JagatPlay NgeRacau: Tokoh Wanita dalam Video Game!
Karakter Wanita di Video Game Alami Eksploitasi Berlebih?

Gua secara pribadi enggak pernah berkeberatan dengan usaha developer ngehadirin karakter wanita seseksi dan sesensual apapun selama secara desain, dia memang logis. Karena enggak mau munafik, gua sebagai gamer pria, dengan tangan terbuka akan sangat menerima kalau selain mastiin gua punya experience gaming yang asyik, lu juga bisa mastiin mata gua termanjakan untuk waktu yang lama. Namun ingat, logis di sini bukan soal pantas / tidak pantas di dunia nyata, tetapi cocok atau tidak cocok dengan dunia yang dibangun sang developer dari kekuatan kreativitasnya sendiri. Di sebuah dunia dimana zombie berkeliaran, seorang zombie slayer dengan bikini dan topi koboi bukanlah sesuatu yang harus dipermasalahkan. Tapi, di tengah perang dunia yang berkecamuk, seorang prajurit sekutu yang menyerang front Nazi Jerman dengan celana dalam dan sendok, misalnya, adalah pilihan desain yang tolol.
Jadi, apakah karakter wanita di video game terlalu dieksploitasi? Gua pribadi ngerasa kalau isu ini dibesar-besarkan tanpa argumen yang kuat. Developer punya kebebasan mutlak untuk mengembangkan apapun yang ia rasa memang cocok untuk merepresentasikan idenya terhadap sebuah dunia fiktif yang ia bangun, terlepas dari kesengajaan atau ketidaksengajaannya untuk menjual sensualitas. Kalau si developer ngerasa kalau karakter wanita dengan boobs super besar bisa mewakilii karakteristik wanita di dunia fantasi yang ia bangun, maka bagi gua pribadi, ia punya hak untuk itu. Agak enggak adil bagi kita untuk ngebandingin dunia fiktif yang dia bangun dengan apa yang seharusnya / tidak seharusnya terjadi di dunia nyata. Karena pada akhirnya, video game tetaplah produk kreatif.
Sama seperti kita memperlakukan buku, dimana 50 Shades of Gray punya kesempatan untuk memperkuat cerita lewat adegan seksual BDSM secara eksplisit yang dirangkai kata per kata, atau film dimana Game of Thrones menjadikan ketelanjangan karakter wanitanya untuk membangun emosi dan atmosfer dunia yang lebih kuat, sudah saatnya kita memperlakukan video game dengan kacamata yang sama.
Sebagai respon terhadap artikel community Tech in Asia Indonesia.












