Review Rainbow Six Siege: Sangat Pantas Dilirik!
Taktikal dan Seimbang!
Anda yang sudah mengikuti artikel impresi beta dan preview kami sebelumnya, atau dengan beragam informasi yang sudah tersebar di dunia maya tampaknya paham soal pondasi gameplay multiplayer kompetitif dari Rainbow Six Siege itu sendiri. Pertempuran berjalan dalam format 5 vs 5, dengan satu dari tiga objektif yang ditawarkan: menangkap point tertentu, mematikan bom, atau menyelamatkan sandera. Jika salah satu tim, baik yang menyerang atau bertahan, berhasil menghabisi yang lainnya sebelum waktu habis maka ia otomatis akan menang tanpa perlu menyibukkkan diri dengan menyelesaikan misi yang ada. Beberapa varian peta dengan beragam ukuran tempat juga disertakan di dalamnya.
Apa yang membuat Rainbow Six Siege berbeda? Bahwa terlepas dari fakta bahwa ia kini berubah menjadi sebuah game multiplayer kompetitif, ia tetaplah sebuah franchise shooter dengan pendekatan yang lebih taktikal. Ini bukanlah game sekelas Call of Duty yang kemenangan bisa diraih dari sekedar seberapa responsif dan aktif Anda berlari, atau seperti Counter Strike yang juga menekankan pada kemampuan Anda untuk mengendalikan recoil senjata, misalnya. Rainbow Six Siege seperti seri-seri sebelumnya adalah sebuah game FPS yang menjadi kemampuan Anda mengatur strategi sebagai ujung tombak. Kehati-hatian Anda menentukan setiap langkah dan memanfaatkan setiap celah lingkungan yang bisa Anda manfaatkan akan jadi strategi yang lebih efektif daripada sekedar mengangkat senjata dan membabi buta. Jika Anda memainkan Siege seperti kalimat terakhir tadi, maka Anda akan berakhir lebih menyesal dibandingkan puas mencicipinya.
Mengapa? Karena game ini dibangun dengan kadar pertempuran psikologis yang cukup intens dari tim penyerang dan bertahan. Tim penyerang punya keleluasaan untuk menyerang dari sudut manapun sekaligus memanfaatkan kemampuan Rapple untuk bergantung ketika berada di luar. Sementara tim yang bertahan harus mampu memprediksi kira-kira dari mana arah datang serangan, memosisikan diri dengan tepat, dan memastikan misi yang harus dilakukan tim penyerang tak tercapai. Perang psikologis ini semakin menegangkan apalagi mengingat bahwa tak ada satupun celah di Rainbow Six Siege yang aman. Tim penyerang selalu punya opsi untuk menghancurkan sekat dinding pembatas yang memang rapuh untuk menciptakan “pintu masuk” secara instan, sementara tim bertahan punya segudang alat pertahanan untuk dibuat sebagai jebakan, sekaligus ekstra perlindungan untuk mengunci akses masuk tertentu untuk memastikan pola serangan yang lebih terarah. Satu yang dihasilkan dari sistem seperti ini adalah skenario pertempuran yang tak pernah bisa diprediksi dan tak pernah sama satu sama lain. Selalu ada strategi baru, selalu ada pendekatan baru, selalu ada kesalahan fatal yang mampu memengaruhi hasil akhir pertempuran.
Keunikan ini sendiri diperkuat dengan fakta bahwa tim penyerang dan tim bertahan masing-masing punya kesempatan untuk memilih 1 di antara 10 varian pasukan khusus yang didesain untuk tiap pihak yang disebut sebagai Operators, lengkap dengan skill unik mereka masing-masing. Tim penyerang misalnya punya Sledge – seorang pasukan khusus dengan palu raksasa yang mampu menghancurkan barikade dan dinding rapuh dengan sekali pukul. Atau Anda akan bertemu dengan Fuze yang punya Cluster Charge yang mampu membuat satu lubang kecil di dinding rapuh dan mulai memuntahkan lusinan granat kecil di baliknya. Sementara tim bertahan punya Bandit yang diperkuat dengan Shock Wire – yang mampu menyalurkan listrik ke material berbahan besi manapun atau Rook yang punya satu tas penuh armor tambahan untuk memperkuat pertahanan anggota tim yang tertarik untuk mengenakannya. Kehadiran para Operators dengan kemampuan spesial inilah yang membuat Siege pantas untuk diacungi jempol.
