Review Call of Duty – Vanguard: Tak Lagi Terasa Istimewa!
Multiplayer – Sedikit Bumbu Chaos

Tidak banyak berbeda adalah kalimat yang akan kami pilih untuk menjelaskan mode multiplayer COD: Vanguard. Anda yang sudah sempat mencicipi mode multiplayer Call of Duty manapun di masa lalu, terlepas dari setting apapun yang ia ambil sebagai pondasi, akan mendapatkan pengalaman yang familiar. Bahwa daya tarik utamanya tetap terletak pada pertarungan jarak dekat, yang jauh berbeda dengan apa yang diusung oleh Battlefield misalnya. Anda mungkin akan bertemu dengan peta lebih besar, namun sensasi pertempuran masih sama. Ukuran peta lebih besar biasanya berujung lebih mengakomodasi tempat-tempat untuk camping. Sistem kill-streak dan perk yang jadi bagian tak terpisahkan dari mode multiplayer Call of Duty juga dipertahankan di sini.
Satu hal yang kami sambut dengan terbuka adalah kedatangan beberapa peta baru yang sepertinya didesain dengan satu hal – mengakomodasi lebih banyak “kekacauan”. Peta seperti DOME dan DAS HAUS misalnya dibangun sebagai tempat super kecil yang tidak memberikan sedikit pun ruang camping yang membuat Anda bisa bertahan lama. Ia dibangun sempit dan hanya butuh beberapa langkah sebelum Anda berhadapan dengan tim berlawan. Kekacauan ini bahkan bisa dibilang “naik level” di DOME yang begitu sempit dan ramainya, hingga tidak aneh jika Anda yang baru saja tewas, berujung respawn di depan, di belakang, di samping, atau di atas musuh. Tewas setelah sepersekian detik hidup di DOME? Hal yang biasa. Ini menjadi kekacauan yang kami sambut dengan tangan terbuka.
COD: Vanguard sebenarnya juga menyediakan beberapa mode baru seperti Patrol dan Champion Hill. Sejujurnya mengingat progress karakter dan senjata sangat bergantung pada sistem EXP yang Anda kumpulkan dari pertempuran yang selesai, memainkan game dengan sistem yang “aneh” di luar Team Deathmatch, Domination, atau Kill & Confirmed bagi kami pribadi, berujung buang-buang waktu. Champion Hill datang yang paling unik, mengingat ia diracik bak liga dengan sistem eliminasi yang akan mempertemukan dua tim untuk saling bertarung satu sama lain. Sempat menjajalnya di alpha, kami berujung tak tertarik memainkan lagi mode in di versi final karena godaan mode TDM yang selalu lebih kuat. Kami juga sayangnya tak tertarik mencicipi mode Zombie yang selalu akan lebih menyenangkan dimainkan bersama dengan teman yang Anda kenal di dunia nyata.


Satu hal lain yang kami suka dari sistem baru COD: Vanguard ini adalah opsi untuk memilih tiga variasi pertempuran – Tactical, Assault, atau Blitz di awal proses matchmaking Anda. Tactical biasanya menjamin pertempuran yang lebih pelan – yang datang dari jumlah pemain lebih sedikit di peta lebih besar. Assault datang dengan pengalaman standar khas COD selama ini, sementara Blitz hadir dengan peta ala DOME atau DA HAUS yang kami bicarakan sebelumnya – dimana pertempuran bisa selesai hanya dalam hitungan menit berkat jumlah pemain besar yang terperangkap di peta yang kecil.
Inovasi lain yang berusaha mereka tawarkan juga datang dari dinding-dinding rapuh ala Rainbow Six: Siege yang bisa Anda hancurkan per porsi. Idenya mungkin untuk membuat spot-spot sniper yang lebih efektif dan mematikan untuk kepentingan strategis. Namun kenyataannya? Mengingat setidaknya 12 player dalam 1 area ini selalu membawa satu atau dua buah granat, sepertinya mustahil untuk berharap bahwa “dinding-dinding” ini akan bertahan lama. Berikan 2 menit untuk setiap peta dan Anda akan menemukan tidak ada satupun dinding ini tersisa, berujung kosong melompong, dan kehilangan nilai strategisnya sama sekali. Satu-satunya area dimana ia berfungsi maksimal hanyalah di mode seperti Champion Hill, misalnya.
Maka mengikuti sistem baru yang mereka implementasikan di beberapa tahun terakhir ini, Battle Pass yang juga terintegrasi dengan seri COD lain seperti Warzone dan Black Ops: Cold War juga akan menjadi salah satu motivator Anda untuk terus memainkan Call of Duty: Vanguard ini. Untuk Anda yang hanya memainkan Vanguard, Battle Pass ini akan memuat beberapa blueprint senjata dan item kosmetik yang menarik untuk dikejar. Untuk Anda yang masih terjebak di Warzone atau Black Ops? Tentu saja reward yang bisa Anda dapatkan dari Battle Pass ini akan terasa semakin berharga.

