Review Code Vein: Souls Tanpa Stress!
Dunia yang Familiar?
Hal menarik lain yang ditawarkan Code Vein adalah multiple endings, yang tentu saja juga berarti replayability lebih tinggi. Bahwa Anda untuk bisa melihat semua ending yang tersedia – yang terbagi ke dalam tiga ending: buruk, netral, dan baik, Anda memang harus memainkan dan menyelesaikan Code Vein setidaknya tiga kali. Untuk Anda yang berambisi untuk mengejar trophy atau sekedar penasaran dengan konten yang tersedia untuknya, ini menjadi sesuatu yang harus dilakukan.
Karena tidak seperti beberapa game dengan multiple endings yang biasanya menyediakan satu titik checkpoint dimana Anda selalu bisa membangun manual save darinya dan kemudian meneruskan cerita dari titik tersebut untuk menjajal ragam ending opsi yang tersedia, Code Vein tidak memungkinkan hal tersebut terjadi. Ending seperti apa yang Anda dapatkan akan sangat bergantung pada satu aksi spesifik yang harus Anda tempuh di 4 skenario yang berbeda, yang notabene, memang terikat pada progress cerita linear yang Anda dapatkan. Tidak ada “jalan belakang” untuk sistem ini, yang tentu membuat Anda harus setidaknya terjun hingga NG++ setidaknya.
Code Vein juga tidak pernah secara eksplisit menjelaskan ketiga ending berbeda ini, hingga satu-satunya cara untuk mengetahuinya memang dari informasi dunia maya atau ketika melihat daftar trophy yang tersedia. Ending-ending ini, terutama untuk Best Ending, sangat mudah dilewatkan jika Anda tidak saksama mencari item yang dibutuhkan untuk memicu setiap indikator yang dibutuhkan untuknya. Namun berita baiknya? Setidaknya ada beberapa progress dari playthrough pertama yang akan dibawa ke NG+ dan selanjutnya, yang tentu saja akan membuat perjalanan Anda menjadi jauh lebih mudah.
Ada satu kejutan ekstra yang mungkin bisa Anda sebagai mini-spoiler. Bahwa terlepas dari nama Code Vein yang ia usung, sepertinya jelas ada sinyal bahwa game ini punya keterikatan dengan franchise Bandai Namco lain yang saat kalimat ini selesai Anda baca, sepertinya sudah bisa Anda prediksi sendiri. Bahwa dunia di luar kabut merah yang selama ini menjadi pagar dan mimpi buruk para Revenant mungkin sebenarnya memuat ancaman yang lebih besar daripada yang selama ini mereka bayangkan. Ancaman dari makhluk milik dewa yang datang untuk satu misi yang sama – kehancuran dunia.
Kesimpulan
Kami cukup terkejut bahwa setelah impresi masa demo, khususnya alpha beberapa waktu lalu yang tidak meninggalkan kesan mendalam, versi final Code Vein justru berakhir kami nikmati. Kesempatan untuk menikmati pengalaman yang sesungguhnya dari game yang sekedar menyandang predikat sebagai “Souls versi Anime” ternyata berakhir dengan proses eksplorasi dan pertarungan yang cukup seru, lengkap dengan mekanik gameplay unik yang tumbuh menjadi identitasnya. Bahwa pada akhirnya, ia terasa seperti sebuah seri Souls-like yang jauh jauh jauh lebih bebas stress berkat implementasi sistem Companion AI, sistem skill dengan resource yang mudah didapatkan, hingga multiplayer kooperatif yang bahkan membuatnya semakin sederhana. Menikmatinya bersama dengan cerita, desain karakter (terutama karakter wanita), dan presentasi dunia yang punya cita rasa anime yang kental, ia punya target pasar yang jelas. Apalagi Anda juga disuguhkan dengan sistem cipta karakter dengan variasi aksesoris dan personalisasi wajah yang super lengkap.
Walaupun demikian, bukan berarti game ini bisa dibilang sempurna. Selain sistem reward untuk multiplayer co-op di sisi cerita yang sama sekali tidak terasa sepadan dan lebih baik dihindari, Code Vein juga menyajikan sistem gameplay lain yang ia padukan untuk menjelaskan latar belakang cerita karakter-karakter penting di hub yang mereka sebut sebagai “Vestige”. Tersebar di dunia dalam bentuk kepingan, Anda diminta untuk menonton dan menyaksikan terlebih dahulu belakang cerita karakter-karakter yang terhubung pada Vestige tersebut dalam bentuk layaknya mimpi, dimana Anda harus berjalan di ruang kosong, melihat sebuah potongan batu statis yang memainkan dialog aktif di belakang. Presentasi setengah hati seperti ini membuat kami sama sekali tidak tertarik untuk memahami dan mengerti kisah-kisah karakter companion yang ada. Mengapa ia tidak diracik layaknya cut-scene yang seharusnya? Kami juga tidak mengerti.
Namun di luar kedua kekurangan tersebut, pengalaman Code Vein secara keseluruhan bisa dibilang solid. Bahwa rasa pesimis kami berhasil dibalik dengan pengalaman yang ternyata berakhir seru dan menyenangkan. Tidak hanya menarik untuk para penikmat anime / manga saja, tingkat kesulitan yang jauh lebih bersahabat untuk sebuah game yang menawarkan cita rasa “Souls-like” yang kekentalannya seolah semakin berkurang seiring progress karakter, akan membuatnya tampil sebagai pintu gerbang paling rasional bagi gamer-gamer penasaran yang tidak pernah bisa menyelesaikan satupun seri Souls selama ini.
Kelebihan
- Pendekatan visual bergaya anime
- Musik yang dramatis
- Desain karakter dan monster
- Fan-service mumpuni
- Companion AI super cerdas untuk menjalankan perannya
- Multiplayer co-op tanpa resource untuk bisa dieksekusi
- Opsi untuk menggunakan VA Jepang
- Tingkat kesulitan bersahabat, tetapi juga bisa dipersulit dengan memilih bertarung seorang diri
- Fitur kustomisasi tampilan karakter melimpah
Kekurangan
- Build karakter tidak sebebas yang dibayangkan
- Terkutuklah Cannoneer dan Blade Bearer!!
- Reward untuk multiplayer co-op di sisi cerita tidak terasa sebanding dengan kerepotan yang ada
- Sistem memori Vestige yang disajikan dalam bentuk gambar statis yang membosankan
Cocok untuk gamer: pencinta anime / manga action, yang menginginkan cita rasa Souls yang lebih bersahabt
Tidak cocok untuk gamer: yang ingin rasa masokisnya terpuaskan, mengingatkan game dengan sistem pertarungan yang mendalam