Review Injustice 2: Baku Hantam Sinematik!
Microtransaction

Namun kembali, kita berhadapan dengan kebijakan yang memang terhitung, sulit dimengerti oleh para gamer namun terus dipaksakan oleh para publisher atas nama “uang cepat”. Benar sekali, microtransactions. Kali ini, Warner Bros sebagai publisher dan Netherrealm Studios memang tak bisa ditoleransi jika berbicara soal ini. Oke, dia menawarkan hampir 30 karakter playable di rilis awal tanpa DLC, dengan masing-masing punya identitas dan daya tarik yang berbeda. Namun mengumumkan konten DLC bahkan sebelum game dirilis? Oh c’mon..
Membicarakan konten DLC berbayar pada saat game resmi belum dirilis memang sama levelnya dengan mempersiapkan surat cerai tertulis untuk ditandatangani, sehari sebelum pesta pernikahan digelar. Sesuatu yang terasa tidak adil untuk alasan yang tak jelas, walaupun ia berisikan “hanya” tiga karakter, termasuk sosok Sub-Zero di dalamnya. Jika menilik apa yang dilakukan Netherrealm Studios selama ini, ini tentu bukan yang pertama dan terakhir. Ada kemungkinan besar mereka akan terus merilis DLC karakter-karakter ini secara terpisah di masa depan seperti yang terjadi dengan Mortal Kombat X, dan kemudian melepas sebuah rilis versi “final” dengan semua konten tersebut dengan harga game sebuah penuh. Sebuah strategi “klasik” yang sepertinya sudah terbaca sejak awal.


Yang semakin menyedihkan adalah fakta bahwa proses grinding Gear dan karakter yang seharusnya menjadi sesuatu yang penuh kerja keras dan dedikasi, juga masuk ke dalam jalur microtransactions ini. Bahwa dengan menggunakan uang nyata, Anda bisa membeli mata uang in-game yang disebut sebagai “Souce Crystals” dalam jumlah yang besar. Mata uang ini bisa digunakan untuk langsung membawa karakter Anda langsung ke level 20, atau membeli warna dan set alternatif yang Anda inginkan untuk karakter Anda. Hasilnya? Anda bisa menggunakan uang nyata Anda untuk mencapai progress jauh lebih cepat dibandingkan mereka yang tidak menghabiskan waktu untuk memainkan Injustice 2 untuk mencapai hal yang sama.
Dengan kondisi seperti ini, sulit rasanya untuk tidak merasa curiga bahwa kebutuhan untuk melakukan grinding di Injustice 2 tidak didesain dengan motivasi untuk membuat waktu gameplay Injustice 2 ini lebih panjang. Tetapi lebih pada pemikiran bahwa kesulitan ini bisa membuat gamer merasa frustrasi, dan akhirnya berujung membeli progress yang ada dengan uang nyata, yang notabene membutuhkan waktu yang jauh lebih singkat daripada harus melakukan segala sesuatunya tanpa menggunakan microtransactions.


Memang Anda tidak bisa membeli set yang notabene mempengaruhi performa tiap hero, tetapi dengan Source Crystal, Anda tetap bisa membuat tiap karakter naik secara instan ke level 20. Karakter level 20 tentu bisa menggunakan item-item dan set level 20 yang beberapa diantaranya masuk ke level kelangkaan “Epic” dengan stats yang bagus. Microtransaction di Injustice 2 memang tidak mempengaruhi performa karakter secara langsung, namun secara tidak langsung, bisa terjadi.
Tetapi setidaknya, Injustice 2 berhasil membuat Microtransactions ini terasa tidak imbang dan berujung jadi keharusan. Bahwa pada akhirnya, ia akan jadi “opsi” untuk mereka yang tidak sabar lagi untuk melakukan proses grinding, khususnya untuk menaikkan level karakter. Tetapi apakah “opsi” seperti ini adil untuk sebuah game yang ditawarkan di tingkat harga AAA? Itu kembali ke tangan Anda.
Kesimpulan

Injustice 2 adalah sebuah game fighting yang fantastis. Bahwa di luar kebijakan tidak populer yang diambil oleh WB dan Netherrealm Studios, ia tetap berakhir sebagai sebuah proyek luar biasa yang akan memenuhi mimpi tiga jenis gamer: pencinta DC, pencinta genre fighting ala MKX atau Injustice pertama, atau sekedar gamer yang menginginkan jalinan cerita yang solid. Semuanya dieksekusi dengan sangat baik oleh Injustice 2 ini. Kerennya lagi? Di luar ekspresi wajah, presentasi solid, dan karakter dengan animasi serangan unik yang mereka tawarkan saat ini, tingkat kesulitan yang ia tawarkan juga siap untuk membuat Anda tertantang, terutama ketika melewati beberapa pertarungan spesial di Multi-Verse yang “ajaib”. Ini adalah sebuah game fighting dengan cita rasa yang kaya dan sinematik di saat yang sama.
Walaupun demikian, harus diakui, Injustice 2 bukanlah sebuah game yang sempurna. Selain kekurangan seperti microtransactions yang bisa dilihat sebagai sebuah kebijakan yang pantas untuk dipertanyakan, balancing juga jadi catatan yang lain. Walaupun ia tak pernah berakhir jadi karakter favorit kami, namun dunia maya sempat membicarakan betapa serangan jarak dari Deadshot misalnya, hampir membuat scene kompetitif secara online “lumpuh”. Sementara dari cita rasa pribadi kami, karakter dengan damage besar sekelas Swamp Thing misalnya, punya kecepatan serang yang terlampau lambat untuk membuatnya terasa seimbang dengan karakter-karakter lebih “kecil”. Ini harus jadi tugas Netherrealm Studios selanjutnya.
Namun di luar kelemahan tersebut, Injustice 2 berakhir jadi sebuah game fighting yang melebihi harapan kami. Ini mungkin menjadi satu kasus khusus yang sudah lama tak kami rasakan, dimana sebuah game fighting didesain dan memuat konten yang justru berfokus pada mode single player yang ada, dan bukan sekedar online. Cerita super sinematik, solid, dengan konten Multi-Verse yang selalu segar, Anda tetap bisa menikmatinya tanpa sekalipun harus terhubung dalam jejaring internet. Luar biasa!
Kelebihan

- Cerita yang sinematik
- Desain karakter dan animasi serangan keren
- Cerita yang solid dan menggugah
- Visual, terutama dari ekspresi wajah
- Sistem Gear yang unik
- Multi-Verse yang terus menyediakan konten fantastis
- Kesempatan untuk menciptakan karakter favorit “personal” Anda lewat Gear
- Voice acting
- Presentasi memanjakan mata di segala aspek
Kekurangan

- Microtransactions
- Masih butuh balancing
- Beberapa serangan pemungkas tidak terlihat spesial
Cocok untuk gamer: yang menikmati Injustice / MKX, menyukai DC Universe
Tidak cocok untuk gamer: yang lebih menikmati tipikal game fighting ala SF atau KOF, yang merupakan fan-boy Marvel











