Review Cuphead: Kartun untuk Kaum Masokis!
Gambar Tangan
Satu aspek yang sudah pasti membuat banyak gamer berakhir familiar dengan Cuphead adalah pendekatan visualisasi yang ia tawarkan. Berbeda dengan game kebanyakan yang walaupun mengejar cita rasa kartun, berakhir menawarkan kualitas animasi yang terlihat modern, Cuphead mengambil pendekatan unik yang siap untuk mencuri perhatian siapapun. Benar sekali, presentasi yang mengingatkan Anda pada film-film kartun yang sempat muncul di akhir tahun 1920-an dan awal tahun 1930-an. Cita rasa awal ketika Mickey Mouse akhirnya diperkenalkan dalam bentuk sebuah film animasi.
Untuk mencapai efek tersebut, semua hal yang Anda temukan di Cuphead ini, dari sekedar lingkungan, karakter, hingga animasi dan reaksi wajah yang ada diracik dengan gambar tangan, layaknya seri kartun lawas di masa lampau. Proses yang satu ini menghasilkan cita rasa yang lebih otentik, seperti atmosfer yang berusaha dikejar oleh si MDHR – sang developer.

Maka yang Anda temukan adalah sebuah game yang punya visualisasi memanjakan mata, tetapi di sisi lain, memperlihatkan kepribadian yang cukup kuat untuk setiap karakter dan level yang ia tawarkan. Cita rasa kartun tahun 1930-an ini memang sedikit “tercederai” dengan desain awal dengan warna definisi tinggi yang modern. Namun seiring dengan progress permainan, apalagi jika Anda cukup “niat”, Anda bisa membuka ekstra konten filter untuk digunakan – warna hitam putih dan filter dua warna untuk menghasilkan kesan yang lebih “tua” lagi.
Maka seperti tengah menonton Steamboat Willie dari Mickey Mouse, Anda akan menemukan dunia yang ekspresif dalam keterbatasan yang ada. Suara tembakan, ledakan, hingga karakter yang menggerutu hadir jelas, pendek, sekaligus menyiratkan cita rasa klasik yang kian memperkuat atmosfer yang ada. Teriakan atau jenis serangan terkadang bahkan mengakar pada efek ekspresi tulisan yang keluar dari mulut musuh, detail yang menurut kami kian membuat Cuphead terlihat unik dan “tua”. Tentu saja, yang merangkai segala sesuatunya adalah musik pengiring, yang menurut kami, bahkan pantas untuk dibicarakan di sesi terpisah nantinya.

Intinya? Dari sisi presentasi, Cuphead tampil memanjakan mata lewat pendekatan ala kartun klasiknya yang unik. Namun bukan sekedar “unik” saja, sang developer sepertinya berhasil menawarkan cita rasa yang otentik lewat kualitas gambar tangan, pilihan efek suara, hingga musik yang meleburnya menjadi satu elemen yang fantastis. Sesuatu yang cukup untuk membuat Anda jatuh hati, sejak pandangan pertama.
Git Gud!

Namun jangan tertipu dengan bentuk imut yang ia tawarkan, karena percaya atau tidak, seperti cerita yang ia usung, bermain Cuphead akan terasa seperti Anda tengah terperangkap dalam sebuah perjanjian dengan Iblis. Sebuah permainan yang siap untuk membuat Anda frustrasi dan putus asa, namun di sisi lain, menawarkan kepuasan yang sulit untuk dilukiskan jika Anda berhasil menyelesaikan setiap tantangan yang ada. Benar sekali, ini bukan game yang mudah.
Anda mungkin mengira bahwa ini game berbasis platformer. Tidak salah, tetapi juga tidak benar. Cuphead sendiri membagi dirinya ke dalam dua mode besar: Boss Fight dan Run & Gun. Untuk Run & Gun, Anda bisa melihatnya tak berbeda dengan game platformer pada umumnya. Intinya adalah bergerak dari titik A ke titik B, dan memastikan Anda tidak tewas di tengah. Ingat, tidak ada sistem checkpoint di sini. Jadi, dengan nyawa Anda yang super terbatas, ini adalah game platformer tanpa kompromi. Begitu Anda berakhir gagal dan tewas, maka Anda harus mengulang proses platforming ini kembali dari awal. Terus-menerus, hingga Anda berhasil.


