Menjajal Final Fantasy XVI: Kini Dewasa, Penuh Gairah!
Akan Tetapi..

Apakah 4 jam permainan kami berujung memosisikan Final Fantasy XVI sebagai game action RPG yang sempurna? Walaupun sulit rasanya untuk tidak berujung jatuh hati pada apa yang kami lihat, dengar, dan rasakan, tetap saja ada beberapa hal yang berujung menjadi catatan kami. Anda bisa melihatnya sebagai kekurangan atau tidak, namun kami melihatnya sebagai hal-hal yang memang bisa lagi disempurnakan di rilis final.
Hal pertama yang paling signifikan adalah sesi awal gameplay sekitar 30 menit – 1 jam pertama yang berjalan begitu lambat, dimana Clive versi belasan tahunan menjadi bintang utamanya. Kehadirannya memang esensial untuk membangun latar belakang yang lebih jelas soal siapa Clive dan konflik utama seperti apa yang akan ia hadapi. Namun fakta bahwa sesi ini berisikan dengan begitu banyak dialog demi dialog panjang, yang kemudian juga dibumbui dengan fakta bahwa Anda hanya bisa menggunakan Eikon Phoenix sebagai basis skill memang berujung meninggalkan rasa kantuk dan bosan tersendiri. Didukung dengan kondisi ruangan yang gelap dan AC dingin di venue acara, kami sempat sedikit memejamkan mata di sesi ini. Ingin rasanya cepat-cepat kembali ke Clive versi dewasa yang memang datang dengan pergerakan cerita lebih cepat dan aksi bertarung yang lebih seru.
Sementara dari sisi bertarung sendiri, beragam efek partikel yang terhitung “gila” dari macam-macam serangan Eikon milik Clive terkadang justru bisa membuat Anda sulit melihat apa yang tengah terjadi di pertempuran. Ada situasi dimana kami harus bertarung melawan beberapa musuh sekaligus dan menemukan bahwa dari mungkin sekitar 8 pasukan yang harus kami tundukkan, ada dua jenis tipe Mage Healer di sana. Namun mengingat ragam efek serangan Clive begitu penuh efek partikel di sana-sini, terkadang sulit rasanya untuk melihat, menentukan, dan memilih Mage Healer mana yang harus kami tundukkan lebih dahulu. Untungnya, masalah ini hanya terjadi di situasi ini saja selama 4 jam permainan yang kami lalui.
Memilih untuk membuat sistem perintah Torgal datang per instruksi juga membuat kami sedikit mengernyitkan dahi. Dengan begitu banyaknya hal yang harus Anda lakukan saat bertarung, dengan begitu banyaknya hal yang harus diperhatikan, mustahil rasanya Anda akan berujung tidak “melupakan” bahwa Anda bisa memerintah Torgal untuk ekstra keuntungan bertarung misalnya. Kami lebih berharap bahwa Square Enix membuat sistem skill Torgal ini menjadi skill aktif dalam periode tertentu berbasis cooldown. Pertarungan akan lebih nyaman dan tidak sesibuk versi demo ini jika kita bisa memberikan satu perintah saja pada Torgal, yang akan ia eksekusi dalam periode tertentu sebelum Anda bisa mengakses perintah setelahnya. Ini akan jadi solusi yang lebih bijak bagi kami pribadi.
Final Fantasy XVI, Apakah Pantas Diantisipasi?

Anda sepertinya tidak sulit untuk memprediksi jawaban kami yang dengan lantang tak akan kami ragu lantangkan – PANTAS. Sebagai salah satu gamer yang tengah mencicipi Zelda: Tears of the Kingdom pada saat artikel impresi ini ditulis dan termasuk yang berada di gelombang yang sama soal bagaimana game tersebut tidak akan sulit untuk meraih tahta Game of the Year 2023, kesempatan mencicipi Final Fantasy XVI ini memberikan perspektif baru dan berbeda. Bahwa apa yang tengah “digoreng” Square Enix dengan seri teranyar ini adalah sesuatu yang istimewa. Ini akan jadi sebuah seri Final Fantasy yang tidak hanya berbeda saja, tetapi juga menyegarkan, seru, dan “gila” di saat yang sama. Jika kualitas 4 jam pertama ini konsisten atau bahkan lebih baik lagi di akhir-akhir permainan, persaingan GOTY 2023 akan sangat menarik.
Final Fantasy XVI sendiri rencananya akan dirilis pada tanggal 22 Juni 2023 mendatang dengan proses pre-order yang kini sudah tersedia.