realistis.

Namun ada beberapa hal yang menarik dari konsep Until Dawn, terlepas dari betapa familiarnya mekanik yang ia tawarkan. Salah satu yang paling istimewa adalah implementasi fungsi gyro Dual Shock 4 yang pantas untuk diacungi jempol, bahkan layak untuk dijadikan standar optimalisasi untuk game-game bergenre horror di masa yang akan datang. Untuk merepresentasikan kondisi para karakter yang harus diam ketika dikejar, ada beberapa titik permainan yang meminta Anda untuk diam dan tidak menggerakkan Dual Shock 4 sama sekali. Begitu Anda lalai dan tangan Anda bergeser sedikit saja, maka Anda harus berhadapan dengan konsekuensi yang sebagian besar, berakhir fatal. Ia mungkin terdengar sangat sederhana, namun sensasi yang ia timbulkan begitu luar biasa. Untuk memastikan kontrol Anda tetap diam, tangan Anda ikut menegang, nafas Anda juga diatur seminim mungkin, dengan tubuh yang juga ikut menegang. Hal kecil ini membuat Anda seolah tengah melakukan hal yang sama dengan apa yang karakter utama Anda lakukan, dengan kekhawatiran dan kecemasan yang serupa.

Bagian terbaik dari Until Dawn? Memilih untuk tidak memilih opsi yang ada, yang hadir dengan efek baru tertentu.
Bagian terbaik dari Until Dawn? Memilih untuk tidak memilih opsi yang ada, yang hadir dengan efek baru tertentu.

mplementasi fungsi lain yang pantas untuk diacungi jempol adalah fakta bahwa Anda selalu punya opsi ketiga untuk setiap kejadian yang muncul. Benar sekali, Anda bisa memilih untuk tidak memilih satupun respon tersebut dan berakhir tidak melakukan apapun sampai waktu habis. Beberapa di antaranya mungkin berakhir dengan sekuens cerita yang sudah ditetapkan oleh sang developer, namun tidak sedikit pula yang akan membawa Anda pada cabang cerita dan konsekuensi berbeda. Seperti ketika di awal permainan, Chris hendak pamer kemampuan menembaknya kepada SAM. Di tengah keasyikannya menembaki beragam objek yang tersedia, tiba-tiba seekor tupai muncul di tengah. Game ini menggoda Anda dengan memberikan satu ekstra crosshair merah yang memperlihatkannya sebagai target yang bisa Anda tembak jika diinginkan. Dengan satu tembakan lagi untuk mengakhiri sekues – Anda punya tiga opsi untuk mengakhiri kisah ini: menembak target lain, menembak sang tupai, atau berhenti tanpa melakukan apapun. Aksi yang akan memicu reaksi berbeda dari SAM.

Haruskah sang tupai mati?
Haruskah sang tupai mati?
Pilihan-pilihan ini juga tidak hanya muncul dalam sekuens pemilihan respon, tetapi melebur ke dalam sisi aksi juga.
Pilihan-pilihan ini juga tidak hanya muncul dalam sekuens pemilihan respon, tetapi melebur ke dalam sisi aksi juga.

Tidak hanya terjadi di scene seperti ini saja, ada beberapa sekuens yang juga memberikan kebebasan bagi Anda untuk bereaksi atau justru memilih untuk tidak melemparkan reaksi apapun. Seperti ketika Mike terjebak di sebuah tempat eksperimen dimana ada begitu ancaman muncul dari setiap sudut. Keselamatannya akan bergantung pada seberapa cepat Anda menekan QTE di sini. Namun ada satu pilihan ekstra yang menarik begitu setiap kali Anda berhasil memicu QTE yang ada – ada opsi terbuka untuk menembak para monster yang berada di balik jeruji besi ini. Pengetahuan yang Anda dapatkan dari jalinan cerita yang ada memastikan bahwa api adalah satu-satunya cara untuk menghabisi mereka secara permanen. Haruskah Anda menembak setiap dari ancaman yang berada di balik jeruji ini dalam setiap sekuens QTE yang muncul? Atau Anda bisa sekedar membiarkannya dan berharap bahwa aksi Anda menghemat peluru shotgun akan terbayar manis nantinya? Ada pilihan untuk itu.

