Review Kena – Bridge of Spirits: Kena Sihir Fantasi Elok!
Kosmetik?!!

Yang unik dari Kena: Bridge of Spirits adalah fakta bahwa terlepas hampir semua elemennya terasa dibangun untuk sebuah game RPG, ia sama sekali bukan game RPG. Kita bicara soal game yang memuat tingkat kesulitan tinggi dengan karakter yang mampu mengakses beragam senjata dan kemampuan berbeda di dalamnya. Di atas kertas, konsep seperti ini memang butuh penanganan ala game RPG dimana kesempatan untuk memperkuat diri tersedia di sana-s ini. Namun pada akhirnya, Kena tidak memiliki kesemua hal itu. Tidak ada opsi mengejar senjata lebih kuat, opsi untuk mencari armor khusus untuk memperkecil armor, atau aksesoris spesifik untuk membuat aspek serangan tertentu menjadi lebih optimal. Tidak ada satupun hal tersebut tersedia di Kena, terlepas dari potensinya.
Satu-satunya resource yang berfungsi mirip hanyalah “Karma”. Didapatkan dari aksi membunuh monster atau eksplorasi – dengan melakukan hal baik seperti memperbaiki patung yang terbalik atau sekadar memberi makan para Rot buah favorit mereka, Karma adalah mata uang yang bisa Anda gunakan untuk membeli skill baru dari pohon skill Kena yang terbatas. Ini akan membantu Kena mengakses serangan lebih kuat, dari jumlah panah lebih banyak untuk dilontarkan sebelum jatuh ke masa cooldown, kesempatan untuk melemparkan 2 bomb sekaligus, hingga membuat Anda bisa mengakses serangan charge melee yang notabene siap mengirimkan damage lebih besar. Sayangnya, hanya ini satu-satunya resource yang terasa penting.


Sisanya, tidak ada satupun reward ataupun resource yang Anda kumpulkan, yang akan berkontribusi pada penguatan Kena sebagai karakter. Sebagian besar aksi eksplorasi Anda akan dihadiahi topeng ataupun topi untuk para Rot yang sudah Anda kumpulkan, yang notabene hanya berfungsi sebagai item kosmetik semata. Bahwa topeng ataupun topi-topi nan imut ini tidak akan berkontribusi memperkuat atau mempercepat proses penyerapan “keberanian” para Rot saat bertarung. Sedikit menjengkelkan ketika aksi jalan-jalan Anda, yang notabene sudah diikuti pertarungan melawan kombinasi musuh menjengkelkan, berujung dengan sebuah peti tampak penting yang di dalamnya, hanya berisikan topi atau topeng untuk para Rot ini. Ini adalah desain yang sangat disayangkan.
Hal yang sama juga terjadi dengan resource lain di luar Karma, yakni kristal yang juga bisa Anda kumpulkan di sepanjang perjalanan. Satu-satunya kegunaan kristal di game ini juga berujung hanya bisa dibelanjakan di beragam kios, yang seperti Anda prediksi, juga didesain untuk menjual beragam item topeng dan topi untuk para Rot ini. Ini berarti, aksi eksplorasi Anda mengikuti beragam jalan alternatif kini bisa saja berujung dengan resource lain, yang sekali lagi, tidak memberikan kontribusi apapun untuk aksi bertarung Kena.
Dengan semua sistem seperti ini, sepertinya sulit untuk menghilangkan kesan bahwa mungkin di awal proses pengembangna, ada rencana untuk membuat elemen RPG lebih kental. Bahwa di satu titik, kehadiran beragam topi dan topeng untuk para Rot ini bisa saja memberikan sifat atau buff serangan yang berbeda-beda. Karena mau tidak mau harus diakui, desain seperti ini terasa tidak “menghargai” upaya keras eksplorasi yang sudah dilakukan gamer, yang notabene memakan porsi hidup mereka.
Campur Tangan Seniman Bali
Terlepas dari apakah Kena: Bridge of Spirits berujung jadi game yang Anda nikmati atau tidak, sulit rasanya untuk tidak mengapresiasi keputusan Ember Lab – yang notabene merupakan studio asal California untuk memilih dan menggunakan kebudayaan Indonesia, khususnya Bali, sebagai pondasi artistik game ini – yang kemudian tercermin lewat OST dan Voice Actress untuk si Kena sendiri. Berita baiknya? Pihak yang dipilih tersebut melakukan tugasnya dengan fantastis.
Adalah Sanggar Cudamani asal Bali yang dipilih untuk mengisi OST Kena: Bridge of Spirits, dari aksi eksplorasi hingga pertarungan, yang kemudian berujung menghasilkan karya seni memanjakan telinga yang luar biasa. Bahwa pukulan gamelan dan nyanyian anggun yang menemaninya seolah berhasil memperkuat atmosfer dunia eksotis yang ditawarkan oleh Kena itu sendiri. Walaupun harus diakui, untuk gamer Indonesia yang mengenali dan mengerti apa itu Bali, menemukan musik-musik ini dimainkan tanpa kecocokan arsitektur yang Anda temukan saat di desa misalnya, mungkin akan meninggalkan rasa aneh tertentu.


Namun di luar hal tersebut, variasi musik yang “disampaikan” oleh sanggar Cudamani memang menjalankan tugasnya dengan baik. Anda bisa merasakan sensasi misterius yang ada ketika dibutuhkan, suasana tegang saat bertarung, atau ketenangan saat proses eksplorasi belaka lewat harmonisasi dentuman dan tiupan alat musik yang mereka tawarkan. Kami begitu menyukaiinya hingga tak sabar lagi hendak memasukkan lagu-lagu ini ke dalam playlist kami jika seandainya (dan semoga saja), ia tersedia untuk beragam layanan streaming musik di masa depan.
Apresiasi yang tidak kalah tingginya juga pantas diarahkan kepada sosok Dewa Ayu Dewi Larassanti, voice actress kelahiran Bali dan menetap di California, yang menjadi suara di balik sosok Kena. Tidak hanya berhasil menghasilkan akting yang terhitung natural untuk gig pertama-nya, Dewa Ayu juga sepertinya diberikan kesempatan untuk sesekali mengekspresikan diri lewat bahasa Indonesia di beragam situasi game yang ada. Maka tampil sebagai “easter egg” untuk gamer Indonesia, Anda terkadang menemukan untaian kalimat yang bisa Anda kenali begitu saja saat Dewa Ayu berada di situasi tertentu, khususnya saat ia menyambut kedatangan anggota Rot yang baru.
Kena: Bridge of Spirits memang bukan game racikan developer Indonesia. Namun keputusan dan kepercayaan mereka untuk memberikan kebebasan ruang kreatif bagi seniman asal Bali, Indonesia untuk memperkaya atmosfer-nya lewat dengung, dentum, dan harmoni yang terasa begitu natural di telinga kita, dan kemudian memanfaatkannya di situasi yang tepat, adalah sesuatu yang pantas kita rayakan dan banggakan. Kami pun tak segan untuk memasukkan musik Kena: Bridge of Spirits sebagai kandidat BEST OST of the Year untuk GOTY JagatPlay, setidaknya hingga saat ini.












