Review Shadow of the Colossus Remake: Sebuah Kesempurnaan!
Remake yang Luar Biasa
Setiap kali Anda mendengar sebuah game dengan nama Remaster atau Remake di belakangnya, membangun sedikit rasa skeptis adalah sebuah sikap yang rasional. Mengapa? Karena tidak sedikit proyek seperti ini berakhir tidak lebih dari usaha mudah sang developer atau publisher mendulang uang cepat, dengan usaha setengah hati untuk menarik gamer-gamer yang mungkin belum mencicipi produk andalan mereka di masa lalu. Beberapa game tersebut bahkan, terlihat terlalu “usang’ untuk platform generasi saat ini. Namun untungnya, perlakuan tidak adil dan memalukan tersebut tidak terjadi pada Shadow of the Colossus – yang digadang sebagai salah satu game terbaik yang pernah ada. Bluepoint Games melakukan tugasnya dengan baik.
Yang Anda temukan adalah sebuah game dengan perombakan total dari sisi visual, hingga pada batas, ia terlihat dan terasa seperti sebuah game “baru” yang memang dikembangkan eksklusif untuk memanfaatkan performa Playstation 4 itu sendiri. Lupakan semua visual yang Anda ingat soal Shadow of the Colossus versi Playstation 2 ataupun Remaster dari versi Playstation 3, karena versi yang satu ini, benar-benar terlihat berbeda. Perubahan detail tekstur, aset, hingga ragam efek tata cahaya yang ada akan membuat Anda termanjakan. Seperti menemukan kembali Shadow of the Colossus dalam format dimana seharusnya ia dinikmati dan dilihat, jika saja platform generasi lampau tidak terbatasi dari sisi performa. Menariknya? Di sisi yang sama, Bluepoint tetap berhasil mempertahankan ragam elemen klasiknya dari sisi gameplay.
Mengingat ini adalah sebuah game remake yang lebih difokuskan pada sisi visual, maka tidak ada banyak perubahan konten di dalamnya. Selain penambahan fitur seperti Photo Mode yang kini didukung untuk membantu Anda menangkap gambar yang lebih ciamik, ada konten ekstra seperti sebuah benda misterius berbentuk koin yang bisa Anda dapatkan di beragam sudut dunia untuk sebuah alasan dan fungsi yang masih belum diketahui hingga saat ini. Sisanya? Anda akan mendapatkan pengalaman serupa di dalam dunia yang lebih indah. Ada sedikit modifikasi untuk membuat gameplay menjadi lebih nyaman, seperti perubahan skema kontrol dibandingkan versi masa lampau misalnya. Namun sensasi permainan klasiknya berhasil dijaga lewat kebebasan sistem kamera dan gameplay dasarnya itu sendiri. Ini masih Shadow of the Colossus yang Anda kenal dari era Playstation 2, jika Anda sempat mencicipinya.
Maka, yang Anda temui adalah sebuah dunia yang tidak hanya sekedar indah, tetapi juga lebih kaya dari sisi atmosfer. Penambahan banyak detail kecil, dari jumlah vegetasi yang mengisi hutan atau beragam bebatuan yang ada, cahaya lembut yang masuk lewat daun-daun kecil, bulu-bulu yang membungkus kulit para Colossus, atau sekedar debu dan getaran layar yang muncul setiap kali sebuah Colossi berusaha menyerang Anda kuat membuat dunia Shadow of the Colossus semakin memesona. Apalagi, ia tetap mempertahankan kualitas soundtrack yang siap mengiringi aksi mustahil Anda hingga beragam momen emosional yang siap untuk membuat hati Anda terenyuh. Tidak ada alasan untuk jatuh cinta bagi Anda yang baru mencicipi game ini, atau jatuh cinta kembali untuk Anda yang sempat menikmati masa keemasannya di era Playstation 2.