Di sepanjang permainan, Anda akan menemukan Totem yang akan memperlihatkan sekelibat alternatif masa depan yang bisa terjadi.
Di sepanjang permainan, Anda akan menemukan Totem yang akan memperlihatkan sekelibat alternatif masa depan yang bisa terjadi.

Dengan begitu banyaknya cabang cerita yang bisa muncul dari setiap sekuens ini, Until Dawn sebenarnya juga menyuntikkan satu ekstra mekanisme gameplay lain – Totem. Item kecil berbentuk patung ukir kayu ini tersebar untuk Anda temukan di sepanjang sesi eksplorasi. Fungsinya? Memberikan Anda sekelibat kecil sekuens yang mungkin terjadi di masa depan, satu dari begitu banyak kemungkinan. Ia mungkin tidak terlalu jelas untuk membantu Anda mengambil dan menentukan keputusan respon seperti apa yang bisa diambil, namun ia berfungsi sebagai clue yang cukup efektif untuk membuat Anda berpikir panjang soal respon seperti apa yang bisa memicunya. Totem sendiri terbagi atas beberapa warna, dan masing-masing warna melambangkan efek seperti apa yang muncul dari sekuens kecil tersebut. Apakah perjalanan Anda akan punya kemungkinan berakhir dengan kematian, atau justru persahabatan? Seperti seorang cenayang yang melihat sekelibat masa depan, Totem memberikan kemampuan tersebut.

Bersama dengan Totem, ada begitu banyak item lain pula yang tersebar di dalam dunia Until Dawn itu sendiri untuk Anda temukan. Sebagian besar darinya sekedar menawarkan latar belakang lebih jelas untuk memahami kejadian, hubungan antar karakter, dan latar belakang karakter tertentu itu sendiri. Namun tidak sedikit pula yang akan menentukan siapa saja yang hidup di akhir.

Kematian dan Pilihan

Tidak ada kesempatan untuk membalik keputusan Anda. Hal inilah yang membuat setiap momen Until Dawn terasa genting. Karakter favorit Anda ternyata berujung tewas? Selamat, karena mau tidak mau, Anda harus terus melanjutkan cerita.
Tidak ada kesempatan untuk membalik keputusan Anda. Hal inilah yang membuat setiap momen Until Dawn terasa genting. Karakter favorit Anda ternyata berujung tewas? Selamat, karena mau tidak mau, Anda harus terus melanjutkan cerita.

Lantas apa yang membuat Until Dawn berbeda dengan game-game interactive story kebanyakan? Selain inovasi gameplay menarik yang mereka tawarkan lewat implementasi fungsi gyro Dualshock 4 dan tentu saja kesempatan memilih untuk tidak memilih, Until Dawn memungkinkan Anda merangkai kisah survival horror Anda sendiri. Ini berarti, konsekuensi terburuk yang bisa Anda pikul dari setiap pilihan atau kelalaian QTE yang Anda buat hanyalah satu – karakter yang tewas secara permanen. Tidak ada kesempatan untuk mengambil ulang keputusan, tidak ada kemampuan untuk membalikkan waktu, Until Dawn akan memaksa Anda untuk menelan konsekuensi tersebut mentah-mentah. Hal ini membuat setiap keputusan terasa lebih serius, sekaligus mendorong Anda untuk memainkan game ini dua – tiga kali hingga Anda mencapai hasil yang Anda inginkan.

Selain pilihan respon, ada beberapa elemen lain yang akan menentukan apakah satu karakter selamat atau tidak. Dari item yang didapatkan, hingga hubungan kedekatannya dengan karakter yang mungkin punya peran lebih signifikan dengan keselamatannya nanti.
Selain pilihan respon, ada beberapa elemen lain yang akan menentukan apakah satu karakter selamat atau tidak. Dari item yang didapatkan, hingga hubungan kedekatannya dengan karakter yang mungkin punya peran lebih signifikan dengan keselamatannya nanti.
Anda diberi opsi untuk melihat aksi dan reaksi yang sudah Anda pilih di sepanjang permainan.
Anda diberi opsi untuk melihat aksi dan reaksi yang sudah Anda pilih di sepanjang permainan.

