Review Call of Duty – Black Ops 4: Ternyata Tepat Sasaran!
Menyebutnya gila memang tidak berlebihan. Dari sebuah game yang berhasil mencuri perhatian dunia karena kemampuannya menyajikan cerita dengan karakter memorable dan begitu banyak momen dramatis di dalam mode campaign, menjadi sebuah game yang kini hanya “sekedar” menjual mode multiplayer saja. Tetapi di sisi lain, hal inilah yang sepertinya diinginkan gamer. Diklaim berbasiskan data yang mereka kumpulkan, langkah ekstrim inilah yang dilakukan Treyarch dan Activision dengan Call of Duty: Black Ops 4 yang dilepas ke pasaran beberapa minggu yang lalu. Dan sejauh kami mencicipinya, secara mengejutkan, langkah ekstrim yang satu ini ternyata berujung terbayar manis.
Anda yang sempat membaca preview kami sepertinya sudah punya sedikit gambaran apa yang ditawarkan oleh Call of Duty: Black Ops 4. Dalam waktu singkat, kami sebenarnya sudah menjajal tiga mode terpisah yang ia jadikan sebagai andalan: mode multiplayer konvensional yang kini juga didukung dengan beberapa format permainan baru, mode battle-royale “Blackout” yang memesona, dan akhirnya mode zombie yang dijadikan sebagai alternatif untuk Anda yang lebih menginginkan sensasi yang lebih kooperatif. Kami pada akhirnya harus mengakui, bahwa pengalaman multiplayer yang ditawarkan ternyata berakhir dengan kesan yang kuat. Hasilnya? Dibandingkan dengan seri-seri Calll of Duty yang lain, kami memang menghabiskan waktu paling banyak dengan Black Ops 4.
Lantas, apa yang sebenarnya ia tawarkan? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah game yang tepat sasaran? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Tanpa Mode Campaign
Maka seperti yang kami bicarakan sebelumnya, Call of Duty: Black Ops 4 memang tidak mengusung mode campaign single-player sama sekali. Ini berarti tidak ada lagi mode cerita dimana Anda berperan sebagai satu atau beberapa karakter deengan kemampuan militer luar biasa. Ini berarti tidak ada pula kelanjutan kisah dari atmosfer sci-fi yang sudah super kental di Black Ops 3. Namun bukan berarti, ia tidak memuat basis cerita di dalamnya.
Treyarch melakukan hal yang serupa dengan apa yang dilakukan oleh Ubisoft dengan Rainbow Six: Siege. Ada basis cut-scene yang menjelaskan apa yang terjadi dan motivasi yang mendorong konflik yang muncul di Black Ops 4. Namun tidak diceritakan dalam sesuatu yang sifatnya interaktif, melainkan potongan film terpisah yang pasif. Masih berhubungan dengan keluarga “Mason” yang kini berujung merekrut 10 pasukan elite terbaik di dunia untuk melawan sebuah ancaman yang misterius. Mengingat Black Ops 4 mengambil setting di tahun 2043, sementara Black Ops 3 di tahun 2065, seri ini sebenarnya merupakan sebuah seri prekuel.
Kisah-kisah ini dilemparkan via sebuah mode yang disebut sebagai “Specialist HQ”, yang seperti Rainbow Six: Siege, sebenarnya didesain sebagai sebuah mode tutorial untuk menjelaskan peran, fungsi, dan bagaimana cara skill setiap Specialist ini bekerja. Lewatnya Anda juga akan disuguhkan potongan video yang menjelaskan siapa sebenarnya Specialist ini masing-masing dan latar belakang cerita yang mereka usung. Seperti kebiasaan Call of Duty di masa lalu, beberapa di antara mereka akan berujung tetap sedramatis yang Anda bayangkan, kualitas yang Anda rindukan. Walaupun sayangnya, segala sesuatunya kini tidak lagi interaktif.
Pendekatan seperti ini mungkin mengecewakan, dan hal itu pula yang kami rasakan. Sulit rasanya untuk membuang kesan kuat bahwa dasar cerita yang diusung oleh Black Ops 4 ini sebenarnya punya potensi untuk muncul sebagai mode campaign yang kuat. Namun sayangnya, untuk sekedar mempresentasikannya kepada gamer yang masih peduli, mereka juga memutuskan untuk menyematkannya dalam mode sejenis tutorial yang sudah pasti tidak dilirik ataupun dinikmati oleh gamer-gamer “veteran” FPS yang tidak perlu lagi belajar soal bagaimana cara menembak atau memanfaatkan ragam skill Specialist dalam situasi pertempuran tertentu. Treyarch di mata kami, seharusnya membubuhkan latar belakang cerita dan cut-scene keren tersebut di beberapa mode multiplayer yang mereka suntikkan. Ia bisa diracik untuk menggantikan mode loading dan sejenisnya untuk membantu membangun apresiasi soal dunia yang hendak mereka bangun.