Review Ghost of Tsushima – Director’s Cut: Bagai Katana yang Kian Tajam!
Katana yang Lebih Tajam

“Bak sebuah katana yang lebih tajam” adalah perumpamaan yang kami gunakan untuk menjelaskan apa yang berhasil dicapai oleh Sucker Punch di Ghost of Tsushima: Director’s Cut, yang sebagian besar memang berujung jadi penyempurnaan, baik berkat ekstra performa Playstation 5 ataupun yang tidak. Bahwa sesungguhnya terlepas dari promosi yang terlalu berfokus pada tambahan cerita di Iki Island, Sucker Punch sebenarnya menawarkan sesuatu yang lebih di sini, terutama untuk ragam fitur yang diminta gamer.
Untuk gamer Playstation 5, Ghost of Tsushima – Director’s Cut tentu hadir sebagai versi yang paling “definitif”. Memainkan game aksi yang memang butuh timing untuk melakukan parry atas nama menjadi mesin pembunuh lebih efektif ini, tentu saja lebih nyaman dimainkan di framerate 60fps yang stabil. Ia memang tidak menawarkan tambahan fitur visual seperti ray-tracing misalnya, namun berhasil membuat Ghost of Tsushima yang sudah memanjakan mata secara estetika, terlihat semakin tajam di resolusi lebih tinggi. Namun pada akhirnya, urusan visual Ghost of Tsushima seperti di versi dasarnya, memang lebih banyak dipicu oleh kualitas desain lingkunganya sendiri daripada hal-hal teknis seperti ini.


Maka seperti game-game Playstation 5 yang seharusnya, daya tarik esktra lain kini juga mengakar pada implementasi teknologi DualSense – Adaptive Trigger dan Haptic Feedback. Pesona Adaptive Trigger memang lebih ditonjolkan pada saat Jin menggunakan panah, yang seperti bisa Anda prediksi, tiba-tiba menjadi salah satu senjata yang akan dominan Anda gunakan di pulau Iki nantinya. Salah satu sesi puzzle juga kini akan meminta Anda untuk mengaitkan grappling hook dan menarik objek hingga terlepas, yang lagi-lagi, akan menimbulkan perlawanan di trigger. Sementara untuk Haptic Feedback? Ghost of Tsushima menggunakannya di banyak hal, dari sekadar memilih menu hingga saat bertarung. Tentu saja, daya tarik DualSense ini juga dilebur bersama dengan performa SSD Playstation 5 yang membuat waktu loading inisiasi menjadi hanya tinggal belasan detik saja. Sementara untuk aksi fast travel? Hanya butuh layar hitam sekejap.
Namun dari semua ragam fitur untuk Playstation 5 ini, ada satu tambahan khusus yang walaupun tak terdengar signifikan, namun ternyata mampu membuat Director’s Cut ini terasa lebih imersif. Benar sekali, lip-sync bahasa Jepang yang akhirnya disesuaikan! Mengingat fitur ini dicapai dengan teknik real-time rendering dan bukan lagi cut-scene seperti di era Playstation 4 yang gerak bibirnya hanya tersedia untuk lip-sync Inggris saja, maka ia hanya bisa ditawarkan oleh Playstation 5. Setidaknya kini Anda tidak lagi akan merasa tengah menonton film silat Tiongkok dengan dubbing buruk nan aneh jika Anda memilih untuk menggunakan bahasa Jepang sebagai opsi utama. Beberapa opsi tambahan seperti fitur lock-on musuh juga akhirnya tersedia, lengkap dengan opsi untuk menghilangkan visual busur panah di pakaian tertentu, yang memang rawan clipping dengan jubah yang notabene merusak sensasi imersif itu sendiri.