Seperti yang sempat mereka gembar-gemborkan sejak game ini masih berada dalam tahap promosi, semua opsi ini bisa berujung pada tiga akhir yang berbeda: semua karakter Anda selamat, beberapa saja yang selamat, atau semuanya tewas. Namun tidak hanya sekedar bergantung pada pilihan akhir yang menentukan nasib sang karakter, seperti layaknya soal pilihan ganda dalam ujian dengan jawaban benar dan salah, kondisi yang memungkinkan seorang karakter selamat atau tewas juga bergantung pada beberapa faktor lain. Interaksi dengan karakter lain, hubungan baik atau buruk dengan mereka, juga akan membuka atau justru menihilkan opsi untuk saling membantu ketika situasi genting terjadi. Faktor yang akan berpengaruh kuat pada tingkat survivabilitas Anda. Kerennya lagi? Dengan begitu banyak pilihan yang memainkan peranan cukup penting, hampir mustahil untuk memprediksi momen apa yang akan menjadi akhir nyawa karakter Anda.

Pertanyaan paling pentingnya kini tentu mengarah pada satu hal yang sama – jika cerita memungkinkan Anda untuk berakhir dengan membunuh semua karakter, secepat apakah hal ini bisa terjadi? Apakah memungkinkan untuk membunuh satu karakter di 30 menit awal permainan dan tidak melihatnya lagi di sepanjang permainan atau dengan drastis merubah alur cerita? Sayangnya, tidak. Terlepas dari semua kebebasan yang ia tawarkan, Supermassive Games masih berjuang untuk memastikan bahwa kematian ini tidak lantas membuat benang merah cerita yang seharusnya ada, menjadi putus dan merusak pengalaman yang ada secara keseluruhan. Setiap karakter dari 8 karakter ini akan punya chapter minimal yang harus ditempuh sebelum bisa berakhir tewas, yang biasanya sudah terjadi ketika mereka terpisah dari karakter yang lain.

Penuh dengan pilihan sulit yang cukup dilematis.
Penuh dengan pilihan sulit yang cukup dilematis.
Walaupun semua karakter bisa mati, bukan berarti Anda bisa dengan sengaja membunuh mereka sejak awal permainan. Tiap karakter punya chapter minimal untuk memicu kondisi tersebut, sehingga memastikan jalinan cerita yang tetap solid.
Walaupun semua karakter bisa mati, bukan berarti Anda bisa dengan sengaja membunuh mereka sejak awal permainan. Tiap karakter punya chapter minimal untuk memicu kondisi tersebut, sehingga memastikan jalinan cerita yang tetap solid.
Kami bahkan dengan sengaja memilih untuk tidak memberikan respon ketika ujung es yang tajam hendak jatuh menghujam pundak Mike di adegan ini, berharap bisa membunuhnya secepat mungkin. Namun hasilnya? Jessica tetap melemparkan respon otomatis untuk meminta Mike menghindar.
Kami bahkan dengan sengaja memilih untuk tidak memberikan respon ketika ujung es yang tajam hendak jatuh menghujam pundak Mike di adegan ini, berharap bisa membunuhnya secepat mungkin. Namun hasilnya? Jessica tetap melemparkan respon otomatis untuk meminta Mike menghindar.

Misi inilah yang sempat kami tempuh di walkthrough kedua kami setelah menyelesaikannya dengan berhasil menyelamatkan 5 dari 8 orang karakter. Untuk sekedar memuaskan rasa penasaran, kami pun mulai memilih opsi terburuk untuk memastikan seberapa cepat seorang karakter bisa tewas di dalam permainan. Kesempatan pertama datang dari momen “romantis” antara Mike dan Jessica ketika mereka terlibat dalam perang salju. Ketika tengah berpelukan di atas salju, Jessica melihat kepingan es yang rapuh dan hendak jatuh ke dada Mike yang posisinya tengah membelakangi. Ada dua respon yang bisa dipilih, namun kami memilih untuk tidak memilih dan mendiamkannya. Terlepas dari respon pasif kami ini, Jessica tetap secara otomatis mendorong Mike dari arah jatuh es tersebut dan berujung selamat, dengan cerita yang juga terus berjalan sebagiamana mestinya.

