Review No Straight Roads: Aksi, Dansa, Estetika!

Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar game ber-genre ritmis? Kami yakin sebagian besar dari Anda mungkin langsung membayangkan sebuah game dengan layar yang dihujani begitu banyak tombol yang bergerak cepat, menuntut Anda untuk menekannya di timing yang tepat. Bersamanya, musik-musik memanjakan telinga dengan ragam ketukan yang biasanya terasosiasi dengan tingkat kesulitan, tentu saja lengkap dengan latar belakang layar yang juga dipenuhi dengan animasi penuh warna untuk membuat perhatian Anda sedikit teralihkan. Namun menggembirakannya, terlepas dari konsep yang begitu sederhana ini, game-game dengan tipe ritmis masih punya banyak ruang untuk tumbuh dan berkembang. Lihat saja kualitas fantastis seperti apa yang berhasil dicapai oleh Thumper dari Drool. Kini, Metronomik berupaya melakukan sesuatu yang berbeda dengan No Straight Roads.
Sejak ia diperkenalkan untuk pertama kalinya, No Straight Roads memang sudah mengusung satu identitas yang jelas – bahwa musik akan memainkan peran besar di dalam cerita dan gameplay yang hendak ia usung. Yang membuatnya unik adalah bahwa ia sendiri diracik sebagai sebuah game action, dimana serangan melee akan memainkan peran besar. Idenya adalah membuat musik yang sekadar menjadi pengiring di game-game lain, tumbuh menjadi clue besar yang bisa membuat Anda mengantisipasi serangan musuh dan meraih keuntungan strategis karenanya. Ditambah dengan kekuatan presentasi yang sejauh ini terlihat menarik, No Straight Roads langsung tumbuh menjadi game indie yang cukup diantisipasi.
Pertanyaan besarnya tentu saja satu, apakah eksekusi konsep yang di atas kertas terdengar unik dan berbeda ini memang berujung fantastis? Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang mengkombinasikan aksi, dansa, dan estetika? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot

Selamat datang di Vinyl City, sebuah kota penuh imajinasi yang menjadikan kekuatan musik sebagai sumber tenaga berkat aksi konversi yang ditawarkan oleh teknologi bernama “Qwasa”. Kota nan indah yang dibagi ke dalam beberapa distrik berdasar tema berbeda ini dipimpin oleh sebuah korporasi besar bernama No Straight Roads alias NSR. Mereka lah yang bertanggung jawab untuk memastikan Vinyl City berjalan seperti seharusnya.
Untuk memastikan kota berjalan secara efektif dan efisien, sayangnya, NSR hanya percaya pada satu genre musik saja – EDM. Bahwa musik ini mereka anggap sebagai satu-satunya genre yang akan memompa energi ke Vinyl City, terlepas dari bukti di permukaan, bahwa yang terjadi justru sebaliknya. Vinly City sempat kehilangan energi, dengan daya listrik yang hanya dialihkan untuk fasilitas-fasilitas yang memang mengusung nama NSR saja, mengabaikan penduduk yang lain. Tidak tahan melihat kondisi yang begitu tidak adil ini, dua karakter protagonis utama kita – Mayday dan Zuke pun beraksi!


Datang dan percaya pada musik rock yang diyakini bisa memperbaiki masalah ini, namun berakhir ditolak mentah-mentah oleh NSR, Mayday dan Zuke yang bergabung dalam band bernama Bunk Bed Junction pun tidak bisa lagi tinggal diam. Mereka memutuskan untuk mengambil langkah ekstrim. Dengan kekuatan rock yang berada di tangan mereka, keduanya hendak mengambil alih dan menundukkan popularitas artis-artis di bawah naungan NSR yang membawahi setiap distrik yang ada. Misi terakhirnya tentu saja menghancurkan NSR dan merebut kekuatan Vinyl City dari tangan sang boss besar NSR – Tatiana.

Lantas, tantangan seperti apa yang harus dilalui Mayday dan Zuke? Mampukah kekuatan musik rock menyelamatkan kota yang satu ini? Ataukah EDM akan mampu mempertahankan kekuasannya di bawah naungan NSR? Semua jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini bisa Anda dapatkan dengan memainkan No Straight Roads ini.