Review Nintendo Switch: Inovasi Butuh Bukti!
Apakah Saya Harus Membeli Nintendo Switch Sekarang?

Jika itu yang jadi pertanyaan Anda, maka seperti review konsol dan peripheral kami yang lain sebelum ini, keputusan tersebut kami rasa harus didasarkan pada satu hal – game yang hendak Anda mainkan. Karena pada dasarnya, kekuatan konsol terletak pada daftar game seperti apa yang ia tawarkan. Jika Anda benar-benar ingin memainkan Breath of the Wild atau Mario Odyssey tahun ini juga, maka ada alasan untuk meliriknya bahkan dengan harga tinggi sekalipun karena ia akan berakhir jadi investasi manis yang terbayarkan. Sejauh ini, memang untuk itu pula Nintendo Switch diciptakan. Namun sebaliknya, jika yang Anda kejar adalah game-game rilis AAA yang multi-platform yang sudah jelas tak akan meluncur di Switch, maka ini bukan perangkat untuk Anda.
Lagipula menunggu konsol ini sedikit lebih “tua” sebelum Anda membelinya juga akan menghasilkan beragam keuntungan tertentu. Ada kesempatan bahwa Anda tak perlu lagi “dipaksa” untuk membeli bundle yang tersedia hanya di Indonesia saat ini, yang mungkin membuat harga konsolnya sendiri menjadi lebih terjangkau (apalagi jika Anda tidak tertarik dengan 1-2-Switch). Sisi positif yang lain adalah kemungkinan untuk mendapatkan batch yang dari sisi teknis, sudah lebih sempurna dan solid dibandingkan batch pertama, yang membuat Anda tak perlu khawatir soal permasalahan teknis yang mungkin menerkam.
Menunggu lebih lama juga akan membuat Anda berkesempatan untuk menikmati perangkat lunak yang lebih optimal, terutama lewat ragam fitur yang hendak ditawarkan Nintendo lewat update firmware di masa depan. Di saat yang sama, Anda juga bisa menilai dan mempertimbangkan soal arah dan kebijakan seperti apa yang akan dihadirkan Nintendo untuk Switch ini, termasuk kemudahan hingga konversi harga untuk sistem langganan layanan multiplayer ala PS Plus-nya yang masih misterius hingga saat ini. Menunggu akan membantu Anda mendapatkan gambaran lebih jelas soal identitas, keunggulan, dan kelemahan Switch itu sendiri.
Kesimpulan

Sebagai sebuah platform baru, Nintendo kembali menunjukkan tajinya mereka sebagai produsen yang mengasosiasikan diri dengan inovasi. Bahwa peralihan generasi tidak selalu berarti game-game yang hadir dengan kualitas visualisasi atau resolusi lebih tinggi saja, tetapi juga konsep permainan baru yang belum ditempuh sebelumnya. Sejauh ini, eksekusinya terhitung fantastis. Kemudahan untuk beralih dari mode tabletop, televisi, hingga handheld membuatnya tampil sebagai produk hybrid yang sesungguhnya. Pada akhirnya, ini adalah mimpi sebuah konsol Wii U yang berakhir jadi nyata, dimana Anda benar-benar bisa membawa game favorit Anda dimanapun, kapanpun, bersama siapapun. Tak ada lagi batasan ruang di sana.
Namun demikian, sulit untuk menyebutnya sebagai sebuah konsol yang “sempurna”. Ada banyak celah di sana, dari sekedar sisi desain yang perlu dipertanyakan hingga soal kemampuan mentah yang bahkan tak mampu menjalankan game eksklusif super kerennya di hari pertama rilis dengan lancar, sebuah presentasi kemampuan kasar yang cukup untuk mengundang kekhawatiran sendiri. Library game third party yang lebih banyak dihiasi game indie daripada AAA memang memperkaya waktu jeda menantikan produk eksklusif mereka, tetapi juga mengundang tanda tanya besar untuk Switch itu sendiri. Jika dieksekusi manis, ia bisa berakhir mengikuti kesuksesan Wii. Jika gagal mempertahankan momentum, ia bisa berakhir jadi Wii U.
Dengan semua teknologi yang ia usung, cara terbaik adalah menjelaskan Nintendo Switch sebagai sebuah teknologi penuh inovasi yang masih butuh banyak membuktikan dirinya sendiri. Membuktikan bahwa mereka sudah belajar banyak dari kesalahan Wii U dan mulai melapisi diri dengan kebijakan, dukungan fitur, game third party, dan game first party yang benar-benar solid. Sesuatu yang masih belum terlihat saat review ini ditulis.