10 Karakter Video Game Wanita Paling Inspiratif!

Reading time:
April 21, 2016
  1. Faith Connors [Mirror’s Edge]

mirror edge 2

Banyak orang yang jatuh hati pada Faith karena visualisasinya yang tak seperti karakter video game wanita pada umumnya yang menjual sensualitas. Tak ada belahan dada di sana, tak ada bentuk tubuh tak proporsional yang menonjolkan bagian tubuh tertentu di dalamnya, hanya seorang karakter wanita dengan kemampuan fisik luar biasa yang mampu berlari dan melompat tanpa lelah. Faith, seperti halnya, Kartini adalah seorang pejuang yang memperlihatkan keberanian dan keinginan untuk melawan sebuah sistem atau penguasa. Bahwa di tengah arus informasi yang begitu dikendalikan dan tak ada kebebasan, Faith berlari untuk memastikan informasi yang sesungguhnya tiba di mereka yang seharusnya. Ia cerdas, ia berdedikasi, ia hadir sebagai sebuah pesan yang jelas untuk penguasa di kala itu bahwa mereka tidak akan mampu mengendalikan semua hal. Ia menjadi sebuah manifestasi dari sebuah keinginan untuk menentukan dan mengendalikan kehidupannya sendiri.

  1. Clementine [Telltale The Walking Dead]

clementine

Inspirasi ternyata tak hanya datang dari karakter-karakter video game wanita yang sudah dewasa, tetapi juga mereka yang masih kecil. Mereka yang di usianya harusnya berakhir bersenang-senang dengan boneka kecil atau sekedar ayunan di taman. Tapi untuk Clementine, tak ada kebahagiaan seperti itu di The Walking Dead. Dengan zombie yang berkeliaran dan siap untuk memangsa siapapun, dengan keluarga yang tak lagi bisa melindunginya, Clementine dipaksa untuk bersikap sama bijak dan kuatnya dengan orang dewasa untuk sekedar bertahan hidup. Ia harus berjuang dan memilih di antara banyak pilihan sulit dan mulai memikirkan apa yang tak seharusnya dipikirkan oleh anak seusianya. Ia mulai membangun kepribadian yang lebih dewasa di usia yang sangat muda, seperti yang terjadi dengan Kartini itu sendiri.

  1. Ellie [The Last of Us]

The Last of Us™ Remastered_20140729112742

Kondisi yang serupa, namun jalur nasib yang berbeda, nasib buruk ini jugalah yang harus terjadi dengan Ellie dari The Last of Us. Namun tak seperti Clementine yang sempat mencicipi sebuah hidup normal, Ellie sejak lahir sudah harus berhadapan dengan fakta bahwa dunia tak lagi mengizinkan ia untuk bersikap dan bertindak seperti layaknya seorang anak remaja wanita yang polos. Di tengah dunia yang bahkan tak yakin bisa mempertahankan manusia sebagai sebuah ras, ia muncul dari seorang remaja jadi satu-satunya harapan dunia. Di sebuah kondisi yang bahkan cukup untuk membuat manusia dewasa sekalipun frustrasi dan menyerah, Ellie tampil tetap energik dan melihat dunia sebagai “tempat bermain” yang sedikit lebih berbahaya daripada apa yang sekedar dibicarakan orang padanya. “Neraka” baru ini jadi tempat untuk menikmati komik, berkuda,membaca diary remaja wanita yang lain, tetapi juga jadi ajang baginya untuk menempa cukup banyak komitmen untuk bertahan hidup dan mungkin, menyelamatkan dunia.

  1. Samus Aran [Metroid]

samus aran

Ketika video game didominasi oleh karakter pria dan seolah hanya karakter pria saja yang bisa memotret dengan tepat sebuah kisah heroik, Nintendo tiba-tiba memperkenalkan Samus Aran kepada dunia. Ketika pertama kali Metroid dirilis, hampir semua gamer yang sempat mencicipi petualangan armor dengan penuh senjata mutakhir ini mungkin langsung akan mengasosiasikannya dengan karakter pria yang berdiri di baliknya. Namun yang dilakukan Nintendo justru adalah sebaliknya. Memperkenalkan Samus Aran kepada dunia seolah mengubah persepsi dengan jelas bahwa wanita tak bisa jadi karakter utama video game yang mumpuni. Ia mengubah stigma bahwa perempuan seringkali berakhir jadi karakter yang tak punya kekuatan untuk melawan, seperti yang dipertontokan Peach dan Zelda di seri-seri awal Mario dan Legend of Zelda. Samus Aran menjadi bukti nyata bahwa wanita dan pria bisa saja muncul sebagai kekuatan setara tanpa mengorbankan kualitas apapun, atau bahkan justru memperkuatnya.

Pages: 1 2 3
Load Comments

PC Games

February 6, 2024 - 0

Menjajal Honkai Star Rail 2.0: Selamat Datang di Penacony, Semoga Mimpi Indah! 

Honkai Star Rail akhirnya memasuki versi 2.0 dengan memperkenalkan dunia…
December 14, 2023 - 0

Menjajal Prince of Persia – The Lost Crown: Kini Jadi Metroidvania!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh 5 jam pertama Prince of…
December 13, 2023 - 0

JagatPlay: Menikmati Festival Kenangan Teyvat Genshin Impact di Jakarta!

Seperti apa keseruan yang ditawarkan oleh event Festival Kenangan Teyvat…
December 7, 2023 - 0

Preview Zenless Zone Zero (ZZZ) Closed Beta 2: HoYoVerse Naik Level!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh masa closed beta 2 Zenless…

PlayStation

March 27, 2024 - 0

Menjajal DEMO Stellar Blade: Sangat Berbudaya!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh demo Stellar Blade ini? Mengapa…
March 22, 2024 - 0

Review Rise of the Ronin: Jepang Membara di Pedang Pengembara!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Rise of the Ronin ini?…
March 21, 2024 - 0

JagatPlay: Wawancara Eksklusif dengan Yosuke Hayashi dan Fumihiko Yasuda (Rise of the Ronin)!

Kami sempat berbincang-bincang dengan Yosuke Hayashi dan Fumihiko Yasuda terkait…
March 19, 2024 - 0

Review Unicorn Overlord: Kuda, Tahta, Wanita!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Unicorn Overlord ini? Mengapa kami…

Nintendo

July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…
September 21, 2022 - 0

Review Xenoblade Chronicles 3: Salah Satu JRPG Terbaik Sepanjang Masa!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Xenoblade Chronicles 3? Mengapa kami…