Dari sisi presentasi, Shadow of the Colossus versi PS4 ini tidak hanya sekedar memenuhi, tetapi juga melampaui apa yang Anda harapkan darinya. Kerennya lagi? Anda yang menikmatinya di Playstation 4 PRO juga akan disediakan dua opsi untuk menikmatinya. Ada “Cinematic Mode” untuk Anda yang lebih peduli soal kepadatan grafis dan tidak terlalu peduli soal 30fps, dan “Performance Mode” yang memungkinkan Anda untuk menikmati pertempuran melawan para monster raksasa ini di 60fps.
Epic!
Salah satu yang membuat Shadow of the Colossus berbeda dengan game-game action pada umumnya adalah pendekatan gameplay dan genre yang ia usung. Memang, ia tetap dihitung sebagai game action yang meminta Anda untuk membunuh beberapa hal sebelum bisa mendorong progress cerita ke tahap selanjutnya. Namun di sisi lain, ia bukanlah game action yang klise seperti yang Anda kenal. Bahwa seperti nama yang ia usung, tugas Anda hanya satu, atau mungkin enam belas – menghabisi setiap Colossus yang ada. Tidak dalam skema open-world, namun dalam satu garis cerita yang linear.
Shadow of the Colossus memang menawarkan dunia yang besar dan luas untuk Anda yang tertarik untuk menjelajahinya, namun tidak lantas, membuat game ini bisa dihitung sebagai game “open-world” berdasarkan definisi genre ini saat ini. Ini bukan sebuah game yang punya segudang misi sampingan, segudang aktivitas untuk Anda nikmati, segudang area rahasia yang akan membuka ekstra cerita misalnya jika berhasil Anda temukan, dan sejenisnya. Dunia luas “Tanah Terlarang” yang jadi arena bermain Anda tidak lebih dari sekedar sebuah media cerita dan penggambaran soal dunia Shadow of the Colossus ini. Ia digunakan untuk membantu Anda menangkap skala dari betapa tidak signifikannya Wander sebagai karakter utama dari sisi ukuran, sekaligus membangun rasionalitas yang solid bahwa sudah sepantasnya, monster-monster raksasa ini tinggal di sebuah dunia super luas pula. Tidak lebih dari itu.
Maka seperti yang kami bicarakan sebelumnya, tantangan game ini terletak pada dua kunci esensial dalam gameplay. Pertama, mencari Colossus itu sendiri. Tidak seperti game modern saat ini yang akan langsung memberikan Anda waypoint otomatis setiap kali misi utama dipilih yang berjalan layaknya sebuah GPS, Shadow of the Colossus di masa lampau dan juga di versi Remake ini, tidak menawarkan hal itu. Dua clue Anda untuk lokasi setiap Colossus hanyalah dua: pernyataan dari Dormin di setiap awal misi yang memang tidak menyebutnya secara eksplisit dan kemampuan Ancient Sword yang digunakan oleh Wander untuk mengumpulkan cahaya dan mengarahkan Anda ke garis lurus arah yang seharusnya. Ingat, hanya garis lurus, bukan jalan yang jelas kemana Anda harus bergerak. Dengan lingkungan yang penuh pegunungan, hutan dengan jalan bercabang, jurang, dan juga tebing tinggi, mencari dimana tepatnya posisi setiap Colossus dengan menggunakan cahaya dari pedang Anda adalah tantangan tersendiri. Tersesat adalah bagian dari pengalaman Shadow of the Colossus yang seharusnya.
Esensi gameplay yang kedua tentu saja berhubungan dengan 16 Colossus yang harus Anda musnahkan. Tidak ada musuh lebih kecil yang harus Anda bunuh, hanya 16 buah monster raksasa yang sepertinya melihat Anda tidak lebih dari seekor semut pengganggu. Inilah inti gameplay Shadow of the Colossus itu sendiri. Bergerak dalam satu garis cerita linear, dimana Anda hanya bisa bertemu dengan melawan Colossus selanjutnya setelah membunuh yang sebelumnya, setiap Colossi (panggilan tunggal untuk Colossus) punya karakteristik, bentuk, dan jenis serangan yang berbeda-beda. Menjadi tugas utama Anda untuk “mengenal mereka”.