Pilihan salah kami berujung pada lepasnya kepala Ashley dari tubuhnya.
Pilihan salah kami berujung pada lepasnya kepala Ashley dari tubuhnya.
Namun alih-alih menawarkan skenario spesifik ketika hal ini terjadi, Until Dawn seolah menghapus mereka dari eksistensi secara permanen begitu saja. Tidak ada sedikit pun adegan yang memperlihatkan karakter lainnya peduli, cemas, sedih, atau bahkan sekedar mengetahui bahwa tidak ada lagi yang namanya Ashley.
Namun alih-alih menawarkan skenario spesifik ketika hal ini terjadi, Until Dawn seolah menghapus mereka dari eksistensi secara permanen begitu saja. Tidak ada sedikit pun adegan yang memperlihatkan karakter lainnya peduli, cemas, sedih, atau bahkan sekedar mengetahui bahwa tidak ada lagi yang namanya Ashley.

Terlepas dari fakta bahwa game ini memungkinkan karakter tewas dan lenyap begitu saja dari cerita, Until Dawn, sayangnya, menanganinya dengan buruk. Secara logis kita tentu berharap sang developer mempersiapkan diri, menguji semua skenario yang bisa terjadi, dan menciptakan skenario spesifik yang unik begitu karakter-karakter ini tidak lagi ada di dalam cerita. Namun ternyata tidak demikian. Di walkthrough pertama kami, rasa penasaran dan sedikit harapan untuk menemukan survivor yang lain akhirnya membuat kepala Ashley lepas dari tubuhnya. Ia tewas seketika. Reaksi awal kita sebagai gamer, apalagi dengan latar belakang kedelapan karakter ini sebagai teman, tentu berharap bahwa karakter lain akan terpukul, sedih, atau bahkan bereaksi apapun terhadap kematian ini. Namun yang terjadi? Ashley seolah “lenyap” dari eksistensi begitu saja. Survivor  lain yang ikut dalam satu area yang sama tidak pernah lagi menyebut, membicarakan, atau bahkan melemparkan respon apapun terkait dengan Ashley hingga akhir permainan. Karakter yang tewas, seolah kehilangan signifikansi perannya sama sekali dalam cerita, begitu saja.

Pages: 1 2 3
Load Comments

PC Games

February 6, 2024 - 0

Menjajal Honkai Star Rail 2.0: Selamat Datang di Penacony, Semoga Mimpi Indah! 

Honkai Star Rail akhirnya memasuki versi 2.0 dengan memperkenalkan dunia…
December 14, 2023 - 0

Menjajal Prince of Persia – The Lost Crown: Kini Jadi Metroidvania!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh 5 jam pertama Prince of…
December 13, 2023 - 0

JagatPlay: Menikmati Festival Kenangan Teyvat Genshin Impact di Jakarta!

Seperti apa keseruan yang ditawarkan oleh event Festival Kenangan Teyvat…
December 7, 2023 - 0

Preview Zenless Zone Zero (ZZZ) Closed Beta 2: HoYoVerse Naik Level!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh masa closed beta 2 Zenless…

PlayStation

March 27, 2024 - 0

Menjajal DEMO Stellar Blade: Sangat Berbudaya!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh demo Stellar Blade ini? Mengapa…
March 22, 2024 - 0

Review Rise of the Ronin: Jepang Membara di Pedang Pengembara!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Rise of the Ronin ini?…
March 21, 2024 - 0

JagatPlay: Wawancara Eksklusif dengan Yosuke Hayashi dan Fumihiko Yasuda (Rise of the Ronin)!

Kami sempat berbincang-bincang dengan Yosuke Hayashi dan Fumihiko Yasuda terkait…
March 19, 2024 - 0

Review Unicorn Overlord: Kuda, Tahta, Wanita!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Unicorn Overlord ini? Mengapa kami…

Nintendo

July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…
September 21, 2022 - 0

Review Xenoblade Chronicles 3: Salah Satu JRPG Terbaik Sepanjang Masa!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Xenoblade Chronicles 3? Mengapa kami…