Review Naruto to Boruto – Shinobi Striker: Eksperimen Beresiko Tinggi!
Multiplayer Kompetitif Sebagai Intisari

Maka seperti yang kami bicarakan sebelumnya, intisari dari Shinobi Striker memang terletak pada daya tarik mode multiplayer yang ada. Cara sederhana untuk menjelaskannya adalah membayangkan mode online di seri Naruto Ultimate terdahulu yang meminta Anda untuk bertarung satu sama lain, yang berujung didorong menjadi fitur andalan dan daya tarik utama. Ini adalah game yang meminta Anda untuk saling bertarung satu sama lain untuk format kompetitif yang ada.
Dalam format 4 player dalam 1 tim, pertarungan tersebut akan dibagi ke dalam dua mode permainan utama. Mode pertama berlaku layaknya team deathmatch, dimana kedua tim akan diberikan skor spesifik yang akan berkurang setiap kali anggota tim tewas. Misi utamanya adalah menghabisi skor milik musuh secepat yang Anda bisa. Sementara misi kedua akan meminta Anda untuk menangkap point-point area tertentu dan mempertahankannya, yang tentu saja akan membuat Anda lebih dekat dengan kemenangan.


Satu yang menarik adalah struktur gameplay yang kini didesain untuk membuat setiap karakter, termasuk Anda, harus memilih role mereka dalam pertempuran. Role yang seperti game FPS ala Battlefield atau game multiplayer berbasis peran lain misalnya, akan menentukan skill dan peran seperti apa yang akan Anda usung dalam pertarungan. Ada Attack yang bisa melemparkan damage besar dengan cepat, Range untuk karakter yang lebih berfokus pada serangan proyektil, Defense yang mampu menerima damage lebih banyak, dan Healer yang tentu saja seperti namanya, mampu memulihkan teman-teman Anda dengan HP penuh.


Sistem kelas seperti ini memang membuat Shinobi Striker jauh berbeda dan harus diakui, menarik. Fakta bahwa Anda bisa memilih dan mengganti kelas kapanpun saat bertarung membangun pondasi sebuah game multiplayer kompetitif yang memang punya elemen strategi di dalamnya. Anda bisa beradaptasi dengan situasi pertarungan yang ada, memilih kelas mana yang menurut Anda akan lebih efektif untuk mendorong kemenangan, dan kemudian berusaha tampil seefektif mungkin. Shinobi Striker juga menyertakan sistem super sederhana dengan menyematkan satu fungsi spesifik hanya pada tombol untuk Anda akses, dari menyerang, menghindar menggunakan jutsu pengalihan, melakukan block, melemparkan kunai ala grappling hook untuk bergerak cepat atau menempel dan berjalan di dinding, mengakses 2 justru sesuai peran, dan akhirnya serangan pemungkas yang juga sesuai peran. Apapun kelas yang Anda gunakan, Anda akan langsung menguasainya sejak menit pertama.
Namun sayangnya, sepertinya sudah jadi masalah klasik Bandai Namco bahwa game mereka yang punya konsep bagus, tidak selamanya bisa dieksekusi dengan sempurna. Menyediakan banyak hal keren seperti pergerakan cepat di dinding hingga sistem peran dan kelas, sistem pertarungan justru lebih banyak dihiasi dengan situasi chaotic. Di tengah pertarungan 4 vs 4, sulit untuk memahami siapa target otomatis Anda, apakah Anda dikunci oleh tim musuh, bagaimana pergerakan tim secara keseluruhan, dan apa yang harus Anda lakukan selanjutnya. Hasilnya? Adalah lebih banyak pertarungan kacau. Dengan sistem kamera yang juga tidak terlalu reaktif pada pergerakan Anda atau musuh, sangat mudah untuk kehilangan arah di sini. Apalagi, Anda juga tidak punya indikator jelas misalnya apakah ketika musuh mengeluarkan Jutsu misalnya, memang diarahkan kepada Anda atau tidak.


Dengan konsep dan kekurangan yang signifikan seperti ini, apalagi dengan masalah teknis yang kembali terjadi, Shinobi Striker seolah jatuh ke “jurang” game-game BanCo sepanjang tahun yang sepertinya diracik untuk para fans semata dan tidak diseriusi sebagai game fighting dengan mekanik ketat dan aura kompetitif yang seharusnya. Ini adalah sebuah game eksperimen yang didesain untuk berusaha membawa Naruto ke level selanjutnya dan melihat apakah konsep seperti ini bisa diimplementasikan. Namun sayangnya, harus diakui, tidak sebaik yang dibayangkan. Terlalu banyak hal yang terjadi dalam satu layar, terlalu banyak informasi yang tidak bisa diakses dengan sekelibat mata Anda, sehingga proses untuk belajar untuk timing menyerang, bertahan, atau sekedar mengantisipasi gerakan musuh menjadi tidak relevan.
Namun harus diakui, di antar dua mode kompetitif tersebut, mode menangkap area sepertinya lebih kami favoritkan dan terasa lebih cocok untuk sebuah game bertema tim di dalamnya. Sebagai orang yang senang bermain sebagai support / healer, dengan fokus untuk menangkap area, Anda bisa bermain lebih cerdas karena fokus perhatian tim biasanya lebih mengarah ke point penangkapan dan menghabisi Anda. Sayangnya, mode ini juga membuka fakta bahwa beberapa kelas memang masih bisa disimpulkan belum seimbang. Kelas tanker misalnya bisa membuat sebuah pusaran pasir berputar yang walaupun tidak membuat damage, namun tidak memungkinkan tim musuh untuk area tertentu. Efek skill ini begitu lama dan hampir selalu jadi “kunci kemenangan” untuk mode tangkap area seperti ini. Bandai Namco punya pekerjaan cukup berat untuk menyeimbangkan ini semua, apalagi mengingat kelas seperti Tanker yang sama misalnya, bisa melemparkan damage yang terhitung besar sembari bertahan dengan HP yang tebal.
Lantas, apa reward yang bisa Anda petik dari setiap kemenangan? Lootbox. Lewat sebuah item bernama Scrolls yang hadir dalam beragam kualitas tingkat kelangkaan, Anda bisa mendapatkan item-item kosmetik darinya. Walaupun tidak memberikan kontribusi apapun pada permainan, namun ia akan memungkinkan Anda meracik karakter semesta Naruto yang Anda inginkan dengan bebas. Pertarungan kompetitif ini juga akan memberikan EXP Points untuk sebuah sistem “Mentor” yang cukup unik. Untuk bisa membuka skill dan serangan baru, Anda diharuskan terlebih dahulu memilih Mentor Anda di salah satu menu dan kemudian memanen EXP untuknya. Setiap kenaikan level hubungan Anda dengan sang mentor akan menghadiahi Anda jutsu yang memang identik dengan karakter tersebut. Sebagai contoh? Memilih Sasuke sebagai mentor akan memungkinkan Anda mengaplikasikan Chidori nantinya.