Mengapa? Karena seperti halnya sebuah game MOBA dalam skala kecil, Anda selalu punya kesempatan untuk mengkombinasikan kemampuan para Operators ini untuk mencapai strategi yang lebih efektif, baik dari sisi penyerang maupun bertahan. Sebagai contoh? Ketika Anda tengah berada di sisi tim bertahan, misalnya. Setiap Operators biasanya punya kesempatan untuk melakukan Reinforcement Wall – membangun sistem pertahanan lebih solid dengan sebuah pagar metal untuk dinding rapuh agar tak mudah diledakkan begitu saja oleh tim penyerang. Hanya ada satu cara bagi tim penyerang untuk menembus dinding ini, yakni dengan membawa seorang Operators bernama Thermite yang punya “Exothermic Charges” – bahan peledak yang mampu menembus dinding yang sudah diperkuat ini. Jika Thermite berhasil melenggang bebas dan membuka “pintu baru” sesuka hatinya, maka tim bertahan akan kesulitan. Jadi strategi apa yang bisa ditempuh untuk menihilkan kesempatan tersebut?
Untuk mencegah hal ini terjadi, begitu dinding sudah diperkuat dengan bahan metal, Operators tim bertahan seperti Bandit, misalnya, bisa menghubungkan Shock Wire dengannya. Sehingga ketika Thermite mendekat dan memasang Exothermic Charges, ia akan terkena damage secara berkala selama proses animasi tersebut, yang bisa menyita lebih dari setengah nyawa dari Thermite secara instan. Jika Anda punya Operators bertahan lain bernama Mute di dalam tim, ia bisa menggunakan perangkat khasnya – Signal Disrupter yang berfungsi layaknya sebuah EMP dalam radius kecil untuk memastikan tak ada perangkat elektronik berbasis sinyal yang bisa dipicu di dekatnya. Jika Anda meminta Mute memasang satu perangkat ini dekat dengan Shock Wire Anda, maka efek yang didapatkan lebih maksimal. Thermite mendapatkan damage karena aliran listrik dan harus berhadapan dengan kenyataan pahit bahwa pengorbanannya ternyata berujung pada sebuah bahan peledak terpasang yang tak bisa dipicu.
Hal inilah yang membuat Rainbow Six Siege menarik. Bahwa seperti sebuah game MOBA skala kecil, kombinasi para Operators yang tercipta selalu membuat situasi pertempuran berbeda-beda. Kesulitan untuk memprediksi probabilitas strategi seperti apa yang mungkin terjadi membuat setiap detik pertempuran membuat Anda terus tegang dan was-was, apalagi dengan fakta bahwa tak ada satupun Operators yang berada di wilayah tak seimbang. Setiap Operators punya fungsi yang signifikan dalam pertempuran dan selalu punya counter tersendiri untuk menihilkan strategi yang bisa dicapai. Oleh karena itu, fase persiapan di awal, dimana tim bertahan harus bersiap-siap dengan “mengunci” kesempatan area serang tim lawan dan tim penyerang harus melemparkan drone untuk mencari posisi misi dan mengetahui variasi Operators apa saja yang harus mereka lawan menjadi kunci yang sangat esensial. Masuk ke pertempuran tanpa informasi sama sekali adalah bencana tersendiri.
Satu hal yang membuat kami terpukau adalah fakta bahwa memang strategi adalah kunci untuk memenangkan setiap pertempuran yang Anda jalani, dan bukan sekedar koordinasi mata tangan dan kemampuan untuk mengendalikan recoil senjata. Dalam skenario yang tak mungkin sekalipun, dimana Anda berada dalam posisi yang sangat terjepit karena kalah di sisi jumlah, ambil contoh, ketika Anda terjebak dalam pertempuran 1 vs 4 atau 1 vs 5 tidak langsung menjadi vonis bahwa Anda akan kalah. Begitu seimbangnya game ini, hingga Anda selalu punya kesempatan untuk menang, selama Anda cukup rajin memutar otak untuk mencari celah terbaik untuk “mencuri” kemenangan ini. Tidak ada yang mustahil di Rainbow Six Siege.
