Review Rainbow Six Siege: Sangat Pantas Dilirik!
Haruskah dengan Teman?
Ini mungkin jadi pertanyaan yang paling krusial, yang sayangnya, kami sendiri tidak berkesempatan untuk menawarkan jawaban berdasarkan pengalaman dari dua sudut pandang yang berbeda. Dengan semua elemen taktikal yang ia usung, dan format pertempuran 5 vs 5, Rainbow Six: Siege terdengar seperti sebuah sebuah game FPS yang memang butuh koordinasi tinggi untuk bisa mencapai kemenangan. Bahwa, Anda membutuhkan sebuah jalinan komunikasi yang intens untuk mulai membicarakan peran masing-masing, pengambilan posisi, dan bagian mana saja yang perlu dijadikan sebagai fokus penyerangan atau perlindungan. Tapi, apakah memang Anda butuh memainkan game ini dengan tim yang memang sudah Anda kenal sebelumnya? Atau ia tetap menyenangkan jika Anda mencicipinya sendirian bersama orang asing? Berita baiknya, untuk opsi terakhir ini pun, Rainbow Six Siege tetap menawarkan pengalaman yang serupa.
Sebagai seorang gamer yang mencicipi game ini secara “solo” – dalam pengertian tak punya teman satu tim yang familiar dengan koordinasi sama sekali, Rainbow Six Siege tetaplah sebuah game multiplayer kompetitif yang solid. Anda bisa menyertakan mic untuk berkomunikasi secara langsung untuk mengatur posisi langsung di tempat jika memang Anda merasa butuh. Namun tanpa mic sekalipun, Anda tak akan kesulitan untuk menikmatinya. Mengapa? Karena hampir segala sesuatunya didukung dengan visual clue yang jelas, bahwa Anda bisa dengan jelas melihat apa yang tengah dilakukan oleh player lain yang tak Anda kenal ini dan langsung menyesuaikan diri sesuai dengan aksi mereka. Setiap aksi, dari sekedar memasang bomb, memperkuat dinding, menaruh equipment unik kelas mereka sendiri, hingga mengecek kamera misalnya diproyeksikan dengan animasi yang jelas soal apa yang tengah mereka lakukan ketika Anda memerhatikannya. Tidak hanya itu saja, Anda juga bisa melihat “menembus dinding” dimana posisi anggota tim Anda yang lain untuk menjadi ekstra bahan pertimbangan apa yang harus Anda lakukan di situasi situasi tertentu.
Walaupun kami sendiri tak bisa menjajalnya secara langsung, namun jelas bahwa Rainbow Six: Siege adalah sebuah game multiplayer yang akan terasa jauh lebih menyenangkan jika Anda bisa bertukar informasi secara intens via mic atau merencanakan terlebih dahulu jalur serangan atau bertahan Anda sebelum memulai pertempuran. Terlepas dari fakta bahwa apakah Anda hanya ingin bersenang-senang atau mempertahankan atmosfer serius layaknya kumpulan anggota pasukan khusus, game ini memang punya potensi untuk jadi game multiplayer yang seru jika Anda punya ekstra teman-teman yang tertarik untuk mencicipinya bersama. Level koordinasi yang lebih kuat akan jadi ekstra keuntungan untuk membuat pertempuran bergerak lebih positif ke apa yang Anda inginkan.
Namun ingat, bukan berarti Anda harus punya teman untuk mencicipinya. Seperti yang kami lakukan dan terjadi kepada kami, komunitas Rainbow Six: Siege sendiri terhitung sangat bersahabat, setidaknya di versi Playstation 4 yang kami jajal. Hampir tak ada kata-kata kotor dan aksi kekanak-kanakan yang sengaja dilakukan di sini. Anda yang tak senang dengan aksi dan bentuk komunikasi tertentu selalu punya opsi untuk melakukan mute atau membuka voting untuk melakukan kick. Satu-satunya situasi dimana kami melihat proses Kick terjadi hanyalah ketika salah satu anggota berada dalam posisi AFK atau dengan sengaja membunuh teman sendiri karena friendly fire atau sengaja membuat misi gagal, seperti membunuh sang sandera misalnya.
