Review Ghostwire – Tokyo: Berburu Setan Jepang!
Tokyo Mencekam

Salah satu bagian terbaik dari Ghostwire: Tokyo harus diakui merupakan setting yang ia hadirkan. Menjadikan Tokyo sebagai “arena bermain” yang bisa Anda jelajahi dengan cukup bebas, walaupun tidak secara keseluruhan, menjadi keputusan yang manis. Apalagi ada level vertikal tersendiri di sini dimana kesempatan untuk mengeksplorasi atap ragam gedung tinggi hingga stasiun kereta bawah tanah juga akan tersedia.
Tango Gameworks sepertinya memahami caranya untuk tetap menciptakan sebuah “replika” kota Tokyo yang memanjakan mata serta dramatis, sembari memastikan bahwa ia berujung menawarkan atmosfer yang berkebalikan dengan apa yang Anda pikirkan ketika bicara soal Tokyo di dunia nyata. Ditemani oleh cuaca yang berubah-ubah dimana hujan sering cukup terjadi dan cuaca yang selalu malam, Anda akan ditemani beragam lampu neon terang di sudut-sudut jalan. Terkadang, musik lemah dari toko-toko kecil mengalun pelan bersama dengan deretan mesin penjual otomatis yang bertebaran di sudut. Tokyo memang terlihat sepi tanpa penduduk, namun tidak lantas kehilangan identitas dan status ikoniknya begitu saja, apalagi jika Anda mampir ke lokasi seperti Shibuya Crossing misalnya.


Satu hal lain fantastis yang berhasil ditawarkan Ghostwire: Tokyo adalah desain para Visitors yang jelas mengikuti ragam makhluk supranatural Jepang, namun hadir dengan desain yang menyeramkan dan mengancam di saat yang sama. Ia memang tidak lantas membuat game ini terjun ke dalam genre horror terlepas dari beberapa scene di dalam misi yang berusaha memperkental cita rasa tersebut, namun desain setiap Visitors ini tetap akan membuat mata Anda termanjakan. Melihat manusia tanpa wajah dengan payung yang melihat kosong ke lokasi tertentu, gadis sekolah tanpa wujud yang ternyata berujung ahli bela diri, hingga wanita dengan gunting raksasa yang siap membelah isi perut Anda bertebaran di kota Tokyo memang jadi pemandangan yang asing dan menarik di saat yang sama. Anda juga akan bertemu dengan para Yokai yang mendapatkan sedikit efek modernisasi juga. Sayangnya, ia tidak datang dengan banyak variasi. Di setengah permainan, Anda sepertinya akan sudah menemukan semua Yokai dan Visitors yang ditawarkan Ghostwire: Tokyo ini.
Kombinasi antara kota Tokyo yang tak lagi berpenghuni dengan Visitors yang bertebaran di beberapa sudut, lengkap dengan pohon-pohon hitam yang melambangkan korupsi energi di kota megapolitan ini memang membuat Ghostwire: Tokyo terlihat memesona. Tango Gameworks jelas mengerti setting seperti apa yang hendak mereka kejar, apalagi dengan kombinasi beberapa lokasi spiritual yang seolah jadi kontras untuk daerah yang begitu modern. Semuanya kemudian dilebur dengan animasi serangan dan efek elemental yang cukup keren, efek tata cahaya dramatis di banyak lokasi, dan gerak-gerik Visitors yang di beberapa situasi cukup untuk membuat bulu kuduk Anda merinding. Sementara untuk soal sensasi imersif? Gamer bisa mengantisipasi implementasi fitur DualSense yang optimal di versi Playstation 5, terutama untuk urusan Adaptive Trigger yang akan banyak Anda gunakan, baik untuk serangan magis ataupun busur panah yang akan kita bicarakan nanti.