Keluhan ekstra lain yang kami rasakan saat review ini ditulis hanya datang dari sisi kosmetik saja – seperti highlight Play of the Game di akhir pertempuran yang masih seringkali membingungkan. Kami sempat bertemu dengan highlight yang memenangkan 1 player karena ia berhasil membunuh 1 musuh dengan senjata sniper-nya. Kami juga sering menemukan footage Play of the Game yang seringkali berakhir sebelum memperlihatkan aksi istimewa si player sampai penuh. Berita baiknya? Hal seperti ini seharusnya tak akan sulit dibereskan dengan patch di masa depan.
Kesimpulan

Call of Duty: Vanguard bukanlah game FPS yang buruk. Hampir semua gamer yang sempat mencicipi seri Call of Duty di masa lalu akan selalu berakhir memuji betapa nikmat sensasi gameplay yang ia usung, kenikmatan menembak, optimalisasi performa tanpa kompromi di versi konsol, dan cerita yang ia usung. Namun sulit rasanya untuk tidak mengakui bahwa ada sesuatu yang terasa kosong dan generik dengan apa yang ditawarkan Activision dan Sledgehammer Games di Call of Duty: Vanguard tahun ini. Hingga pada batas, hampir tidak ada satupun yang berujung memorable dan kami yakin, akan berakhir Anda ingat beberapa tahun ke depan. Kami akan menyaratakannya dengan Call of Duty: Advanced Warfare yang selain kehadiran sosok Kevin Spacey dan meme “F” yang ia usung, hampir semua gamer melupakannya.
Ada beberapa hal yang berujung kami apresiasi, dari keberanian untuk menyajikan ideologi Nazi dengan lebih terbuka dan membenturkannya di sisi cerita hingga tambahan ekstra peta yang lebih”kacau” di mode multiplayer. Kami juga tak akan ragu untuk memuji kualitas visualnya yang fantastis. Namun pada akhirnya, ada beberapa keputusan yang membuat seri ini kehilangan keistimewaannya, dengan di sisi lain, juga terlalu sedikit keputusan dari Activision dan Sledgehammer untuk membuatnya istimewa. Kami bahkan merasa bahwa Vanguard dilepas semata-mata untuk menambahkan konten ke COD: Warzone yang saat ini jadi “anak emas” mereka.
Rekomendasi kami untuk Call of Duty: Vanguard akan sangat bergantung pada besar cinta Anda pada franchise FPS yang satu ini. Karena sesungguhnya, Anda tidak akan merasa kehilangan apapun jika berujung melewatkannya begitu saja, mengingat keyakinan kami bahwa tidak ada satupun momen atau karakter yang akan Anda ingat atau bicarakan lagi setidaknya 2 tahun ke depan. Jika Anda datang untuk mode multiplayer atau zombie-nya saja? Kami tetap yakin Anda tetap akan bisa bersenang-senang dengan mereka, lebih dari mode campaign yang ada.
Kelebihan

Kualitas visual memanjakan mata
Konten cerita di mode campaign lumayan politis
Mode Blitz dan beberapa desain peta penuh kekacauan di mode multiplayer
Adaptive Trigger dan Haptic Feedback fantastis di versi Playstation 5
Kekurangan

Terlalu banyak cut-scene pre-rendered, menghilangkan sensasi imersif
Mekanik multiplayer tak banyak berbeda
Tidak banyak momen memorable di mode campaign
Mode zombie tidak menarik
Cocok untuk gamer: yang merindukan game perang dengan tema perang dunia kedua, tidak berkeberatan dengan gameplay khas COD yang familiar
Tidak cocok untuk gamer: yang mengharapkan momen bombastis khas mode campaign COD masa lalu, menginginkan sesuatu yang baru dan benar-benar berbeda dari franchise ini