Sementara untuk urusan audio, di luar VA yang melakukan tugas dengan baik, Ghost of Tsushima: Director’s Cut tidak banyak menawarkan hal baru, terutama dari segi musik. Anda masih akan berhadapan dengan kualitas musik menggugah yang sama, tanpa ada ekstra konten gubahan misalnya. Jenis musik yang sama juga akan menemani Anda di Iki Island, dari sekadar eksplorasi hingga momen dramatis yang penting, melakukan tugasnya dengan seharusnya.
Selamat Datang di Iki Island

Sejak Director’s Cut diperkenalkan kepada publik, jelas Sucker Punch berusaha menjadikan konten ekstra – Iki Island sebagai daya tarik terkuat. Ini berarti lebih banyak kesempatan untuk menikmati aksi Jin Sakai berburu pasukan Mongol, baik dengan aksi katanan ataupun beragam peralatan yang ia miliki sebagai seorang “Ghost”. Tentu saja, pulau baru juga berarti akan menyuntikkan banyak hal baru juga – dari cerita, fitur, musuh, hingga tantangan yang tidak tersedia di Tsushima sebelumnya. Semuanya dibungkus ke dalam ukuran pulau yang lebih kecil nan padat.
Sebelum kita menyelam lebih jauh membicarakan Iki Island, ada baiknya kita mengatur ekspektasi lebih dulu. Ingat, Iki Island di Ghost of Tsushima: Director’s Cut ini adalah sebuah “expansion pack” dan bukan Ghost of Tsushima 2. Maka mengikuti konsep expansion pack pada umumnya, ia akan datang dengan dua konsep yang selalu sama: Pertama, ia tidak akan menawarkan gameplay lebih panjang dari seri dasarnya yang notabene, berarti petualangan lebih kecil dan singkat. Kedua? Sebagian besar mekaniknya masih akan didasarkan pada versi sebelumnya, dengan tambahan di sana-sini yang menyegarkan, namun tidak lantas akan mengubah segala sesuatunya secara signifikan. Ini juga lah yang akan Anda temukan di Ghost of Tsushima: Director’s Cut ini.


Satu hal yang berhasil dieksekusi manis oleh Sucker Punch adalah membuat Iki Island terasa dan terlihat berbeda dengan Tsushima Island, namun tetap mempertahankan estetika memanjakan mata yang sama. Dengan pemandangan gunung di beragam sudut, Iki Island yang dikelilingi laut juga jelas memiliki sejarah yang lebih “kelam” daripada Tsushima. Jelas ada konflik besar terjadi di masa lalu, yang berbekas menjadi desa-desa yang kini sudah termakan tumbuhan, kapal-kapal besar yang karam, hingga bangunan yang luluh lantak. Anda juga bisa menemukan biome berbeda, dari binatang yang sering Anda temui hingga jenis pohon dan tumbuhan yang tidak pernah Anda lihat di Tsushima. Kesemuanya membuat Iki Island tak kalah indah dengan Tsushima, sembari membuatnya tampil sebagai ruang bermain yang jelas berbeda. Ini adalah pencapaian yang pantas untuk diapresiasi.
Maka berdiri di bawah faksi yang berbeda, perjalanan Anda sebagai Jin Sakai juga akan dihadapkan pada tantangan yang baru. Pasukan Mongol di bawah tuntunan The Eagle ternyata berbuah setidaknya dua buah varian musuh berbeda yang berujung satu hal –menyebalkan. Anda kini akan bertemu dengan tipe Shaman bertombak panjang yang memiliki kemampuan chanting di awal. Jika tidak Anda prioritaskan, chanting yang ia lakukan akan memberikan ekstra perlindungan untuk musuh di sekitar, membuat mereka sulit untuk dibunuh. Jenis musuh kedua adalah yang paling menyebalkan. Alih-alih satu, musuh baru ini bisa berganti senjata menjadi setidaknya 3 varian. Karenanya, Anda mau tidak mau juga harus seringkali bergonta-ganti Stance pedang mengingat sifat setiap Stance ini efektif untuk jenis senjata tertentu.


