Menjajal DREAMS (Early Access): Tanah Liat Kreativitas!
Butuh Dedikasi Tinggi

Dengan konsep yang lebih menyerupai sebuah “Game Development Kit” dengan ragam tools yang bisa mengakomodasi hampir semua kebutuhan yang ada, DREAMS sepertinya menuntut satu hal yang sudah pasti harus dimiliki oleh gamer yang ingin memanfaatkannya secara optimal – Dedikasi. Mengapa? Karena sepertinya sebuah proyek super kompleks pada umumnya, Anda tidak akan bisa membangun film pendek atau video game Anda hanya dalam waktu 24 jam, dengan karakter original, animasi, dan sebagainya di kualitas yang cukup untuk membuat Anda puas. Proyek ini membutuhkan waktu lama dan proses pengerjaan cukup lama untuk bisa terasa seperti video game seharusnya. Di luar fakta Anda juga harus memikirkan dan membangun konsep sebelum terjun mengeksekusinya.
Tidak perlu menyelam lebih dalam, dedikasi Anda sudah diuji sejak pertama kali Anda memainkan DREAMS dan hendak mempelajari setiap tools yang ada. Berita baiknya? DREAMS menyediakan beberapa kategori tutorial yang semuanya didesain dengan satu kepentingan utama – membuat Anda memahami dasar-dasar DREAMS dan apa saja yang dibutuhkan untuk membuat Anda setidaknya, bisa meracik sebuah proyek standar. Anda akan diajari dari hal dasar seperti bergerak, memahami cara Logic bekerja menggunakan sistem nodes yang ia usung, mempelajari bagaimana cara meracik musik menggunakan lusinan instrumen yang ia sediakan, hingga mengatur bagaimana sistem kamera dan sistem tata cahaya bergerak.


Setiap tutorial ini dibangun dengan sebegitu komprehensif dan mendalamnya, hingga kami yakin bahwa Anda yang datang untuk sekedar bersenang-senang, akan berangsur patah semangat seiring dengan jumlah tutorial yang Anda lahap. Karena harus diakui, kata “bersenang-senang” dari DREAMS memang berbeda dengan apa yang ditawarkan banyak game. Ketika game lain memosisikan Anda sebagai aktor aktif di sebuah cerita dan gameplay yang dibangun, DREAMS justru menjadikan proses meracik konsep tersebut menjadi kenyataan sebagai sumber kebahagiaan. Jika Anda tidak datang dengan mindset yang seharusnya, maka hampir mustahil Anda akan bisa membuat apapun dengan DREAMS.
Kerennya lagi? Kami menyukai bagaimana cara Media Molecule menangani mode tutorial ini. Membagi setiap kategori ke dalam langkah-langkah kecil dalam runtut yang mudah dimengerti, ia juga didukung dengan sebuah video kecil yang memperlihatkan hal kecil yang seharusnya Anda lakukan. Terkadang, beberapa seri pelajaran juga merujuk pada tutorial sebelumnya yang membuat Anda harus menggunakan pengetahuan yang sudah Anda dapatkan secara berkala. Sejauh dari tutorial yang kami jajal, Anda akan punya kemampuan untuk “menguasai” DREAMS seiring dengan waktu yang Anda dedikasikan untuk mempelajari setiap tutorial yang ada.


Di sisi yang lain, jika Anda termasuk gamer tidak kreatif seperti kami yang tidak punya banyak ide untuk membangun apa-apa, mode tutorial yang super kompleks dan panjang ini juga akan memberikan apresiasi ekstra bagi mereka yang berujung meracik sesuatu. Anda mengerti bahwa untuk membangun karakter, gameplay, hingga dunia mereka yang mungkin belum sempurna, ada energi kreativitas dan dedikasi yang super tinggi di dalamnya. Apalagi jika Anda menemukan bahwa beberapa di antara mereka mengusung kualitas yang memesona. Tidak terbayang seberapa kerja keras yang dihabiskan untuknya.
Bukan untuk Semua Gamer

Kesimpulan kami saat mencicipi DREAMS dengan tangan dan mata kami sendiri sayangnya, tidak banyak berubah dari apa yang kami rasakan di demo E3 2018 tahun yang lalu. Bahwa jelas bahwa terlepas betapa kerennya DREAMS sebagai sebuah mesin peracik video game yang memfasilitasi begitu banyak kemungkinan untuk proses pengembangan game atau film pendek, ia memang tidak pernah didesain untuk dinikmati semua jenis gamer.
DREAMS tidak “memaksa” Anda menjadi seorang kreator memang. Ia masih bisa dinikmati sebagai game single-player pada umumnya lewat mode terpisah dan konten-konten yang didesain oleh Media Molecule itu sendiri, menggunakan hanya engine DREAMS. Namun pada akhirnya, konsep ini tetap membuatnya terasa seperti sebuah game yang memuat begitu banyak game mini-puzzle atau party, alih-alih sebuah pengalaman single player yang kuat dari sisi cerita misalnya. Sulit untuk membantah bahwa pada akhirnya, cara terbaik menikmati DREAMS adalah memanfaatkan dimana ia seharusnya digunakan – meracik sebuah produk kreatif dengannya atau terpesona lewat kreativitas gamer yang lain walaupun tidak ada kepastian ia berakhir menjadi sebuah “game penuh” nantinya.
DREAMS adalah sebuah produk memesona yang di mata kami, bahkan tidak sulit dijadikan sebagai basis bagi para otak kreatif di seluruh dunia untuk membangun portofolio sebelum terjun langsung ke industri game dan bekerja di proyek yang lebih besar. Konsepnya yang menghapus kebutuhan untuk belajar proses seperti coding atau engine game yang lebih kompleks dan sekedar mempelajari logic lewat nodes yang sederhana membuat potensi DREAMS bisa menyentuh begitu banyak orang di seluruh dunia.


Tentu saja, ada satu hal lain yang perlu Anda pikirkan jika Anda memang tertarik untuk menjajal DREAMS di masa depan untuk “menghidupkan kembali” game-game lawas yang Anda cintai misalnya. Untuk masa Early Access saat ini, proses kurasi konten memang masih belum se-intens yang dibayangkan oleh Media Molecule. Namun ketika rilis final terjadi dan banyak orang mulai terlibat dalam usaha proyek “Remake” game-game klasik, copyright akan jadi salah satu mimpi buruk yang harus dilakukan Sony. Jika sang pemilik franchise mengajukan keberatan bahwa game mereka “diracik ulang” dengan DREAMS misalnya di masa depan, maka mau tidak mau, ia akan berakhir lenyap. Pertanyaannya kini akan mengarah pada proses kurasi seperti apa yang direncanakan Sony dan Media Molecule.
Maka dari semua hal yang kami bicarakan di atas, sepertinya jelas apa yang hendak dikejar oleh DREAMS dan ke pasar mana ia sebenarnya ditujukan. Bagi satu gamer, ia bisa terasa dan terlihat seperti calon Game of the Year yang kuat karena potensinya sebagai sebuah tools. Sementara bagi gamer yang lain, terutama yang tidak mengerti soal ekspektasi seperti apa yang harus dibangun, DREAMS akan jadi proyek super membosankan.