Belajar Seiring Waktu
Rainbow Six Siege memang menawarkan Situations – sebuah mode tutorial berbalutkan misi single player yang memang didesain untuk membuat Anda familiar dengan mekanik gameplay dasarnya itu sendiri. Namun Siege adalah sebuah game yang tak mudah untuk dikuasai. Bukan karena mekanisme kontrol atau desain misi yang sulit, namun semata-mata cita rasa taktikalnya yang memang berbeda dengan game-game FPS lainnya. Jika di game-game FPS lain bergerak cepat , menentukan posisi musuh, dan menghujani mereka secara instan dengan peluru adalah kunci jawaban untuk semua masalah, Rainbow Six Siege justru menuntut Anda untuk melakukan sesuatu yang mungkin tak pernah Anda temukan di game FPS berbau tema militer sebelumnya – kesabaran.
Karena begitu berbahayanya peluru yang sanggup untuk mencabut nyawa Anda secara instan jika mengarah ke kepala, kehati-hatian untuk melangkah, mencari setiap sudut, bergerak sepelan mungkin untuk meminimalisir polusi suara yang timbul sembari menemukan alternatif “pintu masuk” akan jadi sesuatu yang esensial bagi tim penyerang. Sementara bagi tim bertahan, aksi yang disebut “camping” di game-game FPS lain justru akan jadi sebuah aksi yang sangat direkomendasikan untuk mencapai apa yang Anda butuhkan untuk memenangkan setiap pertempuran yang ada. Di jam-jam awal permainan, semua hal yang Anda pikir Anda tahu soal game FPS akan dihancurkan, diremukkan, dan didefinisikan ulang untuk memastikan Anda bisa beradaptasi dengan gaya permainan yang berbeda.
Maka yang Anda dapatkan, dengan semakin banyak asam garam yang Anda makan, adalah kesempatan untuk belajar menyempurnakan diri dan mulai mengadaptasikan beragam strategi yang bisa mengunci lebih banyak kemenangan, di luar sekedar menguasai bentuk map yang memang jumlahnya cukup terbatas. Di awal permainan, kami memperlakukan game ini seperti Counter Strike. Mengambil satu area lebih tertutup, bersembunyi di sudut, dan menebak satu jalan yang mungkin diambil oleh tim lawan untuk terus dibidik. Namun fakta bahwa tak ada sudut yang aman dan semua hal bisa terjadi di game ini membuat strategi ini hampir sama tololnya dengan sekedar berlari-lari dengan sebuah plang besar di punggung bertuliskan “Tembak aku! Tembak aku!” yang biasanya akan diikuti dengan gerutuan teman satu tim Anda. Anda lalu mulai memperlakukan game ini seperti halnya sebuah Rainbow Six.
Kami mulai belajar bagaimana caranya membuat dinding rapuh ini sebagai sebuah keuntungan tersendiri. Alih-alih sekedar bergerak maju dan menunggu di sudut, kami mulai memukul dinding yang rapuh untuk membuat satu lubang kecil yang bisa digunakan untuk membidik di area sebaliknya. Sebuah keuntungan yang instan tentu saja karena Anda dalam kondisi yang super siaga untuk membunuh siapapun yang tak sengaja lewat di depan crosshair ini, sementara musuh Anda kemungkinan besar tak akan sempat sadar bahwa lubang kecil tersebut akan jadi akhir hidupnya. Atau ketika Anda bermain jadi tim penyerang, misalnya. Alih-alih sekedar bergerak seperti seorang aktor bintang di film spionase yang terus mengendap-ngendap, menggunakan kamera drone kecil Anda untuk mengetahui posisi musuh Anda akan jadi strategi lebih efektif. Jadi tak ada lagi kejadian bodoh dimana Anda harus meregang nyawa hanya karena Anda tak sadar musuh berada di posisi tertentu.
Rainbow Six Siege adalah sebuah game yang butuh waktu untuk dikuasai, karena game ini berujung lebih dari sekedar game FPS yang meminta Anda untuk mengangkat senjata, membidik, dan menembak. Ada strategi ekstra di sana dan ada mekanik yang harus Anda kuasai lebih jauh.