Review Dead or Alive 6: Padat dan Puas!
Grinding dan Kostum

Dead or Alive 6 secara mengejutkan adalah sebuah game yang cukup grindy. Berbeda dengan game-game sebelumnya yang memuat item kosmetik yang bisa sekedar dibeli setelah Anda mendapatkan mata uang in-game yang cukup, Koei Tecmo dan Team Ninja menyuntikkan mekanik yang berbeda di seri keenam ini. Sesuatu yang membuat gamer yang memang tertarik untuk membuka satu varian kostum karena desain sensualnya misalnya, kini harus melewati proses grinding yang didesain sedemikian rupa, hingga juga mengusung sistem RNG di dalamnya. Untuk kami, setidaknya ia berhasil untuk membuat kami terus terlibat dalam mode Quest Mode dan Online Ranked Match yang ia suntikkan.
Dead or Alive 6 memperkenalkan sistem yang disebut sebagai “Costume Pattern”. Jadi sebelum Anda bisa membeli dan menggunakan sebuah kostum karakter yang Anda inginkan, Anda harus membukanya terlebih dahulu. Setiap kostum akan membutuhkan Costume Pattern dalam jumlah tertentu agar bisa dibuka, yang biasanya selaras dengan kualitas atau sensualitas kostum. Bekerja layaknya “EXP Points untuk Pakaian”, Costume Pattern bisa Anda dapatkan sebagai reward dari menyelesaikan Quest Mode, mode offline yang lain, atau secara aktif bertarung di pertempuran online. Anda baru bisa membeli baju yang Anda inginkan untuk karakter Anda begitu jumlah Costume Pattern yang dibutuhkan terpenuhi.
Lantas, apa masalahnya? Masalahnya terbesarnya adalah bahwa Costume Pattern yang Anda dapatkan ini akan secara otomatis diposisikan untuk karakter-karakter tertentu secara acak. Anda tidak bisa mengalokasikannya, tidak punya kuasa untuk menyimpannya, tidak punya kemampuan pula untuk mengatur berapa banyak jumlah yang hendak Anda alokasikan. Semuanya terjadi secara acak, tanpa bisa Anda kendalikan sama sekali.


Ini berarti ada kesempatan bahwa terlepas dari fakta bahwa Anda terus bermain sebagai Honoka dan berupaya mengejar kostum terseksi Honoka berakhir dengan semua Costume Pattern yang didistribusikan untuk kostum karakter lain yang sama sekali tidak Anda pedulikan. Parahnya lagi? Mengingat angka reward Costume Pattern juga tidak pasti, terkadang jumlah tinggi yang Anda dapatkan justru didistribusikan untuk kostum yang sebenarnya hanya menyisakan sedikit lagi pattern untuk dibuka. Contoh? Ketika kostum nomor 4 Honoka hanya menyisakan 37 Costume Pattern lagi untuk bisa dibeli dan ternyata, Costume Pattern berjumlah 250 yang notabene bisa dialokasikan ke kostum lain yang lebih efektif ternyata diarahkan ke sana. Membuat Anda membuang 213 Costume Pattern yang lenyap begitu saja. Hasilnya? Proses membuka kostum yang Anda favoritkan menjadi sesuatu yang tidak pasti, tidak bisa dikendalikan, dan berujung menjadi sesuatu yang grindy.
Namun berita baiknya, Koei Tecmo dan Team Ninja sepertinya membenahi sistem ini di pagi hari sebelum review ini ditulis. Untuk proses pengujian terakhir, secara menakjubkan, Costume Pattern yang jatuh kini hanya terikat pada karakter yang Anda gunakan secara online saja. Membuat kami akhirnya berhasil meracik tampilan Honoka yang kami impikan setelah proses grinding selama 15 jam yang tidak pernah membuahkan hasil. Lantas, mengapa kami membicarakannya seolah tidak pasti? Karena formatnya distribusinya yang juga melekat pada event khusus yang diselenggarakan Team Ninja itu sendiri. Kami tidak bisa memastikan apakah konsep Costume Pattern terkunci pada karakter yang digunakan ini memang sesuatu yang akan berlangsung permanen, ataukah hanya sekedar event sementara saja. Mengingat, event serupa juga membuat jumlah Costume Pattern yang bisa Anda dapatkan per pertarungan saat review ini ditulis juga melonjak naik dibandingkan hari-hari pada umumnya.