Sayangnya, sisi presentasi yang memesona dari sisi visual ini tidak berbanding lurus dengan presentasi di sisi audio. Kesunyian yang seharusnya jadi highlight untuk menghasilkan atmosfer lebih mencekam harus tercederai oleh suara teriakan Tengu yang sepertinya selalu menemani Anda di setiap sudut. Niatnya memang baik, untuk memberikan Anda informasi bahwa ada Tengu yang siap untuk membawa Anda ke lokasi lebih tinggi jika Anda menginginkannya tanpa harus mencari mereka secara visual. Namun secara konsisten mendengar teriakan mereka hampir di sebagian besar lokasi? Perlahan tapi pasti justru merenggut potensi pendekatan audio yang sebenarnya bisa lebih baik lagi. Kami juga menyayangkan absennya musik atau mungkin kehadiran Visitors dengan suara lebih unik, mengingat sebagian besar dari mereka hanya berteriak atau diam total. Padahal jelas ada potensi untuk bisa membuat atmosfer Ghostwire: Tokyo bahkan lebih memesona lagi dengan aspek yang satu ini.
Namun setidaknya aspek ini cukup terbantu dengan opsi dub Jepang atas nama pengalaman lebih otentik yang akan langsung tersedia sejak Anda pertama kali menjajalnya. Kualitas voice acting yang ditawarkan cukup berkelas untuk versi Jepang ini dan cukup untuk membuat kami menggunakannya dari awal hingga akhir permainan. Tentu saja, selalu ada opsi dub bahasa Inggris jika Anda lebih memilih alternatif tersebut.
Berburu Setan Jepang!

Visitors akan jadi ancaman utama yang Anda hadapi selama mencicipi Ghostwire: Tokyo.Mengingat sebagian besar desainnya didasarkan pada makhluk supranatural Jepang, kami sendiri lebih melihat setiap dari mereka sebagai variasi dari hantu atau setan yang seringkali Anda dengar cerita-cerita horror yang ada. Yang tentu saja selayaknya tidak dibuat bingung dengan kehadiran makhluk lain bernama Yokai yang sepertinya lebih mengacu pada monster-monster dari cerita rakyat ataupun mitologi Jepang.
Berperan sebagai Akito yang dirasuki oleh entitas misterius bernama KK, Anda tentu akan dipersenjatai untuk menghabisi setiap Visitors ini. Adalah serangan magis berbasis tiga elemen: Angin, Air, dan Api lah yang akan bisa Anda andalkan. Setiap dari mereka berperan bak “senjata api” yang memiliki keterbatasan penggunaan selayaknya peluru. Dari ketiga elemen ini, Angin tampil sebagai serangan dengan “peluru” terbanyak, sementara Api yang notabene menghasilkan damage besar dengan AOE luas berperan bak pelontar granat yang di semua game action tentu saja, tidak pernah mendapatkan limpahan peluru yang berlebihan. Anda bisa merotasi elemen-elemen ini secara real time, dengan dua buah jenis serangan untuk dieksekusi: serangan biasa dan serangan charging untuk menjamin damage lebih besar dan area serangan yang lebih luas.


Tentu saja, ada begitu banyak solusi untuk mengisi ulang serangan Anda lewat sesuatu yang disebut sebagai “Ether”. Anda bisa menghancurkan beragam objek yang “bertingkah aneh” di sepanjang perjalanan seperti tengah melawan hukum fisika misalnya. Namun yang paling efektif dan terbaik adalah dengan mencabut “Core” milik para Visitors yang akan terbuka begitu Anda sudah menghasilkan damage yang cukup untuk mereka. Musuh yang “core”nya tengah rentan untuk Anda rebut akan mengalami stun untuk waktu cukup lama hingga tidak akan lagi ikut menyibukkan Anda saat bertarung. Asyiknya lagi, tidak hanya berkesempatan mengisi ulang peluru untuk serangan Magic Anda, ia juga akan memulihkan sedikit porsi HP Anda. Walaupun tidak punya bar HP, Anda bisa memprediksi seberapa dekatnya para Visitors dengan kematian lewat besar lubang di tubuh mereka yang berhasil Anda ciptakan dengan serangan Anda.
Maka terlepas dari beragam jenis Visitors yang Anda temui nantinya, baik yang punya pergerakan cepat, yang hadir sebagai tanker dengan HP yang super tebal, ataupun yang tampil sebagai boss dengan desain dan damage yang mengerikan, Ghostwire: Tokyo mendorong Anda untuk menggunakan strategi yang selalu sama. Strategi dimana Anda akan mati-matian melontarkan Api untuk musuh paling berbahaya yang berada di area untuk mencabut Core mereka secepat mungkin, menggunakan Air yang notabene punya AOE luas untuk menghabisi musuh lebih lemah yang datang bergerombol, dan tentu saja Angin untuk single-target yang butuh difokuskan atas nama alasan apapun, mengingat kecepatan animasi serang cepat dan damage yang bisa diandalkan.
Tentu saja, ada kesempatan untuk memperkuat serangan-serangan Anda ini. Ghostwire: Tokyo menyuntikkan sedikit konsep RPG dimana dimana sistem level tersedia dengan ekstra Skill Points untuk didistribusikan di dalamnya. Anda bisa menggunakan Skill Points ini untuk membuat setiap serangan elemen ini kian mematikan, dari mempercepat animasi hingga memperluas efek AOE yang ada. Masih tidak cukup? Anda juga berkesempatan untuk mendapatkan dan mengumpulkan beragam tasbih sebagai aksesoris untuk Anda equip, yang beberapa di antaranya akan meningkatan damage serangan setiap elemen dengan jumlah persentase yang cukup signifikan. Terlepas dari apapun musuh yang Anda hadapi, mengambil langkah ofensif lebih awal selalu terbukti lebih aman.



Namun Anda yang tidak ingin terlibat dalam konfrontasi terbuka juga selalu memiliki opsi untuk menggunakan Stealth. Berujung mengendap-ngendap ke belakang setiap Visitors, yang kebanyakan dari mereka punya pola gerak lumayan sporadis, akan membuka kesempatan untuk menghabisi sebagian besar dari mereka secara instan. Musuh-musuh “elite” tentu tidak bisa diatasi begitu saja dengan metode ini, namun setidaknya ia menawarkan damage cukup signifikan di awal untuk mempermudah aksi bertarung Anda selanjutnya.
Akito juga diperkuat dengan beberapa skema pertahanan. Pertama, Anda punya shield untuk diaktifkan. Jika Anda berhasll mengaktifkannya di timing yang tepat saat musuh menyerang, tidak hanya Anda tidak akan mendapatkan damage sama sekali, Anda juga bisa mendapatkan ekstra “peluru” jika Anda sudah mengaktifkan efek ini dari pohon skill yang ada. Kedua? Anda selalu punya akses ke item-item penyembuh yang sebagian besar merupakan makanan yang Anda temukan ataupun Anda beli di mini-market terdekat. Ghostwire: Tokyo akan secara otomatis merotasi makanan untuk Anda gunakan secara instan begitu tipe sebelumnya sudah terpakai habis. Bagian terbaiknya? Setiap mini-market yang Anda temui di Tokyo untuk situasi seperti ini uniknya akan dijaga oleh Yokai kucing! Benar sekali, penjaga mini market di game ini adalah kucing-kucing imut!

Maka dengan menggunakan kemampuan ini, Anda harus bertahan hidup melawan tentu saja, ragam kombinasi Visitors yang dilemparkan game ini ke Anda. Di awal, Anda mungkin akan kesulitan. Namun begitu level mulai meninggi dan Anda mulai mendapatkan penguatan dari beberapa tasbih yang tersebar, Anda akan mulai bisa mengatasi setiap dari mereka dengan cepat.