Namun inti gameplay Cuphead sebenarnya lebih difokuskan pada pertempuran melawan para boss yang hadir dengan banyak varian di sini. Dan di sinilah letak “keasyikan” Cuphead yang sebenarnya. Membawa formula pertarungan boss game-game platformer pada umumnya, setiap boss ini akan hadir dengan pola serangan yang jelas dan definitif. Biasanya hadir lewat beberapa fase yang setiap darinya akan menawarkan jenis serangan dan tantangan yang berbeda, fokusnya adalah berusaha bertahan hidup sembari menyakiti mereka dengan senjata yang Anda gunakan. Namun tentu saja, jangan berharap ini akan mudah. Karena pada akhirnya, ini adalah game yang akan menuntut Anda untuk melalui proses trial dan error yang cukup intens, hingga akhirnya, Anda akan belajar dan mengerti bagaimana menundukkan setiap dari mereka.
Karena tanpa mengenal belas kasihan, setiap boss ini bukan perkara mudah yang bisa dipandang sebelah mata. Serangan berpola berarti menuntut konsentrasi untuk tidak hanya beraksi, tetapi juga memprediksi apa yang kira-kira akan terjadi setelahnya. Perubahan varian untuk setiap boss yang bisa hadir dalam 2-4 format berbeda berarti keharusan untuk tidak sekedar mengenali, tetapi juga memahami apa yang harus Anda lakukan, harus Anda hindari, dan harus Anda pikirkan setelahnya. Karena ingat, ini adalah game tanpa sistem checkpoint. Dengan nyawa terbatas berjumlah 3 (minimal) yang memungkinkan Anda hanya bisa menerima 3 kali damage / battle, tewas berarti akan menuntut Anda mengulang segala sesuatunya dari awal. Maka seperti sensasi yang ditawarkan oleh seri Souls, tidak ada lagi strategi yang lebih efektif selain mengaplikasikan strategi “Git Gud” yang esensial di sini.


Apalagi, ada level keacakan di sini. Tidak cukup hanya mengusung 2-4 varian / boss saja, setiap boss terkadang juga hadir dengan varian serangan berbeda-beda yang akan hadir dalam format acak. Anda tidak akan bisa memprediksi kira-kira jenis serangan apa yang akan menghampiri sesi pertempuran Anda kali ini, sesuatu yang mungkin tidak akan terjadi sebelum atau setelahnya. Sebagai contoh? Ada satu boss dengan tema Slot Machine yang bisa mengeluarkan serangan spesifik bergantung pada gambar sama yang muncul di layar yang ada. Tidak ada urutan jelas soal serangan-serangan ini, dan ada tiga varian berbeda yang masing-masing akan menuntut aksi menghindar dan menyerang yang berbeda pula. Runtut serangan Slot Machine ini bisa sama atau bahkan, berbeda jauh dengan sesi gameplay Anda selanjutnya jika Anda berakhir tewas. Dan ada banyak musuh seperti ini untuk membuat sesi gameplay Anda lebih menarik dan menantang.
Berita baiknya? Cuphead juga menyediakan banyak alternatif “solusi” yang bisa Anda gunakan. Lewat sebuah merchant berbentuk babi yang akan muncul di setiap chapter yang ada, Anda bisa membeli varian senjata atau buff permanan yang bisa Anda pasang. Mengandalkan resource Gold yang bisa Anda kumpulkan lewat seri gameplay Run & Gun yang terbatas, Anda bisa membeli senjata atau equipment yang kira-kira, bisa mendukung gaya bermain Anda. Ada senjata ala shotgun yang kuat namun berada dalam jarak pendek, ada senjata yang menuntut Anda untuk melakukan charge untuk damage lebih besar, hingga buff yang akan mempertebal jumlah HP Anda hingga membuat Anda otomatis melakukan parry serangan di awal.


Parry? Benar sekali, game ini juga mengusung sistem parry. Sayangnya, dari semua mekanik yang ia tawarkan, ini mungkin menjadi salah satu mekanik yang menurut kami paling “lemah”. Dengan menekan tombol lompat di timing yang tepat, terutama untuk semua hal yang berwarna merah muda (pink) baik serangan proyektil musuh ataupun musuh itu sendiri, Anda bisa mengaktifkan parry. Ia akan menetralisir damage yang ada, memberikan ekstra lompatan, dan mengisi bar Power Anda untuk serangan spesial. Walaupun terdengar menggoda, namun di tengah kondisi kacaunya layar dengan begitu banyak serangan dan hal yang harus diperhatikan, aksi Parry biasanya justru akan berakhir dengan resiko tak sepadan daripada reward yang sesuai. Tentu saja, ini berbeda kondisinya jika Parry memang satu-satunya solusi yang dibutuhkan untuk melawan balik atau menyelesaikan stage yang ada.

Karena pada akhirnya, konsistensi untuk terus mengeluarkan damage memang lebih penting daripada sekedar mengumpulkan bar Power dalam bentuk kartu untuk serangan spesial ber-damage besar. Walaupun jika Anda berakhir mengumpulkan 5 buah kartu (Max), Anda akan bisa mengakses serangan lebih istimewa bernama Super Art yang akan mampu menghasilkan damage yang bahkan lebih besar. Namun tidak harus melakukan Parry, bar ini juga akan terisi seiring dengan semakin banyaknya damage yang Anda lontarkan ke setiap musuh yang ada. Menurut kami pribadi, idealnya, sistem Parry ini seharusnya punya reward yang jauh lebih sepadan. Kami tidak akan berkeberatan menjajalnya jika ia misalnya, bisa memulihkan HP bar kami jika berhasil dieksekusi. Untuk saat ini, Parry jadi mekanik yang tak terasa “pantas” untuk dikejar, kecuali jika memang esensial untuk progress atau strategi pertempuran Anda.