Tetapi tetap membuat kostum ini berujung melewati proses grinding yang memang, butuh komitmen tersendiri untuk dilalui. Mengapa? Karena kita baru sekedar berbicara soal Costume Pattern, belum soal Gold alias resource mata uang in-game yang dibutuhkan untuk membelinya. Beberapa kostum terbaik setiap karakter bisa berujung menuntut Gold hingga puluhan ribu untuk dibeli, hingga mengumpulkan segala sesuatunya bisa berujung “mahal”. Anda akan melewati banyak pertarungan, terutama online, untuk bisa mendapatkan kostum karakter yang Anda inginkan. Untungnya? Dengan sensasi pertarungan yang memuaskan, kami menikmati setiap detiknya.
Kesimpulan

Secara mengejutkan, Dead or Alive 6 berujung menjadi sebuah game yang ternyata tidak sekedar menjual sensualitas karakter wanita saja sebagai daya tarik utama. Bahwa lewat kombinasi mekaniknya yang familiar, fitur baru yang disuntikkan, desain level, dan pada akhirnya sensasi online yang mumpuni membuatnya berujung menjadi sebuah game fighting yang memuaskan. “Silat otak” menjadi elemen strategi yang lebih intensif daripada apa yang kami prediksi, sembari memastikan bahwa timing serangan dan bertahan yang dilakukan dilakukan tanpa banyak celah. Disempurnakan dengan sistem dual-audio dengan audio Jepang sebagai yang paling kami rekomendasikan dan rasa lega bahwa sensualitas kostum tetap dihadirkan di dalamnya, Dead or Alive 6 tidak hanya menjelma jadi game fighting yang berkualitas, tetapi juga kuat mempertahankan identitas franchisenya selama ini.
Namun bukan berarti, Dead or Alive 6 ini sempurna. Kita sudah berbicara soal sisi cerita yang terasa seperti sebuah film parodi dengan plot yang absurd. Bahwa motivasi tiap karakter untuk bertarung terasa begitu lemahnya hingga cukup untuk membuat Anda bertanya-tanya, apakah setiap dari mereka tidak bisa sekedar berdialog atau berdiskusi untuknya. Kami juga cukup kecewa dengan sistem kehancuran kostum yang sayangnya, tidak menonjolkan sensualitas ke arah yang lebih kuat, seperti yang mereka usung di Dead or Alive Xtreme 3. Sistem yang hanya sekedar menghancurkan aksesoris di kepala karakter dan satu lubang besar di pakaian ini terasa seperti sistem setengah hati yang seharusnya bisa didorong lebih jauh ala Dead or Alive selama ini. Beberapa desain level juga sayangnya, terlihat dibangun dengan tekstur resolusi rendah sehingga kontras dengan detail karakter yang memesona.
Lantas, apakah Dead or Alive 6 pantas untuk dilirik? Kami dengan penuh keyakinan, menjawab iya. Bahwa mudah memang melihatnya sebagai game fighting “kacangan” hanya karena masalah sensualitas semata. Namun jika Anda menikmati dan memainkannya lebih jauh, terutama di mode online, Anda akan mengerti bahwa Dead or Alive 6 menawarkan sesuatu yang lebih daripada apa yang Anda bayangkan.
Kelebihan

- Visualisasi model karakter wanita
- Honoka
- Sistem pertarungan yang terasa memuaskan
- Banyak momen “Silat otak” saat bertarung online
- Quest Mode
- Kostum sensual tetap dipertahankan
- Kostum karakter favorit jadi motivasi cukup mumpuni
- Voice acting Jepang yang tetap “moe”
- Photo Mode
- Padat konten untuk mode offline
Kekurangan

- Cerita menggelikan
- Membuka kostum terasa grindy
- Sistem kehancuran kostum terasa setengah hati
- Butuh proses balancing beberapa karakter
Cocok untuk gamer: yang mencintai karakter wanita dengan desain indah, butuh game fighting berkualitas
Tidak cocok untuk gamer: yang senang dengan game fighting 2 / 2.5D, harus bermain di ruang tamu atau keluarga