Preview Dreadout 2: Rasa Baru, Rasa Beda!
Menyebutnya sebagai salah satu game racikan developer lokal tersukses sepertinya tidak berlebihan. Hampir dari kita semua tentu masih ingat bagaimana Dreadout ketika rilis, tidak hanya berhasil mencuri hati gamer Indonesia saja lewat pendekatan gameplay ala Fatal Frame yang ternyata melebur manis dengan mitologi supranatural Indonesia saja, tetapi bagaimana ia juga jadi game horror pilihan banyak Youtuber besar luar. Dengan nama dan popularitas yang sudah terbangun ini, tentu rasional untuk mengantisipasi sebuah seri kedua dari sang developer – Digital Happiness. Menariknya lagi? Alih-alih sekedar mengulang formula sama dari seri pertamanya yang sudah teruji berhasil, Dreadout 2 datang dengan inovasi tersendiri. Inovasi yang cukup untuk membuat Anda jatuh hati.
Kesan Pertama
Setelah penantian yang cukup lama, kesempatan untuk menikmati dan menjajal Dreadout 2 secara langsung akhirnya tiba. Peningkatan dibandingkan seri pertamanya memang terlihat di beragam aspek, termasuk presentasi visual yang kini dibangun dengan menjadikan Unreal sebagai basis. Berperan sebagai seri sekuel, Anda masih memainkan Linda sebagai tokoh protagonis utama, namun kini di dunia yang didesain lebih terbuka. Bahwa tidak seperti seri pertamanya yang “terperangkap” pada tema hutan dan daerah terpencil, Dreadout 2 memberikan lebih banyak ruang urban dengan cita rasa Indonesia yang kental untuk dieksplorasi. Ia juga diisi dengan lebih banyak karakter NPC yang datang dengan dialog tersendiri dan tentu saja, misi sampingan ekstra.
Namun yang membuat Dreadout 2 terasa baru dan berbeda tentu saja berangkat dari caranya menyajikan cita rasa horror itu sendiri. Jika di seri pertama, ia jelas terinspirasi dari Fatal Frame dengan sistem kamera sebagai basis, maka di Dreadout 2 ini, Digital Happiness sepertinya terinspirasi lebih banyak game survival horror yang lain. Tidak lagi sekedar melawan hantu dan setan seperti yang Anda kenal selama ini, ia kini juga dihantui monster-monster fisik yang harus ia tundukkan dengan senjata yang ia temukan selama perjalanan. Konsep dunia lain dan monster yang harus dihadapi Linda sedikit mengingatkan Anda pada game-game seperti Silent Hills dan The Evil Within. Salah satu boss yang Anda harus hadapi bahkan akan terasa familiar untuk Anda yang sempat menjajal Outlast di masa lalu.
Sejauh ini, formula ini terhitung berhasil. Setidaknya dari beberapa jam awal permainan kami yang kemudian ditranslasikan ke dalam artikel preview ini, ada kesan bahwa lore dunia Dreadout kini akhirnya berkembang dan tumbuh dalam skala yang lebih luas. Memang masih ada cita rasa mitologi Indonesia di sana, namun desain musuh yang Anda temui kini terasa lebih “universal”. Tokoh antagonis wanita baru yang harus dihadapi Linda misalnya, lebih menyiratkan cita rasa desain yang lebih kental ke karakter anime daripada sesuatu yang “Indonesia sekali”. Kami sendiri menyambut terbuka perubahan ini. Ada laporan juga soal bug yang mengganggu dari beberapa user, namun kami sendiri, belum menemukannya sendiri. Satu hal terburuk yang terjadi pada kami hanyalah kehadiran monster fisik yang terus berdiri di depan pintu, bergeming, dan berujung menghalangi jalan keluar dari ruangan. Membuat satu-satunya solusi hanyalah melakukan load dari checkpoint terakhir.
Sembari menunggu waktu yang lebih proporsional untuk melakukan review, apalagi mengingat cerita yang belum kami selesaikan saat menuliskan artikel preview ini, izinkan kami melemparkan segudang screenshot fresh from oven darinya untuk membantu Anda mendapatkan gambaran lebih jelas apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Dreadout 2! Time to hunt some ghosts!