Review Uncharted – The Lost Legacy: Tidak Kalah Menegangkan!
Serupa Tapi Tak Sama

Secara garis besar, Uncharted: TLL tetaplah sebuah seri Uncharted yang selama ini Anda kenal. Ia tetap mendasarkan diri pada apa yang berhasil dicapai oleh Naughty Dog di seri keempatnya, tak hanya dari sisi visual saja tetapi juga gameplay. Oleh karena itu, tidak heran jika Anda akan menemukan pengalaman yang sebenarnya tak banyak berbeda. Kita berbicara soal game action eksplorasi yang akan membawa Anda masuk ke dalam peradaban kuno yang butuh Anda terus memanjat dan melompat untuk tiba ke tempat tujuan Anda, lengkap dengan struktur rapuh yang terkadang membuat Anda terjatuh dan harus berjuang bertahan hidup, hingga aksi tembak-tembakan melawan faksi musuh yang selalu hadir dengan perlengkapan tempur lebih baik. Semuanya dibalut dengan aksi eksplorasi menggunakan jeep dari Uncharted 4 yang juga kembali di sini.
Pertanyaannya kini, tentu saja satu: apakah ini berarti Uncharted: TLL sama sekali tidak menawarkan hal baru? Berita baiknya, walaupun sebagian besar pengalaman yang ditawarkan serupa, namun Naughty Dog terlihat berjuang keras untuk membuat aksi Chloe terasa berbeda dibandingkan Nathan Drake. Salah satu keahlian si “pencuri” wanita ini adalah kemampuannya menggunakan lockpick yang memainkan peran cukup besar di sini. Tidak sekedar untuk memicu progress cerita yang ada, kemampuan lockpick Chloe juga ditranslasikan ke dalam gameplay. Menemukan ragam peti perlengkapan yang dibawa oleh pasukan Asav, aksi lockpicking Anda akan berujung pada reward yang pantas dikejar. Anda bisa menemukan senjata yang lebih kuat dan bertenaga, hingga ragam artifak sebagai collectibles.


Namun jika harus menyebut salah satu perubahan paling signifikan yang kami sambut dengan tangan terbuka, adalah implementasi konsep open world Uncharted: TLL yang lebih baik. Anda yang sempat mencicipi Uncharted 4 tentu saja masih ingat dengan sekuens Madagascar yang meminta Anda untuk menyetir Jeep dalam sebuah konsep dunia terbuka yang luas. Uncharted: TLL juga menawarkan konsep yang serupa, tetapi dengan konten yang lebih baik. Jika di seri keempat aksi eksplorasi ini tetap berakhir linear dengan dunia yang sekedar menawarkan alternatif eksplorasi yang tak signifikan, Uncharted: TLL membalutnya sebagai bagian dari cerita utama. Bahwa dunia luas ini menyimpan hal penting untuk dijelajahi dengan alternatif “kesibukan” dan puzzle yang jauh lebih menarik. Kerennya lagi? Tidak ada keharusan untuk menyelesaikan misi yang mana dulu dengan misi sampingan yang walaupun terlihat menggoda, tidak pernah diharuskan. Implementasi yang berakhir lebih baik.

Di luar penempatan kedua elemen ini, Uncharted: TLL memang harus diakui tak banyak berbeda di akhir. Salah satu fitur lain yang ditawarkan oleh Chloe adalah kesempatan untuk menggunakan ponsel pintar miliknya untuk mengambil beragam foto panaroma yang epik selama perjalanan. Sayangnya, alih-alih bebas, foto-foto ini hanya bisa diambil dari angle yang sudah ditentukan sebelumnya. Namun satu yang pasti, ia menawarkan lapisan tertentu pada kepribadian Chloe. Salah satu daya tarik yang tak pernah kami prediksikan sebelumnya.
Minggir Lara Croft, Selamat Datang Chloe!

