Review I Am Setsuna: Kesederhanaan yang Menjanjikan!
Permulaan yang Menjanjikan
Terlepas dari semua kekurangan yang ia hadirkan, termasuk garis cerita super linear tanpa misi sampingan yang berarti dan motivasi untuk mengeksplorasi dunia yang ia tawarkan, I Am Setsuna memang memenuhi hampir semua hal yang diinginkan gamer pencinta JRPG klasik. Bahkan untuk urusan OST yang ada, game ini berhasil mengeksekusi hal tersebut dengan baik. Alunan piano yang mengiring pelan memenuhi hampir sebagian besar scene yang ada, membuat atmosfer yang ingin dihadirkan terasa tepat dan emosional. Pendekatan yang tepat mengingat mereka tak bisa melakukan hal itu dari sisi visual yang minim detail.
Namun satu hal yang sangat membuat kami jatuh hati pada I Am Setsuna adalah potensi sang developer di masa depan. I Am Setsuna memang bukan game JRPG “klasik” yang sempurna, namun ia meletakkan batu pondasi untuk proyek-proyek Tokyo RPG Factory di masa depan. Jika kualitas dan pendekatan seperti ini yang akan mereka tawarkan di masa depan, maka tujuan Square Enix untuk mengembangkan tim developer kecil yang satu ini akan terpenuhi dengan optimal. Dan sebagai salah satu gamer yang mencintai seri JRPG klasik, tak ada lagi yang menyenangkan hati jika melihat sebuah kesempatan kecil bahwa tren ini bisa kembali di persaingan platform generasi saat ini yang selalu tampil jauh lebih luas, lebih keren, lebih mengalir, lebih berat, dan sejenisnya. Terkadang, kesederhanaan yang dieksekusi dengna tepat akan menawarkan pengalaman gaming yang tak kalah memesona.


I Am Setsuna membuat kami sangat mengantisipasi seperti apa proyek Tokyo RPG Factory setelahnya. Besar harapan sebenarnya untuk melihat proyek perdana ini mereka sukses, sehingga ada potensi untuk melahirkan sebuah game JRPG “klasik” yang lebih baik di masa depan. Yang diperlukan oleh Tokyo RPG Factory untuk seri selanjutnya hanyalah sebuah konsep gameplay dengan misi sampingan yang solid dan dunia yang lebih luas (semoga tanpa salju), dengan berat cerita yang sama, dan gamer-gamer generasi baru akan berkesempatan untuk mencicipi sekaligus mengerti, mengapa game-game sekelas Chrono Trigger, Final Fantasy VI, atau Xenogears dari Square Soft di masa lalu begitu dipuja-puji.
Kesimpulan

Jadi, apa yang bisa disimpulkan dari I Am Setsuna? Bahwa untuk sebuah game yang memang menjual sensasi JRPG klasik, Tokyo RPG Factory menjalankan tugasnya dengan baik. Lupakan sementara visaulnya yang tak terlalu memukau dengan pemilihan karakter chibi atas nama “nostalgia” karena game yang satu ini mengeksekusi hampir semua elemen yang Anda sukai dari seri JRPG masa lampau dengan sangat baik. Musik yang emosional dan cukup memorable, sistem gameplay yang tetap punya lapisan inovasi di dalamnya, latar belakang karakter yang cukup solid, hingga konten cerita yang tak pernah Anda prediksi sebelumnya. Semuanya menyatu ke dalam sebuah sensasi kesederhanaan di tengah kecenderungan industri game untuk membuat segala sesuatunya berakhir lebih kompleks. Sulit untuk tidak jatuh hati jika Anda memang tumbuh besar dengan genre yang satu ini.
Namun bukan berarti ia sempurna. Ada beberapa keluhan yang memang pantas dibicarakan, dari dunia yang “malas” dengan salju yang mendominasi wilayah dan warna yang Anda temui hingga sensasi gameplay yang terasa sangat linear. Memang sangat dimengerti bahwa Tokyo RPG Factory ini menjual sensasi “nostalgia”, namun bukan berarti mereka tak bisa menghapus beberapa elemen yang merepotkan di masa lalu seperti sistem save yang masih terkunci pada point tertentu atau percakapan yang tak bisa Anda lewati begitu saja. Dua pilihan yang menurut kami, tak berkontribusi banyak pada sensasi klasik I Am Setsuna itu sendiri.
Dengan harga yang cukup terjangkau untuk sebuah game yang bisa Anda selesaikan setidaknya dalam belasan jam, I Am Setsuna adalah sebuah proyek game JRPG yang menarik. Untuk Anda yang sempat tumbuh dengan genre ini di masa lalu, ia memenuhi hampir semua yang Anda inginkan, sebuah sensasi nostalgia yang dibungkus dengan tampilan yang lebih relevan. Sementara di sisi lain, Anda yang tak pernah mencicipi seri JRPG Playstation 1 atau 2 di masa lalu tersebut, bisa menangkap kesan dan pengetahuan mengapa proyek serupa bisa membuat banyak gamer jatuh hati walaupun kualitasnya tak bisa dibilang setara. Satu yang pasti, ia cukup untuk membuat kami sangat tertarik dengan proyek yang dipersiapkan Tokyo RPG Factory selanjutnya.
Kelebihan

- Cerita yang “berat”
- Pilihan musik yang baik
- Sistem gameplay klasik dengan lapisan baru
Kekurangan

- Salju
- Cerita yang terasa sangat linear
- Tak ada motivasi kuat untuk mengeksplorasi dunia yang ada
- Tanpa side-quest memorable
- Varian musuh yang minim
Cocok untuk gamer: pencinta JRPG klasik
Tidak cocok untuk gamer: yang lebih mencintai RPG dengan elemen action di dalamnya