Review Little Nightmares: Ketika Dongeng dan Mimpi Buruk Menyatu!
Dunia yang Siap Membuat Bulu Kuduk Merinding

Pilihan untuk menggunakan Unreal Engine 4 sebagai basis untuk Little Nightmares seperti menjadi keputusan yang pantas untuk diacungi jempol. Namun bukan karena sekedar kualitas detail di sisi visualisasi yang membuat game yang satu ini mengagumkan, melainkan kekuatan kreatif pada talenta di belakangnya yang harus diakui, berhasil menciptakan sebuah dunia yang pantas untuk diacungi jempol. The Maw adalah sebuah dunia yang sisi estetikanya siap untuk membuat Anda menahan napas, tetapi di sisi lain, secara konsisten akan membuat bulu kuduk Anda merinding. Semuanya dicapai tanpa menggunakan cara “murahan” seperti jump-scare, misalnya.
Kontras antara sang karakter utama yang diposisikan sebagai anak perempuan yang terlihat polos dan visualisasi The Maw yang terlihat korup dan penuh dosa memperkuat atmosfer yang siap untuk membuat Anda bergidik. Presentasinya The Maw sendiri juga dilakukan dengan eksplisit, tetapi tetap mempertahankan elemen misteri di atasnya. Anda bisa melihat bagaimana mayat yang disinyalir mengakhiri hidupnya tergantung begitu saja di salah satu kamar hingga bagaimana Six harus tenggelam di dalam sebuah “kolam” yang berisikan sepatu-sepatu usang tanpa pemilik yang jumlahnya bisa ribuan. Apa yang terjadi dengan pemilik-pemilik sepatu ini? Game ini tak akan “menjelaskannya” kepada Anda begitu saja.


Setting yang ditawarkan di dalam The Maw itu sendiri memang pantas untuk diacungi jempol. Sebagian besar “taman bermain” Anda berakhir menjadi furniture atau perlengkapan kamar normal yang kini bisa Anda panjat semata-mata karena ukuran Anda yang kecil. Bagian terbaiknya? Walaupun tanpa menggunakan dialog sama sekali, Anda juga bisa merasakan aura ancaman yang kentara untuk setiap makhluk yang Anda temui. Desainnya terasa menyeramkan dan siap untuk membuat Anda merasa tidak nyaman. Dari sekedar monster buta dengan tangan panjang, sepasang koki kembar dengan pisau super besar, hingga terjangan para makhluk-makhluk gendut yang mengejar Anda seperti layaknya gelombang lemak yang mematikan. Little Nightmares menawarkan sebuah dunia yang mengagumkan.
Implementasi Unreal Engine 4 tentu saja membuat beberapa sisi teknis dan detail semakin baik. Tata cahaya yang memesona dan dramatis di beberapa situasi, apalagi mengingat kegelapan yang mendominasi keseluruhan permainan, hingga sekedar efek percikan darah atau anggur yang akan membuat mata Anda sulit untuk berpaling. Little Nightmares juga membubuhkan sedikit efek grain untuk membuat situasi terasa lebih mencekam dan ekstra sensasi sinematik di atasnya. Menyamakan sensasi menikmatinya seperti menonton film-film dari Tim Burton memang sebuah perbandingan yang pantas.


Untuk urusan presentasi, Little Nightmares memang melakukan tugasnya dengan baik untuk membuat Anda merasa tidak nyaman dengan keseluruhan skenario dan situasi yang ia tawarkan kepada Anda. Seorang anak perempuan yang seharusnya indah dan polos, kini dihadapkan pada sebuah dunia yang sepertinya didesain dengan satu tujuan utama – menelannya mentah-mentah.
Memutar Otak dalam Bayangan

Dengan referensi pada game seperti Limbo dan Inside yang sudah kami lemparkan sejak kalimat pertama artikel review ini, Anda sepertinya sudah punya bayangan lebih jelas seperti apa gameplay yang ditawarkan oleh Little Nightmare yang satu ini. Benar sekali, ia adalah sebuah game puzzle platformer dengan elemen stealth di atasnya. Maka seperti game thriller kebanyakan saat ini, Six tidak akan punya kemampuan untuk melawan balik beragam ancaman yang siap untuk mencabut nyawanya di sepanjang permainan. Yang bisa ia lakukan hanya dua hal: berlari dan bersembunyi.
Maka aksi Anda untuk kabur dari The Maw akan dihiasi dengan beragam ruangan dan puzzle yang harus diselesaikan, di tengah desain furnitur dan ragam objek yang ukurannya jauh lebih besar daripada Six itu sendiri. Anda akan punya beberapa aksi standar yang bisa dilakukan: berlari, melompat, memanjat, memegang atau mengambil sebuah objek, melempar, dan tentu saja berinteraksi dengan beberapa hal spesifik di lingkungan yang ada. Six juga bisa menunduk untuk masuk ke dalam ruang yang lebih kecil, atau bersembunyi dari beragam ancaman yang ada.


