Review Atelier Sophie 2: Dunia Mimpi yang Ternyata Seru!
Popularitas yang diraih oleh Atelier Ryza memang membuat nama franchise JRPG yang satu ini perlahan tapi pasti, mulai dilirik oleh lebih banyak orang. Yang menarik? Alih-alih terus mengeksploitasi hanya seri yang satu ini saja, yang terbantu karena desain karakter utamanya yang terhitung sensual, Koei Tecmo dan Gust ternyata bergerak ke seri Atelier yang lain. Atelier Sophie 2: The Alchemist of the Mysterious Dream menjadi seri selanjutnya, yang tentu saja datang dengan pendekatan berbeda terlepas dari intisari gameplay yang serupa. Seri yang ternyata berujung lebih seru daripada yang kami bayangkan sebelumnya.
Karena sejujurnya, kami termasuk salah satu gamer yang menaruh perhatian pada franchise Atelier setelah Ryza eksis. Ada rasa penasaran apa yang membuat Sophie terasa berbeda, sembari memberikan apresiasi lebih karena jelas, tak seperti Ryza, sensualitas bukanlah nilai jual yang hendak mereka dorong di sini. Tidak ada karakter dengan desain super sintal, tidak ada animasi kamera yang jelas menjual aspek tersebut, dan tidak ada gembar-gembor penjualan merchandise yang mengeksploitasi hal yang sama. Dengan absennya semua daya tarik yang membawa kami ke seri Atelier ini, tentu menarik untuk melihat seperti apa kekuatan Sophie.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Atelier Sophie 2? Mengapa kami menyebutnya sebagai dunia mimpi yang seru? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot
Dengan seri yang memuat angka dua di belakangnya, jelas bahwa Atelier Sophie 2 akan melanjutkan kisah dari seri pertamanya. Berita baiknya? Ada video rangkuman cerita dari seri pertama yang tersedia untuk Anda tonton untuk memahami siapa sebenarnya Sophie dan companion setianya – Plachta serta apa yang menjadi misi utama mereka. Dengan kisah yang ditawarkan di seri kedua ini, yang bisa dibilang mampu berdiri sendiri, Anda tidak perlu menikmati seri pertamanya.
Atelier Sophie 2 berkisah soal Sophie dan Plachta yang dalam petualangan terbarunya, tiba-tiba terserap dan terdampar di sebuah dunia yang baru. Dunia yang kabarnya lahir dari kekuatan dewi bernama Elvira ini ternyata merupakan dunia berbasis mimpi, yang uniknya, juga melebur ruang dan waktu di saat yang sama. Dunia dimana orang-orang yang terserap di dalamnya memiliki kesempatan untuk mewujudkan mimpi-mimpi terdalam mereka. Namun sayangnya, seperti yang bisa diprediksi, dunia ini tak seindah yang dibayangkan.
Damai ternyata berlangsung begitu singkat untuk Sophie. Mengapa? Karena ia menemukan dirinya terbangun sendiri tanpa Plachta. Misi untuk mencari Plachta membuka fakta mengagumkan terkait dunia baru yang ia singgahi ini. Fakta bahwa ia melebur waktu dan ruang di dalam dunia mimpi berarti kesempatan bagi Sophie bertemu dengan orang-orang terpenting dalam hidupnya dalam format yang berbeda. Ini termasuk Plachta versi masa lalu sebelum ia bertemu dengan Sophie, dan tentu saja nenek Sophie sendiri – Ramizel Erlenmeyer.
Lantas, mampukah Sophie menemukan Plachta dari eranya? Siapa pula dewi Elvira yang membawa mereka ke dunia unik ini? Mampukah Sophie mengatasi semua ancaman yang ada? Semua jawaban dari pertanyaan ini tentu saja bisa Anda dapatkan dengan memainkan Atelier Sophie 2 ini.
Dunia Mimpi yang Misterius
Peningkatan signifikan sepertinya akan jadi kalimat yang pertama keluar dari mulut Anda ketika membandingkan visual yang ditawarkan Atelier Sophie 2 ini dengan Atelier Sophie pertama yang notabene dilepas untuk Playstation 4 di tahun 2016 yang lalu. Jelas bahwa Koei Tecmo dan Gust akhirnya menjadikan engine apapun yang menenagai Atelier Ryza sebagai basis. Hasilnya melahirkan sebuah game JRPG dengan cita rasa anime kental dengan sisi visual yang tidak akan memicu banyak komplain dari pihak manapun.
Salah satu perbedaan paling menarik dari Atelier Sophie jika dibandingkan dengan Ryza adalah minimnya perhatian pada sisi sensualitas karakter yang diusung. Memang masih ada karakter seperti Aletta yang jelas datang dengan pakaian yang menonjolkan bagian spesifik secara berlebihan. Namun karakter wanita yang lain, di luar DLC pakaian renang yang tersedia, sama sekali datang dengan pakaian yang berusaha menonjolkan bagian yang sama seperti halnya Ryza. Tidak hanya kostum saja, pendekatan berbeda ini juga terlihat dari sudut pengambilan kamera untuk cut-scene dan sisi eksplorasi. Tidak ada lagi adegan merangkak dengan sudut kamera jelas menyorot bagian bokong atau cut-scene dengan sudut kamera yang jelas memprioritaskan bagian tubuh yang mana. Sejujurnya, pendekatan berbeda ini terasa cukup menyegarkan.
Sementara dari sisi desain dunia, Atelier Sophie 2 datang dengan konsep yang nyaris serupa. Selain satu kota utama yang dijadikan hub untuk beragam aktivitas “damai” Anda, dari proses crafting hingga belanja, hampir setiap sudut dunia yang lain akan menjadi tempat Anda berpetualang dan bertarung. Mengikuti pakem banyak game JRPG, ia akan berkisar dari padang rumput hingga gunung berapi super panas yang masing-masing memuat ancaman berbeda di dalamnya. Tentu saja, salah satu fitur terbaik seri Atelier – Fast Travel juga akan kembali di sini, memungkinkan Anda untuk bergerak secara instan masuk dan keluar tempat aman ataupun berbahaya kapanpun Anda inginkan.
Sayangnya, kualitas sisi presentasi ini tidak terhitung kuat untuk urusan desain monster yang ada. Seperti yang kita tahu, Gust memang tak pernah “giat” menawarkan varian musuh dari sisi desain ataupun tingkah laku berbeda hampir di semua game JRPG yang mereka racik. Namun di Atelier Sophie 2? Ia menimbulkan kekecewaan ekstra. Dari semua monster yang Anda temui, Anda akan menemukan varian baru yang sekadar berbeda desain ataupun warna di hampir setiap wilayah baru yang Anda eksplorasi. Sebagian dari mereka juga datang dengan desain memble, dari sekadar kelinci, kelelewar, atau slime yang muncul berwarna-warni. Satu-satunya monster yang bisa meninggalkan perasaan pertempuan epik hanyalah para naga yang tersebar cukup jarang. Gust seharusnya memberikan perhatian lebih untuk sisi yang satu ini.
Sementara dari sisi musik, Atelier Sophie 2 datang dengan gaya musik yang khas seri Atelier, dimana ia datang tenang untuk nyaris hampir semua aktivitas, dari sekadar eksplorasi hingga proses crafting. Menjalankan tugasnya dengan baik namun tidak cukup memorable untuk berakhir di library musik yang Anda dengar di luar gaming, misalnya.