Karena pada dasarnya, sistem yang diusung cukup sederhana. Anda “hanya” perlu mencari titik kelemahan setiap Colossus, memanjat tubuh mereka jika memang titik kelemahan tersebut terletak di posisi yang tinggi, dan kemudian menghujamkan pedang Anda hingga bar HP mereka habis. Selesai? Ulangi proses yang sama, hingga 16 Colossus lenyap dan Anda berakhir memenuhi permintaan Dormin. Masalahnya? Tiap Colossus adalah makhluk yang berbeda. Bahkan, tidak semuanya terasosiasi dengan ukuran masif yang bisa disandingkan dengan Godzilla sekalipun. Beberapa tampil kecil, namun lebih cepat, lebih agresif, dan bahkan, berakhir lebih sulit untuk ditaklukkan. Beberapa menunggu Anda di ruang terbuka, yang lain muncul di ruang tertutup yang menuntut Anda untuk lebih berstrategi. Namun terlepas dari semua perbedaan yang ada, semuanya berbagi satu benang merah yang sama – mereka bukan tipe monster yang bisa Anda bunuh tanpa berpikir.
Setiap Colossi yang Anda temukan adalah sebuah puzzle. Selain dua monster raksasa pertama yang mudah dan bisa diposisikan sebagai tak lebih dari tutorial, sisa monster yang ada akan menuntut Anda untuk berpikir secara rasional dan bereksperimen untuk mencari cara menundukkan mereka. Setiapnya bergerak seperti puzzle dengan solusi implisit yang akan menuntut Anda untuk melewati proses trial dan error, berulang-ulang, hingga Anda menemukan solusi yang seharusnya. Sebagian besar permasalahan yang Anda temui biasanya berakhir dua: Colossi berada dalam posisi yang mustahil untuk dipanjat atau Colossi punya letak titik lemah yang tersembunyi, hingga Anda harus memicu hal tertentu agar titik lemah untuk Anda tusuk tersebut, terbuka. Seperti misalnya, seekor burung raksasa yang terbang begitu anggun di angkasa. Bagaimana cara membunuhnya? Anda tidak bisa memanjat lebih tinggi daripada burung tersebut. Anda tidak punya grappling hook. Agro, sang kuda andalan Anda juga bukan Pegasus yang bisa terbang dengan begitu mudahnya untuk mengejarnya. Di titik inilah, otak Anda harus berputar dan tangan Anda mulai bereksperimen mencari solusi. Karena? Burung raksasa ini tidak akan bisa Anda bunuh, sampai Anda paham bagaimana caranya membunuhnya.
Maka di sinilah terletak keunikan Shadow of the Colossus itu sendiri. Mencari posisi dimana mereka berada, dan mencari cara bagaimana membunuh setiap dari mereka. Sebuah konsep lugas yang kemudian dibalut dengan skema pertempuran yang epik. Kita bicara soal cerita kepahlawanan seorang manusia tanpa kekuatan spesial yang berambisi membunuh monster-monster yang ukurannya bisa ratusan kali lipat dari tubuh mungilnya. Bergerak lebih cepat, bermanuver di angkasa dan kedalaman danau, menyelami pasir dan menginjak-nginjak reruntuhan layaknya mainan. Debu berterbangan, suara-suara gema teriakan para monster yang unik berkumandang, dan Anda di sana berdiri dengan pedang dan panah, menatapi dan meratapi kekuatan yang seolah ingin berbicara balik dan menantang Anda untuk menaklukkan setiap dari mereka. Ini adalah sebuah perjalanan yang siap untuk membuat bulu kuduk Anda merinding.