Review DOOM: \m/ !
Multiplayer dan SnapMap: Menarik?

Salah satu tren yang cukup menarik perhatian di game berbasis multiplayer kompetitif saat ini adalah usaha untuk berusaha menghidupkan kembali cita rasa klasik yang memang sempat terasa tak relevan dan sulit untuk dinikmati. Lihat saja apa yang berusaha dilakukan Epic Games dengan seri Unreal Tournament terbaru dengan Unreal Engine 4 dan gaya gameplay yang tetap klasik, dimana reaksi dan prediksi kemana arah datang dan keluarnya peluru akan menjadi kunci utama kemenangan. Sensasi klasik yang sempat ditawarkan oleh seri Quake ini jugalah yang berusaha ditawarkan oleh multiplayer DOOM. Namun sayangnya, seperti sensasi yang muncul ketika menjajal masa beta multiplayer yang sempat diselenggarakan beberapa waktu lalu, multiplayer DOOM justru jadi kelemahan terbesarnya.
Ketika single-playernya berakhir begitu lugas,menegangkan, dan tanpa basa-basi, multiplayer-nya justru gagal untuk menawarkan sensasi yang serupa. Karena game seperti Quake atau Unreal Tournament biasanya menawarkan senjata cukup over-powered yang membuat kebutuhan reflek gerak untuk menembak dan menghindar menjadi sesuatu yang lebih krusial. Multiplayer DOOM, terlepas dari usaha untuk mengejar sensasi yang sama, berakhir menjadi sebuah game multiplayer yang lebih pelan dengan balancing senjata yang masih dipertanyakan. Senjata-senjata yang seharusnya bisa membunuh Anda secara instan, seperti Rocket Launcher misalnya, ternyata berakhirnya hanya melemparkan damage setengah bar HP walaupun terkena secara langsung. Dengan tak seimbangnya beberapa senjata, seperti Super Shotgun misalnya, membuat variasi build karakter bisa terbilang minim.


Ada usaha untuk menawarkan sesuatu yang unik, misalnya, dengan sistem Rune Demon. Jadi dalam satu periode tertentu, anggota tim / musuh yang mengambil rune ini bisa berubah menjadi Demon kuat dalam ragam varian untuk waktu tertentu. Namun dengan senjata “normal” yang tak terlalu kuat dan fakta bahwa Demon-Demon ini bisa membunuh Anda secara instan, Rune ini seperti tiket instan untuk meraih kemenangan. Anda bisa membunuh banyak musuh sebelum Anda mati atau sampai durasi Rune itu sendiri berakhir. Satu-satunya mekanisme yang menurut kami cukup menarik adalah hadirnya item dan senjata spesial yang bisa Anda temukan di peta untuk digunakan, yang terkadang bisa berakhir jadi kejutan sendiri.


Parahnya lagi? Komunitasnya sendiri tak terlalu aktif, setidaknya dari versi Playstation 4 yang kami jajal ini. Sebagian pemain berakhir menikmati hanya mode Team Deathmatch, dengan mode lain hampir tanpa penghuni atau dengan match yang sering berakhir tak memuat pemain dalam jumlah maksimal. Efek seperti ini “memaksa” Anda mau tak mau harus menjajal satu mode yang sama berulang-ulang kali, sehingga terasa monoton dan cukup repetitif. Berita buruknya? Tak ada yang bisa Anda kejar juga dengan multiplayer ini selain level dan lebih banyak item kosmetik. Belum ada sebuah motivasi yang jelas mengapa Anda harus kembali dan terus kembali menikmatinya, apalagi dengan konsep gameplay yang berujung tak terlalu menarik. Dari sesi gameplay, kami juga menemukan bahwa sistem balancingnya sendiri masih mengundang lebih banyak tanda tanya. Tak jarang Anda bertemu dengan karakter level tinggi yang notabene punya akses lebih banyak ke ragam senjata yang ada berkumpul di satu kelompok, “membinasakan” kelompok lain yang dipenuhi dengan level rendahan.