Masalah Klasik Game Multiplayer yang Masih Terjadi
Sebagai sebuah game multiplayer, Rainbow Six Siege tampaknya tak bisa lepas dari ragam masalah klasik yang masih terjadi di sini. Salah satu yang cukup mengganggu adalah proses matchmaking yang bisa dibilang terhitung cukup lama. Mencari anggota tim yang lengkap untuk memulai satu pertempuran bisa memakan waktu 5-10 menit. Entah karena memang sistem matchmaking yang masih buruk atau memang karena komunitas yang sudah mulai menipis. Namun kami bisa menjamin, bahwa terlepas dari fakta bahwa kami mereview game ini lebih dari 1 bulan sejak tanggal rilisnya, kami masih mudah mendapatkan match dan bersenang-senang dengannya, terlepas dari kondisi tertentu yang terkadang membutuhkan waktu lebih lama. Berita baiknya, setidaknya komunitasnya sendiri masih aktif.
Anda yang sempat membaca preview kami sebelumnya juga tentu sudah mengetahui bahwa salah satu alasan kami menunda proses review hingga ketika artikel ini ditulis adalah keinginan untuk mencicipi mode Ranked – mode yang seharusnya tampil lebih berbeda, serius, dan atmosfer kompetitif yang lebih kuat. Kami mengejar level minimal 20 untuk mengakses mode ini dan berhasil di akhir minggu kemarin. Berita buruknya? Proses mencari lebih dari 10 menit tampaknya mengarah pada satu kesimpulan besar – bahwa hampir semua gamer Playstation 4 Region 3 sama sekali tidak tertarik dengan mode Ranked ini. Satu-satunya kesempatan untuk masuk ke mode yang satu ini hanyalah jika Anda berhasil merekrut satu tim lengkap 5 orang dan bermain bersama atau pindah ke region lain yang kabarnya lebih aktif scene multiplayer Ranked-nya. Dua opsi yang tak bisa kami jajal dan sayangnya, berbuntut buruk di mode kompetitif Casual.
Apa efeknya jika mode Ranked yang seharusnya lebih serius ini ternyata sepi peminat? Adalah fakta bahwa semua pemain Rainbow Six Siege di satu region yang sama harus memanfaatkan mode Casual untuk bergabung dalam permainan yang lebih cepat. Berita buruknya? Sistem balancing karakter berbasis level di Siege yang dilakukan Ubisoft terhitung masih belum sempurna. Jadi sebuah pemandangan umum untuk melihat user yang sudah bermain giat selama 1 bulan terakhir ini dan mencapai level di atas 100 dengan kombinasi Operators dan kustomisasi senjata yang lengkap bergabung dalam satu room sama dengan user yang baru menikmati pertandingan keduanya, hanya bsia menggunakan Recruit, dan senjata tanpa modifikasi. Walaupun tak lantas menutup kesempatan untuk menang, namun pengetahuan lebih kuat soal celah peta pertempuran tentu akan menghasilkan keuntungan tertentu.
Namun untungnya, kami cukup mengapresiasi fakta bahwa Ubisoft masih terus “mendukung” game yang satu ini lebih dari satu bulan setelah rilis. Di awal preview, kami harus bertemu dengan aksi menyebalkan oleh pemain level tinggi yang tampaknya sudah mengerti celah yang bisa mereka manfaatkan untuk mendapatkan kemenangan secara instan ketika berperan sebagai tim bertahan. Alih-alih melindungi objek misi dengan berlindung, mereka justru bermain super agresif. Ketika masih dalam masa persiapan dimana tim penyerang hanya bisa menggunakan kamera saja untuk beraksi, tim bertahan ini langsung keluar dan menunggu tim penyerang di titik spawn. Mereka meletakkan peledak Nitro di dekat sana atau menunggu dengan senjata yang siap. Begitu tim penyerang spawn di detik pertama? BAM!, sapu bersih di saat itu juga.
Sepertinya banyak yang mengeluh soal strategi yang satu ini, dan Ubisoft pun langsung menelurkan update terbaru yang kami nikmati ketika mulai masuk ke tahap review yang notabene hanya 1 minggu sejak artikel preview. Di update terbaru ini, tim bertahan tidak lagi bisa keluar dari lokasi sampai tim penyerang melakukan spawn, yang otomatis membuat strategi omong kosong sebelumnya tak lagi bisa dilakukan. Sesuatu yang sangat kami sambut baik.