Mengikuti desain banyak game sejenis, maka sebagian besar tantangan yang harus Anda hadapi akan dibagi ke dalam dua format besar: menyelesaikan sebuah puzzle yang biasanya menuntut Anda untuk mengeksekusi runtut perintah tertentu atau sekedar memastikan diri selamat dari satu sumber ancaman sebelum akhirnya, berakhir di ruangan selanjutnya yang tentu saja, akan memuat tantangan yang lain. Di sinilah, keasyikan Little Nightmares dimulai. Ia minim clue. Bahkan untuk puzzle yang ada sekalipun, atau kemana Anda harus melangkah selanjutnya, Anda harus melakukan observasi sendiri untuk mencari jawabannya. Di beberapa titik, game ini juga memuat persimpangan jalan yang terkadang tidak berujung pada apapun. Memeriksa dengan teliti lingkungan yang ada akan jadi kunci jawaban untuk semua masalah.
Namun tentu saja, proses ini sendiri tidak mudah. Anda akan seringkali bertemu dengan sumber ancaman yang membuat Anda kini harus melakukan satu tugas ekstra untuk bisa menuju ke tempat selanjutnya – bertahan hidup. Mengingat Six tidak bisa melawan, maka seperti Outlast atau Amnesia, Anda harus melarikan diri atau bersembunyi dari sumber ancaman yang ada. Tanpa menggunakan sistem nyawa atau damage, sentuhan “sekecil” apapun yang terjadi antara Six dengan ragam “musuh” yang ada akan membunuhnya secara instan. Anda akan bertemu monster-monster Maw yang besar dan menyeramkan, hingga sekedar uap panas hasil bocoran pipa yang bisa mematangkan Anda dengan mudah. Sayangnya, terlepas dari konsepnya yang menyeramkan, tak ada konten brutalitas eksplisit yang menurut kami, seharusnya efektif untuk membuat atmosfer Little Nightmares ini semakin kuat.


Maka hampir sebagian besar aktivitas Anda akan berakhir menjadi kombinasi antara mencari cara untuk bergerak ke ruangan selanjutnya, sekaligus menghindari sumber ancaman yang ada. Dengan menggunakan tombol crouchi yang ada, Anda bisa menyembunyikan Six di sudut-sudut dalam ruangan, di dalam objek kecil, hingga sekedar memanfaatkan bayang-bayang ruang untuk menghindari sudut pandang monster-monster The Maw. Banyak dari mereka juga sangat sensitif pada suara, hingga Anda juga harus bergerak sepelan mungkin dan menghindari diri untuk tak menyentuh dan membuat objek-objek di sekitar Anda jatuh.
Berita baiknya? Sejauh dari sesi permainan kami, Little Nightmares bukanlah sebuah game yang terhitung “sulit”. Tak seperti The Last Guardian yang benar-benar tak memberikan Anda banyak clue untuk menyelesaikannya, misalnya, Little Nightmares masih memuat sedikit clue visual untuk memberi tahu Anda kemana Anda harus melangkah. Pintu besar yang sedikit terbuka dengan terang cahaya, terowongan kecil yang berada di ketinggian panjat, hingga sekedar objek “aneh” di dalam ruangan yang terlihat seperti kunci untuk memicu sesuatu. Permasalahannya hanyalah di mencari tahu apa yang bisa dan tidak bisa Anda lakukan, sesuatu yang tak makan waktu terlalu lama.

Dari sisi gameplay, Little Nightmares memang tak bisa dibilang istimewa atau revolusioner. Namun untuk sebuah game yang memang menjadikan thriller / horror sebagai daya tarik utama, kombinasi sifat karakter utama yang rapuh, puzzle yang membutuhkan observasi, ancaman yang mengharuskan Anda untuk berfokus pada aspek stealth, dan desain dunianya sendiri hadir sebagai kombinasi yang proporsional dan efektif untuk menghasilkan sebuah game puzzle platformer yang misterius, menarik, dan menyeramkan di saat yang sama.