Satu-satunya alasan Anda untuk memainkan kembali DOOM setelah menyelesaikan mode single player selain tingkat kesulitan yang lebih tinggi adalah SnapMap – sebuah fitur yang memungkinkan komunitas untuk membangun peta dan mode permainan mereka sendiri untuk dijajal oleh gamer yang lain. Anda yang punya kreativitas tinggi bisa terlibat dalam proses penciptaan Custom Game, walaupun kami sendiri tak terlalu tertarik. Di menu utama, SnapMap langsung menawarkan kepada Anda konten apa saja yang tengah naik daun atau berada di puncak popularitas untuk Anda jajal. Hasilnya? Cukup menarik.


Sebagai gamer yang tak terlalu familar dengan fitur yang sempat ditawarkan di seri DOOM sebelumnya, kami cukup terkejut dengan variasi dan konten yang ia tawarkan. Kami sempat menjajal dua map permainan – salah satunya berakhir menjadi sebuah mode Raid bersama 3 pemain lainnya untuk berhadapan dengan Baron of Hell yang kini punya health dan damage lebih tinggi. Sementara mode lainnya yang lebih gila? Ia berhasil mengubah DOOM menjadi sebuah game bercocok tanam. Dengan aset di dalam game, mode ini memungkinkan Anda untuk menanam dan memanen “tanaman” sebagai resource untuk tak hanya memperkuat karakter Anda dan membeli senjata baru, tetapi juga memelihara Demon yang akan membantu Anda di permainan. Tujuan utamanya? Mengeksplorasi dan mengamankan sebuah tambang hingga di titik yang paling dalam.

SnapMap memang jauh lebih solid untuk membuat Anda kembali ke DOOM setelah single player selesai, walaupun daya tariknya tak seberapa kuat di mata kami. Berita buruknya? Seperti halnya yang terjadi dengan mode multiplayer, berusaha mencari teman bermain secara acak di SnapMap dan menyelesaikan mode yang ada juga jadi tantangan tersendiri dan seringkali berakhir gagal. Untuk sebuah mode multiplayer yang sudah kehilangan para penikmatnya di dua minggu pertama rilis, Anda lebih baik mulai melihat DOOM hanya sebagai sebuah game “single player” saja.
\m/

Oke, lantas mengapa kami memilih emoticon Metal sebagai sub judul review ini? Karena sejujurnya, sensasi inilah yang paling kuat ia tawarkan. Membuat Anda merasa seperti seorang badass yang bahkan bisa membuat para iblis takut dengan hanya mendengar nama Anda saja. Desain level yang fantastis, feel senjata yang asik, variasi musuh dan kombinasi yang membuat tiap level menantang, dan sistem upgrade yang membuat sisi eksplorasi jadi menarik hanyalah awal. Karena DOOM juga punya dua daya tarik ekstra lainnya: pertarungan boss yang super epik dan musik metal sebagai pengiring!


Tak ada lagi omong kosong QTE untuk menyelesaikan konflik yang Anda temui, DOOM juga memuat pertarungan boss yang pantas untuk diacungi jempol. Anda langsung berhadapan dengan iblis yang terlihat lebih mengancam daripada cecunguk yang Anda “lahap” di arena seperti biasanya. Mereka punya tampilan yang lebih brutal, moveset yang unik dan menuntut Anda untuk mempelajari ritme yang ada, serta mampu menelan semua tembakan Anda dengan tanpa kesulitan. Ini adalah kesempatan terbaik Anda untuk melemparkan semua yang Anda punya dan tahu soal senjata Anda. Ratusan Micro Missiles, puluhan rocket launcher, ekstra satu atau dua peluru BFG, granat sebanyak mungkin, apapun yang bisa Anda lakukan untuk membuat bar HP itu sedikit menurun. DOOM memuat salah satu pertempuran boss yang berakhir sangat memuaskan di mata kami.
Pendekatan lain yang menurut kami tepat sasaran adalah kemampuan Id Software untuk membuat atmosfer badass tersebut lebih kentara lewat pemilihan musik metal yang senantiasa menemani aksi Anda. Dengan peluru shotgun yang seolah melebur jadi bagian dari ritme yang ada, musik-musik ini membuat adrenalin Anda semakin terpompa kencang di atas skenario yang sebenarnya sudah sangat menegangkan. Atmosfer DOOM yang lugas, keren, dan metal seperti inilah yang membuat kami jatuh hati pada mode single player yang ia tawarkan.