Kehadiran dua jenis musuh baru ini memang meninggalkan dilema tersendiri bagi kami. Di satu sisi, keduanya signifikan dan menyegarkan, dimana Anda dituntut untuk mengaplikasikan strategi baru atau berganti metode serang. Namun di sisi lain, dua jenis musuh baru untuk sebuah expansion pack terhitung sedikit. Apalagi mengingat bahwa konsep halusinasi dan ilusi yang berkaitan dengan “The Eagle” sebenarnya bisa membuka lebih banyak potensi musuh baru. Di otak kami? Ia sebenarnya bisa jadi jembatan untuk membawa banyak musuh-musuh keren dari Legends ke mode single-player ini.
Berita baiknya? Setidaknya di pulau baru ini, Jin Sakai juga akan diperkuat dengan beberapa hal baru yang akan membuat perjalanannya lebih mudah. Kita bicara dari sekadar charm-charm baru yang bisa Anda temukan di ragam lokasi serta setidaknya dua buah set Legendary Armor untuk Anda kejar, yang sudah pasti akan membuat perjalanan Anda lebih mudah di setelahnya. Satu kemampuan baru paling signifikan? Kuda Anda! Kini tidak lagi jadi sekadar alat transportasi, Anda bisa memerintahkan sang kuda untuk melakukan charge attack yang setelah upgrade, bahkan bisa menghabisi musuh secara instan. Ini membuat aksi Anda menghabisi musuh yang tengah patroli menjadi lebih mudah.


Bersama dengan misi sampingan yang tentu berisikan karakter-karakter NPC dengan cerita yang cukup menarik, Iki Island juga menawarkan ekstra tantangan baru di luar dari apa yang tersedia di Tsushima. Selain menulis Haiku, memanjat Shrine, hingga aksi memotong bambu, Anda kini juga akan bertemu dengan tantangan seperti busur panah yang meminta Anda menghancurkan sejumlah lentera dengan waktu terbatas yang kian seru dengan DualSense dan juga meniup seruling Anda untuk membuat hewan-hewan imut di Iki Island mendekati Anda. Namun dari semua aktivitas baru ini, yang terpenting berpusat pada sosok Jin Sakai itu sendiri. Mengingat Iki Island berbagi sejarah dengan klan Sakai, akan ada beberapa spot di peta dimana Anda bisa mengingat kembali memori tersebut. Untuk urusan yang satu ini, walaupun ia tidak banyak menawarkan interaktivitas atau tantangan, namun setidaknya ia akan memberikan cerita latar belakang lebih jelas untuk Jin, yang tidak tersedia di versi dasar Tsushima. Ini membuat Jin terasa seperti tokoh protagonis yang lebih “lengkap”.
Posisi Iki Island yang jadi markas The Eagle, yang notabene bermain dengan ilusi dan halusinasi, juga diterjemahkan ke dalam gimmick lain yang menarik untuk dibahas walaupun tidak terasa signifikan. Tentu tanpa memberikan spoiler apapun, dialog dan ragam ilusi yang Anda temukan di sepanjang perjalanan mengindikasikan satu hal – bahwa apa yang Anda temui dan lihat di Iki Island akan bergantung pada seberapa jauh progress Anda di Tsushima. Mengingat konten Iki Island ini bisa Anda akses dari ACT 2, Anda yang baru terjun ke pulau kecil ini setelah menyelesaikan keseluruhan konten diTsushima bisa berujung menemukan sesuatu yang berbeda dengan mereka yang terjun dari ACT 2. Sebagai contoh? Di playthrough kami yang notabene sudah lengkap di Tsushima, Jin sempat membahas soal aksinya membunuh Khotun Khan dengan The Eagle. Diskusi ini tentu saja mustahil muncul jika Anda terjun dari ACT 2, membuat konten seperti ini menjadi adaptif.

Dengan cerita utama yang bisa Anda selesaikan hanya dalam 3-4 jam, bergantung pada seberapa baik Anda menangani tingkat kesulitan yang ada, sebagian besar ekstra waktu gameplay Anda memang akan dihabiskan untuk aksi eksplorasi dan menyelesaikan beragam misi sampingan yang ada. Konten-konten tambahan ini tentu bisa menawarkan beberapa ekstra jam permainan, namun akan menawarkan pengalaman Ghost of Tsushima yang begitu familiar. Dari sinilah Anda bisa mengukur kira-kira apakah Anda merasa ia pantas dilirik atau tidak.