Sebagian besar dari Anda mungkin bingung dan bertanya-tanya dengan sub-judul yang kami ambil di atas. Bagaimana seorang karakter pendukung yang tidak banyak mendapatkan porsi cerita di empat seri terakhir Uncharted berakhir mampu bersaing dengan salah satu karakter wanita protagonis ikonik yang sudah eksis selama puluhan tahun terakhir ini. Namun begitu Anda mencicipi Uncharted: TLL ini , sulit sepertinya untuk tidak memperbandingkan keduanya. Kita berbicara soal karakter wanita petualang yang berusaha menyelami peradaban kuno dengan alasan yang di belakang layar, juga mengakar pada sesuatu yang sangat personal. Begitu Anda menyelami cerita Chloe lebih dalam, maka Anda bisa melihat bahwa Uncharted: TLL ini terasa seperti jawaban dari skenario yang sudah lama kita pertanyakan sebelumnya, “Apa jadinya jika Tomb Raider dikembangkan oleh Naughty Dog?”.
Karena harus diakui, bahwa terlepas dari konsep gameplay modern dan cerita menarik dari dua seri Tomb Raider reboot yang diracik oleh Crystal Dynamics, ada satu hal yang tak pernah mereka eksplorasi lebih jauh – kepribadian dari Lara Croft itu sendiri. Ia muncul sebagai karakter heroine yang berakhir tidak punya kedalaman, karena sebagian besar pencitraannya berakhir berusaha menyelesaikan beragam tantangan yang ada. Bahwa ia adalah seorang karakter yang selalu dipenuhi dengan rasa tegang, ketakutan, dan rasa sakit. Akibatnya? Selain beberapa adegan kematian yang brutal dan cukup membuat Anda simpatik, sulit membangun kedekatan emosional dengan sosok yang satu ini. Sesuatu yang bertolak belakang dan berhasil ditawarkan Naughty Dog dengan sosok Chloe Frazer dan Nadine Ross di sini.
Lewat Uncharted: TLL, Naughty Dog kembali membuktikan diri mengapa mereka pantas disebut sebagai salah satu peracik game action dengan cerita terbaik di industri game. Bukan hanya karena kemampuan mereka untuk membangun plot yang menggugah, tetapi memproyeksikan karakter mereka dengan sangat manusiawi. Pesona yang berhasil membuat kami jatuh hati pada sosok Chloe, yang bahkan harus diakui, tak banyak dieksplorasi di seri-seri Uncharted utama sebelumnya. Salah satunya daya tariknya adalah bahwa karakter ini terasa seperti manusia, terasa seperti wanita.


Bahwa ia bukanlah sekedar karakter yang terus mengulang dan membicarakan soal aksi heroiknya dan sejenisnya. Petualangannya bersama dengan Nadine terasa seperti dua orang wanita yang kebetulan, seorang petualang yang berjuang mencari harta karun legendaris yang bahkan mulai terasa seperti sebuah mitos. Di satu titik, Nadine bahkan tidak ragu bertanya soal hubungan antara Chloe dan Nathan di masa lalu, ala-ala gosip yang sepertinya selalu mewarnai hubungan pertemanan wanita. Di sisi lain, Chloe juga seringkali menggoda Nadine karena sisi feminimnya yang masih kentara, terlepas dari fakta bahwa ia bisa menghajar dua sampai tiga pria dewasa sekalipun. Sosok sama yang masih tersipu malu dan begitu gembira melihat monyet-monyet imut dan menggemaskan yang mereka temukan di sepanjang perjalanan.
Di sisi lain, kehadiran sosok Chloe dan Nadine yang manusiawi dari kepribadian ini juga menjadi solusi dari satu kekhawatiran terbesar Uncharted: TLL – bahwa ia berakhir akan menjadi sebuah game “re-skin” dari Uncharted 4. Mengingat bahwa banyak porsi gameplay juga tidak banyak berbeda, kekhawatiran ini memang pantas. Namun ketika menikmati perjalanan dan kepribadian Chloe dan Nadine di dalamnya, kekhawatiran seperti ini lama-lama tergerus. Mereka adalah dua individu yang siap menawarkan sensasi permainan yang berbeda dengan ketika Anda menggunakan Nathan Drake. Cara mereka mendekati masalah, cara mereka begurau, hingga kepribadian sarkastik Chloe yang terasa menyegarkan akan menghapuskan keraguan tersebut. Cara Naughty Dog menawarkan cerita juga menghasilkan pengalaman yang walaupun dari sisi durasi lebih pendek, namun terasa lebih intens dengan pacing lebih baik.

Memang masih belum ada kejelasan atau kepastian apakah The Lost Legacy memang menjadi awal dari apa yang dipersiapkan Naughty Dog untuk Uncharted di masa depan. Bahwa masa “pensiun” Nathan Drake kini menjadikan duo Chloe – Nadine sebagai karakter utama mereka di masa depan, untuk lebih banyak seri Uncharted. Namun satu yang pasti, acungan dua jempol pantas untuk diarahkan pada cara Naughty Dog menangani karakter “wanita” yang mereka ia usung. Bukan sekedar atas nama sensualitas saja, tetapi mereka membangun sesuatu yang terasa personal dan manusiawi di atasnya. Apa yang mereka lakukan dengan Uncharted: TLL ini seolah menjadi semacam teguran tidak langsung di mata kami, pada Crystal Dynamics, bahwa mereka sudah menyia-nyiakan cukup banyak potensi pada sosok Lara Croft yang berakhir menjadi karakter heroine yang klise. Sementara di sisi lain, Chloe berhasil hadir sebagai karakter heroine yang memperlihatkan kepribadian yang jauh lebih kuat.