Namun sayangnya, sistem seperti ini juga berujung membuat elemen progress Shinobi Striker menjadi aneh. Tidak ada penghargaan ataupun reward yang pantas misalnya bagi kami, jika kami secara konsisten memilih dan menggunakan job Healer yang kami favoritkan. Tidak ada skill ekstra yang membuat posisi Andai sebagai healer lebih kuat, equipment terpisah yang memperkuat kesan tersebut, atau apapun yang membuat peran sebagai Healer menjadi lebih efektif. Sangat disayangkan.
Mode Co-Op yang Lebih Menyenangkan

Setelah menjajal mode kompetitif yang ia tawarkan, kami ternyata justru jatuh cinta pada mode co-op yang ditawarkan oleh Shinobi Striker di sini. Seperti yang sempat kami bicarakan sebelumnya, tidak ada lagi sisi cerita untuk seri kali ini, tetapi misi-misi kecil yang dibagi untuk menawarkan kepada Anda momen-momen “bersejarah” Naruto, sejak ia kecil hingga pertarungannya yang terakhir. Anda memang bisa memainkannya sendiri secara offline, namun esensi keseruannya terletak pada mode kooperatif itu sendiri. Dimana Anda dan tiga orang gamer yang lain, baik teman Anda ataupun dipasangkan secara acak, untuk berusaha menyelesaikan yang sama. Semakin tinggi grade misi tersebut, semakin seru, sulit, dan mendebarkan pula desainnya.
Misi ini bisa berujung menjadi banyak objektif, namun sebagian besar dari mereka menuntut Anda untuk melindungi sesuatu atau mengalahkan seseorang. Sebelum objektif utama tersebut muncul, biasanya akan ada banyak misi-misi kecil yang harus Anda rampungkan atau tundukkan terlebih dahulu sebelum bisa mencapainya.
Lantas, mengapa ia seru? Ada dua alasan yang membuat kami jatuh cinta padanya. Pertama? Karena ia terasa seperti mode Raid untuk sebuah game MMORPG. Baik hadir sebagai monster raksasa yang punya serangan AOE besar dan darah yang tebal (seperti Kurama,misalnya) ataupun musuh yang menyerang dalam kuantitas besar dan tetap sama sulitnya untuk ditundukkan karena darah yang tebal, ada ketegangan yang cukup kuat di sana. AI dibangun cukup responsif untuk melindungi diri mereka sendiri dari serangan Anda, mereka punya damage cukup besar untuk menghabisi Anda dengan cepat, di tengah hitungan waktu misi yang terus berkurang cepat. Situasinya jauh lebih menegangkan dibandingkan mode kompetitif.


Kedua? Mengingat konsepnya yang mirip mode Raid seperti yang kami sebut sebelumnya, sistem peran dan kelas terasa jauh lebih bersinar. Dengan tim yang benar-benar berfokus untuk menyelesaikan misi yang ada dengan objektif yang jelas, Anda akan menemukan bahwa tim Anda akan bahu-membahu berusaha menundukkan tantangan yang muncul tanpa perlu menggunakan komunikasi suara dan teks sekalipun. Semuanya mengerti peran mereka masing-masing dan berupaya untuk memastikan tim tetap hidup. Kerjasama tim solid yang sepertinya mewakili yang sebenarnya ingin dicapai Bandai Namco dengannya. Dibandingkan dengan misi kompetitif yang biasanya lebih banyak berakhir dengan terpencarnya tim tanpa alasan yang jelas.
Reward misi kooperatif ini juga menarik untuk dikejar, walaupun loot terbaik tetap ada di mode kompetitif. Satu desain yang menurut kami pantas untuk diacungi jempol, adalah kemudahan untuk membuat room atau ikut room player yang lain. Proses matchmaking ini juga tidak dibatasi oleh fakta apakah misi kooperatif tersebut sudah Anda buka di karakter Anda sendiri atau belum. Anda selalu bisa melompat masuk ke dalam misi kooperatif orang lain, menikmatinya dengan penuh terlepas dari tinggi atau rendahnya level Anda. Hal terbaik yang kami rasakan dari Shinobi Striker ini.