Review Dead or Alive 6: Padat dan Puas!
Dead or Alive, nama game fighting racikan Team Ninja dan Koei Tecmo ini memang punya posisi yang terhitung istimewa di industri game. Terlepas dari sensasi bertarungnya yang tidak pernah mengecewakan, ia juga terkenal sebagai judul yang secara eksplisit menjual sensualitas karakter yang ia usung. Kita berbicara soal game bertarung yang sempat dibangun di atas engine yang fokusnya adalah untuk menciptakan kulit halus dan visualisasi karakter wanita yang memanjakan mata. Namun semuanya hampir berubah di seri terbaru – Dead or Alive 6. Alih-alih mendorong daya tarik tersebut, sang developer sempat ingin mengubah identitas yang ada untuk menciptakan tidak hanya game yang lebih “sopan”, tetapi juga dipandang cukup serius untuk bisa masuk ke dalam kompetisi esports yang seharusnya.
Anda yang sempat membaca artikel preview kami sebelumnya sepertinya sudah punya gambaran yang lebih jelas soal apa yang hendak ditawarkan oleh Dead or Alive 6 ini. Maka bertolak belakang dengan apa yang sempat mereka dengungkan di awal, Dead or Alive 6 ternyata masih terasa seperti seri Dead or Alive yang selama ini kita kenal. Gameplay non-sensual yang sempat mereka gembar-gemborkan memang terasa berusaha didorong via kostum default tiap karakter wanita. Namun begitu banyak menyelaminya lebih dalam, Anda bisa melihat bahwa sensualitas tersebut tetap diusung, tidak hanya sebagai daya tarik saja, tetapi juga motivasi untuk proses grinding yang ternyata melekat kuat pada seri yang satu ini. Semuanya dibungkus dengan sensasi pertarungan tangan kosong yang fantastis.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Dead or Alive 6 ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah game yang hadir padat dan memuaskan? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot
Mengikuti nomor utama yang ia usung di belakang, Dead or Alive 6 diposisikan sebagai sebuah seri sekuel langsung dari Dead or Alive 5. Mengambil perspektif dari beragam karakter yang berbeda, kisah utamanya berpusat pada sosok Honoka yang kini akhirnya mengetahui siapa sosok dirinya yang sebenarnya.
Kemampuan Koei Tecmo dan Team Ninja meracik cerita memang tidak bisa dipuja-puji. Tidak jarang kami justru lebih banyak tertawa terbahak-bahak dengan cara mereka menyajikan cerita Dead or Alive 6 yang sepertinya layaknya sebuah pohon, dibagi dalam cabang-cabang skenario berbasis karakter, yang dimulai dari sebelum turnamen Dead or Alive itu dimulai. Apa alasannya? Karena motivasi bertarung setiap karakter tidak bisa dibilang kuat. Ada beberapa kondisi dimana satu-satunya alasan Anda bertarung satu sama lain hanya karena hal remeh temeh, dari sekedar kesalahpahaman, sekedar ingin uji coba kemampuan bertarung, hingga sekedar terganggu karena pundaknya ditepuk oleh karakter lawan. Sulit rasanya untuk tidak tertawa melihat bagaimana Anda harus bertarung untuk sebuah motivasi lemah yang bahkan sekedar dijabarkan dalam percakapan kurang dari 20 kalimat.
Jika harus disimpulkan, plot Dead or Alive 6 berpusat pada sosok Honoka yang kini berkeliling dunia untuk “menyerap” gaya bela diri karakter lain sembari mempersiapkan diri untuk turnamen Dead or Alive itu sendiri. Di sisi lain, sebuah rencana jahat yang kini berdiri di belakang sosok karakter baru – Nico dan antagonis lawas – Christie membuat Kasumi yang sempat hendak mundur dari konflik dunia ini, kembali muncul ke permukaan. Pelan tapi pasti, apa yang terjadi di belakang layar pun muncul ke permukaan. Anda akan mengerti siapa sebenarnya sosok Honoka dan mengapa ia menjadi penting untuk aksi yang tengah direncanakan Nico dan Christie. Kemampuan bela dirinya yang adaptif terhadap semua jenis serangan bukanlah sesuatu yang sekedar ajaib muncul begitu saja.
Lantas, bagaimana plot Dead or Alive 6 akan bergerak? Siapa pula sebenarnya sosok Honoka? Mampukah Kasumi menghalangi rencana jahat yang muncul kembali? Bagaimana pula turnamen Dead or Alive itu sendiri berjalan? Anda tentu saja harus memainkan game ini untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas.