Review Troublemaker: Hasrat Tinggi tapi Impotensi!

Reading time:
April 6, 2023

Bukan Bully Indonesia, Bukan Yakuza Indonesia

Troublemaker jagatplay 34
Ini bukan Bully Indonesia, bukan Yakuza Indonesia.

Setelah sempat di-hype dengan begitu banyakberita bagaimana Parakacuk alias Troublemaker akan menjadi seri Bully atau Yakuza versi Indonesia, yang juga tidak banyak disanggah oleh tim developer, game ini berujung bukanlah keduanya. Karena pada akhirnya, alih-alih sebuah game open-world atau semi open-world, Troublemaker adalah sebuah game action yang super linear.

Sebuah game action yang juga pada pondasinya, berada di kualitas yang terhitung di bawah standar. Dipersenjatai dengan serangan lemah dan serangan kuat yang bisa dikombinasikan dengan satu ekstra tombol untuk block atau parry di timing yang tepat, pengalaman action yang ditawarkan oleh Troublemaker sayangnya berujung repetitif. Alasannya? Karena terlepas dari begitu banyaknya lawan yang Anda hadapi, Anda akan menggunakan satu strategi yang sama berulang-ulang untuk mengatasi mereka.

Kami tidak pernah sekalipun menggunakan serangan lemah milik Budi. Setiap kali melakukan parry atau saat menyerang secara aktif, kami mengandalkan kombinasi serangan kuat Budi yang biasanya berujung pada tendangan memutar yang akan membuat musuh tersungkur. Di situasi ini, Anda bisa mendekati mereka dan menginjak mereka beberapa kali untuk ekstra damage. Strategi inilah yang kami gunakan dari awal hingga akhir permainan, baik saat melawan boss perorangan ataupun kroco-kroco di jumlah yang banyak sekalipun. Begitu energi untuk serangan spesial penuh, Anda bisa mengeksekusinya secepat yang Anda bisa. Proses ini akan terus berulang-ulang hingga Anda mengalahkan game ini. Yang membuatnya berbeda mungkin hanya karena kelalaian atau ketidaksabaran yang akan membuat Anda berujung mengkonsumsi item untuk memulihkan HP atau membuat damage serangan Anda berujung ganda untuk mempercepat pertarungan yang bisa terasa bertele-tele karena situasi repetisi seperti ini.

Troublemaker jagatplay 63
Satu strategi serangan untuk semua masalah.
Troublemaker jagatplay 53
Mini-game yang hadir juga tak seberapa menarik.

Maka sisa perjalanan aksi Anda mengakar pada usaha memperkuat si Budi yang bisa diaplikasikan lewat aksi beli di karakter bernama Richard yang berperan sebagai The Merchant di sini. Uang sebagai resource akan bisa Anda dapatkan dari mengalahkan musuh dalam cerita, yang Anda temui selama proses eksplorasi, ataupun lewat beragam mini-game yang ada. Anda bisa membuat serangan Budi lebih mematikan, energi lebih cepat pulih, atau membeli varian serangan spesial dengan animasi yang fun untuk beragam efek. Sementara untuk si mini-game? Hadir sederhana dengan iming-iming reward resource berupa uang yang cukup menggoda, ia seringkali berakhir jadi uji kecepatan tombol keyboard yang lagi-lagi, repetitif. Anda akan menemukan mini-game yang tidak mengandalkan kecepatan tekan memang, namun ia juga berujung tidak istimewa. Salah satu mini game bertema burung yang harus Anda kendalikan bahkan terasa mustahil untuk diselesaikan dan tak intuitif di akhir.

Pada akhirnya, pondasi desain Troublemaker juga berujung tidak seperti Bully ataupun Yakuza, di luar masalah kualitas kedua game populer tersebut yang notabene jauh lebih tinggi karena statusnya sebagai produk game AAA. Yang kami angkat di sini adalah absennya konsep open-world ataupun sekadar semi open-world yang ditawarkan oleh Troublemaker. Satu-satunya lokasi yang bisa Anda jelajahi selama cerita adalah si SMK itu sendiri. Anda tidak bisa keluar dari SMKyang notabene juga didesain sebagai wilayah yang tak seberapa besar. Anda memang bisa berjalan-jalan di dalamnya, namun tidak ada opsi misalnya dimana Anda mengambil motor yang terparkir dan kabur dari sekolah jika Anda ingin misalnya. Troublemaker adalah game linear dengan sedikit dunia yang terbuka, itu saja.

Troublemaker jagatplay 47
Kelas dibuka? OH TIDAK BISA!
Troublemaker jagatplay 50
Oh mau coba jalur lain? OH TIDAK BISA!

Bahkan lebih parahnya lagi, proses eksplorasi yang notabene jadi nyawa game “open-world / semi open-world” bahkan tidak difasilitasi oleh game ini. Di sela-sela ketika proses eksplorasi diperbolehkan, Anda akan menemukan ada begitu banyak hal di lingkungan SMK-nya yang berujung hanya sebagai “hiasan” saja. Ada kelas yang pintunya terbuka namun tak bisa Anda masuki, ada pula kantin super luas yang kembali tak bisa Anda masuki tanpa alasan yang jelas, atau sekadar beragam objek yang minim interaktivitas selain sebuah bola yang bisa Anda dorong-dorong di lapangan. Bahkan di beberapa misi sekalipun, Anda “dipaksa” untuk menggunakan sebuah jalur gerak spesifik untuk bisa memicu misi ataupun cut-scene terlepas dari fakta bahwa Anda bisa saja menggunakan jalur sebaliknya untuk mencapai lokasi yang sama. Jelas, Troublemaker tidak datang dengan pondasi pemikiran dan desain yang memungkinkan Anda untuk melakukan banyak hal di dalam SMK yang desainnya sendiri sudah terhitung kecil.

Kesimpulan

Troublemaker jagatplay 14
Terlepas dari apakah Anda menikmatinya atau tidak, ia bisa tumbuh menjadi bukti untuk dua skenario ekstrim yang terjadi di masa depan: pertama, ini adalah batu pijakan yang membuat Gamecom Team belajar banyak dan berujung melahirkan game 3D Nusantara yang pantas dirayakan dan dipuja-puji atau kedua, sebuah study case bagaimana sebuah tim developer selayaknya belajar berjalan dulu setelah merangkak sebelum memutuskan ia siap untuk terbang.

 

Jika ada satu hal yang jelas bisa kami dapatkan dari sesi playthrough dengan Troublemaker ini adalah terang benderangnya ambisi yang dipamerkan oleh si tim developer, yang jelas membangun game ini dengan hasrat tinggi, namun berujung terbatas karena masalah impotensi. Bahwa jelas ada sesuatu yang spesial yang ingin mereka racik di game ini, namun berujung tak bisa terealisasi karena beragam faktor. Yang kita dapatkan adalah sebuah game action repetitif dan hambar yang penuh dengan momen cringe alih-alih menggugah emosi. Bahwa satu-satunya yang dijual adalah humor absurd nan receh dan percakapan penuh kata-kata kotor yang diasosiasikan dengan “kekerenan” di dalamnya. Semuanya dibangun di atas plot yang berada di luar nalar.

Namun di luar semua kekurangan tersebut, kami setidaknya berujung jatuh hati pada tim 2D Artwork milik sang tim pengembang yang harus diakui, melakukan tugasnya dengan sangat baik. Sulit rasanya untukmembayangkan akan ada nilai positif yang bisa kami angkat jika elemen yang satu ini tidak tereksekusi dengan sangat baik di mata kami. Kami bahkan tidak ragu untuk merekomendasian untuk memperlengkap dan menyempurnakannya lagi sebagai pondasi untuk melebarkan pasar Troublemaker ke pasar komik, fisik ataupun digital dengan kualitas artwork yang ada. Ada potensi yang besar di sana.

Dengan statusnya sebagai game indie terjangkau dan fakta bahwa ia tetap produk playable yang minim masalah teknis dari awal hingga akhir permainan, Troublemaker tetap produk yang menarik untuk dipinang di Steam saat ini apalagi jika Anda penasaran dengan kualitas yang ia tawarkan. Terlepas dari apakah Anda menikmatinya atau tidak, ia bisa tumbuh menjadi bukti untuk dua skenario ekstrim yang terjadi di masa depan: pertama, ini adalah batu pijakan yang membuat Gamecom Team belajar banyak dan berujung melahirkan game 3D Nusantara yang pantas dirayakan dan dipuja-puji atau kedua, sebuah study case bagaimana sebuah tim developer selayaknya belajar berjalan dulu setelah merangkak sebelum memutuskan ia siap untuk terbang.

 

Kelebihan

Troublemaker jagatplay 24
Dengan ekstra konten, 2D Artwork Troublemaker potensial untuk dirlis ulang sebagai komik.

Artwork 2D yang keren

Animasi serangan pemungkas cukup halus

Soundtrack pantas diacungi jempol

 

Kekurangan

Troublemaker jagatplay 75
Apa yang terjadi??!

Translasi artwork 2D ke dunia 3D berujung buruk

Gameplay action repetitif

Ekonomi untuk harga jual item butuh balancing

Cerita berada di luar nalar dan kurang menarik

Banyak momen cringe

Penggunaan kata-kata kotor yang terlalu berlebihan dan tidak tepat

Mini-game berujung membosankan

Sisi eksplorasi sangat dibatasi

Kualitas voice-acting di bawah standar

 

Cocok untuk gamer: yang penasaran dengan game lokal, ingin sesuatu yang punya tema sekolah Indonesia

Tidak cocok untuk gamer: yang menginginkan game action super fun, yang mendambakan game “Bully Indonesia” atau “Yakuza Indonesia”.

Pages: 1 2 3 4
Load Comments

PC Games

September 8, 2023 - 0

Review HoneyCome: Kelewat Nakal, Kelewat Mahal!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh HoneyCome? Mengapa kami menyebutnya sebagai…
July 12, 2023 - 0

Review DOTA 2 (Edisi 10 Tahun): Masih Ketagihan!

Bagaimana sensasi memainkan DOTA 2 di usianya yang kini menginjak…
April 6, 2023 - 0

Review Troublemaker: Hasrat Tinggi tapi Impotensi!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Troublemaker di versi akhir? Apa…
January 20, 2023 - 0

Review A Space for the Unbound: Standar Tertinggi Game Indonesia Saat Ini!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh A Space for the Unbound?…

PlayStation

September 20, 2023 - 0

Review The Crew Motorfest: Aloha, Mari Balap Bahagia!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh The Crew Motorfest? Mengapa kami…
September 13, 2023 - 0

Review Baldur’s Gate 3: Emang Boleh RPG Sekeren dan Seadiktif Ini?

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Baldur’s Gate 3? Mengapa kami…
September 8, 2023 - 0

Review Sea of Stars: Paket Lengkap Rasa Klasik!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Sea of Stars? Mengapa kami…
August 30, 2023 - 0

Review Armored Core VI – Fires of Rubicon: Api itu Membara Terang Kembali!

Apa yang sebenarnya ditawar kan oleh Armored Core VI: Fires…

Nintendo

July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…
September 21, 2022 - 0

Review Xenoblade Chronicles 3: Salah Satu JRPG Terbaik Sepanjang Masa!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Xenoblade Chronicles 3? Mengapa kami…