Apa yang identik dengan kata “Mortal Kombat”? Hampir semua gamer yang sempat menikmati sepak terjang seri ini tentu mengasosiasikannya dengan dua kata – kekerasan dan brutalitas yang eksplisit! Sebagai game yang di masa lalu memicu lahirnya badan rating independen sekelas ESRB, sungguh melegakan dan menggembirakan melihat franchise ini tetap bertahan di akar yang membesarkannya, terlepas dari perpindahan generasi yang sudah ia alami beberapa kali.

Di tangan Ed Boon yang sama dan Netherrealm Studios, platform generasi terkini juga memungkinkan Mortal Kombat melakukan beberapa hal yang fantastis, termasuk dari gaya bercerita sinematik ala film layar lebar misalnya. Namun untuk sang seri terbaru yang saat ini tidak tersedia di Indonesia – Mortal Kombat 11, permasalahannya lebih kompleks daripada sekedar bertarung satu sama lain dan menghabisi musuh Anda dengan gerakan Fatality yang masih siap untuk membuat mata Anda “termanjakan”. Ada kerja keras ekstra di sini.

Kesan Pertama

Masih menggunakan Unreal Engine 3 yang sudah dimodifikasi, secara visual, Mortal Kombat 11 memang terasa mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan seri sebelumnya. Banyak model karakter dan kepribadian yang mereka usung via cerita utama kini tampil jauh lebih baik dan menarik, seperti kasus wajah Cassie Cage yang di seri terbaru ini, terlihat lebih simpatik misalnya. Keputusan untuk menawarkan cerita berbasis time travel dengan menggabungkan beragam timeline juga memungkinkan Netherrealm Studios melakukan dua hal – membawa kembali karakter yang sempat tewas sebelumnya dan bereksperimen dengan sisi kosmetik yang jauh lebih beragam. Keputusan yang cerdik.

Dari sisi gameplay, ia juga tidak kalah memesona. Dipadukan dengan presentasi visual dan audio yang pantas untuk diacungi jempol, pertarungan dengan menggunakan ragam karakter ikonik yang kini bisa dimodifikasi set Skill-nya sesuai dengan gaya gameplay Anda via menu terpisah, tetaplah seru. Apalagi fitur baru seperti Fatal Blow – serangan super keren dengan damage masif yang bisa dipicu ketika darah Anda atau lawan jatuh di bawah 30% memang efektif sebagai pembalik keadaan. Bersama dengan mode Story yang tetap keren, Netherrealm Studios juga menyuntikkan fitur Krypt dan Towers of Time yang siap menyediakan konten yang bisa dibilang, “tidak terbatas”. Motivasi mengakar pada usaha untuk mendapatkan kostum favorit karakter, sekaligus mendapatkan augmentation dan beragam Gear yang memang mempengaruhi performa dan status karakter.

Lantas, darimana impresi “kerja keras” yang kami ambil sebagai judul? Karena terlepas dari klaim Netherrealm Studios bahwa mereka sudah melakukan tweak in-game currency, reward, dan sejenisnya, Mortal Kombat 11 tetaplah sebuah game yang grindy. Bahwa Anda harus menghabiskan waktu setidaknya 1 jam di Towers of Time untuk mata uang yang tidak seberapa untuk membuka kostum-kostum acak di Krypt. Lebih buruknya lagi? Beberapa pertarungan di Towers of Time ini tidak sekedar “sulit” saja, tetapi berada dalam batas yang tidak adil dan tidak masuk akal, menguatkan kesan bahwa Netherrealm Studios tidak menguji atau memikirkannya dengan matang. Sebagai contoh? Kami sempat bertemu dengan Modifier “Burn Damage” dimana musuh bisa melukai Anda dengan hanya berdiri di dekat Anda, cepat dengan damage yang besar. Membuat pertarungan yang seharusnya “menantang” seringkali berujung berat sebelah.

Sembari menunggu waktu yang lebih proporsional untuk melakukan review, mengingat kami juga belum menjajal beberapa fitur seperti AI fight untuk membantu proses grinding misalnya, izinkan kami melemparkan segudang screenshot fresh from oven di bawah ini untuk membantu Anda mendapatkan sedikit gambaran apa yang ditawarkan Mortal Kombat 11, yang saat artikel preview ini ditulis, memang masih belum tersedia secara resmi di Indonesia. TEST YOUR MIGHT!

RAW Screenshot

(4K dengan Playstation 4 PRO)